Jelaskan 3 Faktor utama lahirnya kolonialisme imperialisme barat

Jelaskan 3 Faktor utama lahirnya kolonialisme imperialisme barat

Jelaskan 3 Faktor utama lahirnya kolonialisme imperialisme barat
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi kolonialisme dan imperialisme.

KOMPAS.com - Penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia selama ratusan tahun berkaitan erat dengan kolonialisme dan impersialisme yang dilakukan oleh bangsa Eropa.

Tahukah kamu apa itu kolonialisme dan imperialisme?

Pengertian kolonialisme dan imperialisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu.

Menurut KBBI, imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, kolonialisme Barat adalah sebuah fenomena ekonomi-politik di mana berbagai negara Eropa melakukan eksplorasi, penaklukkan, pendudukan, dan eksploitasi wilayah-wilayah dunia yang luas.

Zaman kolonial modern dimulai sekitar tahun 1500 Masehi setelah penemuan Eropa tentang rute laut di sekitar pantai selatan Afrika (1488) dan Amerika (1492).

Dengan faktor-faktor tersebut, kekuatan laut bergeser dari Mediterania ke Atlantik dan ke negara-negara berkembang seperti Portugal, Spanyol, Belanda, Perancis dan Inggris.

Dengan penemuan, penaklukan dan pendudukan. negara-negara ini memperluas wilayah dan menjajah di seluruh dunia, menyebarkan lembaga dan budaya negara-negara tersebut.

Baca juga: Kedatangan Portugis ke Indonesia

Latar belakang kolonialisme dan imperialisme

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, latar belakang bangsa Eropa datang ke wilayah nusantara adalah:

  1. Jatuhnya Konstantinopel di kawasan Laut Tengah ke kekuasaan Turki Usmani (1453 M)
  2. Ekonomi dan perdagangan Eropa merosot
  3. Adanya berbagai penemuan di bidang teknologi khususnya pelayaran sehingga muncul penjelajahan samudera untuk mencari sumber daya di dunia baru
  4. Semangat melanjutkan Perang Salib

Kedatangan bangsa Barat ke nusantara dalam rangka penemuan dunia baru melalui penjelajahan samudera. Motivasi penjelajahan samudera ini terkait keinginan untuk bertahan (survive), memenuhi kepuasan dan kejayaan.

Jauh sebelum merdeka,  Indonesia pernah berada di masa kolonialisme dan imperialisme. Kolonialisme merupakan suatu paham mengenai penguasaan wilayah atau negara oleh bangsa lain dengan maksud untuk memperluas wilayah kekuasaan bangsa tersebut. Sementara itu, imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapat kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Di dunia, kolonialisme dan imperialisme berkembang sejak abad ke-15 oleh bangsa Eropa ke berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Faktor utamanya adalah Perang Salib dan jatuhnya Konstatinopel oleh Turki Utsmani (Ottoman) di tahun 1453. Jalur perdagangan Asia-Eropa yang melewati laut tengah kemudian ditutup. Hal tersebut memaksa bangsa Eropa untuk mencari jalur perdagangan baru berbekal kemajuan teknologi pelayaran.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mendorong bangsa Eropa untuk melakukan kolonialisme dan imperialisme. Jatuhnya Konstatinopel oleh Ottoman membangkitkan semangat penaklukan terhadap pemeluk agama Islam. Tidak hanya itu, mereka memiliki keingintahuan untuk mempelajari alam semesta, kondisi geografis, dan kehidupan bangsa-bangsa lain.

Rempah-rempah juga menjadi alasan lain bagi bangsa ini untuk melakukan penjelajahan mengingat harganya yang tinggi di pasar Eropa. Mereka ingin memperoleh keuntungan dan kekayaan sebanyak mungkin. Mereka juga memiliki ambisi 3G, yaitu Gold, Glory, dan Gospel.

Gold berarti mencari keuntungan dengan mengumpulkan bahan dan barang berharga; Glory berarti menyebarkan kekuasaan seluas-luasnya; sementara Gospel berarti penyebaran agama yang dianut bangsa Barat saat itu, yaitu Katolik.

Bangsa Barat yang mendatangi Indonesia rupanya tidak hanya Belanda. Di tahun 1511, Portugis mendarat di Malaka. Spanyol juga mendatangi Indonesia di tahun 1521 dan mendarat di Maluku. Barulah Belanda mengikuti di tahun 1595 dan mendarat di Banten.

Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia bermula dari bangsa Portugis. Ekspedisi yang mereka lakukan pertama kali dipimpin oleh Vasco da Gama.

Bersama krunya, Vasco da Gama berhasil berlayar hingga mendarat di Kalkuta, India. Sayangnya, ia berpendapat bahwa India bukanlah negara penghasil rempah-rempah yang mereka cari.

Mengikuti jejak da Gama, Alfonso de Albuquerque melaksanakan ekspedisi lanjutan. Ia dan krunya berhasil mencapai Malaka.

Bangsa Spanyol juga mengikuti Portugis dalam pencarian rempah-rempah. Ekspedisi yang dilakukan oleh Christopher Columbus sayangnya belum menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Hal tersebut kemudian mendorong Magelhaens untuk melakukan pelayaran yang sama. Kapal Magelhaens tiba di Kepulauan Maluku yang kaya dengan rempah-rempah.

Sementara itu, ekspedisi Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Ketika tiba di Banten, ia dan krunya disambut baik oleh Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Tapi, Belanda berniat untuk memonopoli pasar di sana, hingga akhirnya mereka diusir. Belanda kembali lagi di tahun 1598 dengan tujuan berdagang, tapi mereka menyebar dari Banten hingga ke Maluku.

Ilustrasi Kolonialisme dan Imperialisme. Sumber: Istockphoto.com

Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang pada abad ke-15. Kolonialisme adalah sebuah paham mengenai penguasaan wilayah atau negara oleh bangsa lain. Tujuan dari kolonialisme adalah memperluas wilayah kekuasaan bangsa. Sedangkan imperialisme adalah sebuah sistem politik yang memiliki tujuan menjajah negara lain untuk memperoleh kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar

Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Kolonialisme dan imperialisme terjadi di Indonesia ketika Bangsa Eropa mulai masuk ke berbagai wilayah di dunia. Faktor utama penyebaran kolonialisme beserta imperialisme adalah adanya Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel oleh Turki Utsmani di tahun 1453.

Saat itu, jalur perdagangan Asia – Eropa ditutup sehingga Bangsa Eropa mencari jalur yang baru untuk tetap melakukan perdagangan. Selain adanya Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel, Bangsa Eropa memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan kolonialisme serta imperialisme karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mempelajari alam semesta, kondisi geografis, dan kehidupan dari bangsa-bangsa lain.

Hal tersebutlah yang membuat Bangsa Eropa berhasil melakukan penjajahan kepada Bangsa lain yang kaya akan rempah-rempah seperti Indonesia. Mereka semakin berambisi untuk mendapatkan Gold, Glory, Gospel (3G). Gold artinya mencari keuntungan dengan mengumpulkan barang-barang berharga, Glory artinya memperluas wilayah kekuasaan, dan Gospel yang artinya penyebaran agama yang dianut oleh Bangsa Barat, yakni Katolik.

Bukti dan Hasil dari Kolonialisme

Dilansir dari Kebudayaan.kemendikbud.go.id, bukti dari praktik kolonialisme di Indonesia adalah adanya Benteng di Desa Sidayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. Pada masa itu, Benteng merupakan tempat berlindung para tokoh untuk menahan kepungan dan melancarkan ekspedisi penumpasan dari darat dan laut. Di masa kini, di wilayah-wilayah tepat kolonialisme pernah Berjaya, sebenarnya masih ada praktik kolonialisme. Hasil dari kolonialisme di masa lalu melahirkan poskolonialisme atau pascakolonialisme, yakni dampak kemanusiaan dari penjajahan suatu negara. Salah satu bentuk dari poskolonialisme adalah menganggap produk dari Barat adalah produk yang memiliki kualitas terbaik. Jadi, sebenarnya Indonesia sudah merdeka atau belum?

Yuk, berdiri di kaki sendiri di bangsa sendiri! Terus pelajari informasi dan sejarah lainnya di Kumparan, ya! (AA)