Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Mendel menggunakan kacang ercis dalam percobaannya dikarenakan kacang ercis mudah melakukan penyerbukan silang, mudah didapatkan, mudah hidup dan dirawat, cepat berbuah, dapat melakukan penyerbukan sendiri, serta memiliki sifat beda yang mencolok.

PEMBAHASAN

Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor johann Mendel. ia melakukan percobaan persilangan terhadap kacang ercis.

Kacang ercis, atau kacang polong (Pisum sativum L.) merupakan tumbuhan sayuran berupa biji warna hijau. nama ercis diambil dari bahasa belanda.

Hukum I Mendel

Mendel menyilangkan tanaman ercis biji kuning dengan tanaman ercis biji hijau. kedua biji tersebut didapat dari individu dengan sifat asli. Induk pertama disebut dengan Parental atau P1. keturunan pertama yang dihasilkan disebut F1. Hasil dari persilangan kedua biji tersebut bewarna kuning. untuk mengetahu generasi selanjutnya, mendel menanam biji kuning hasil F1. kemudian tanaman tersebut melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan keturunan F2 yang bewarna kuning dan hijau. perbandingan keturunan dari F2 sebesar 3:1 (Biji Kuning : Biji Hijau)

Hukum II Mendel

Pada hukum yang pertama, mendel menyilangkan tanaman ercis dengan satu ciri. Mendel melakukan percobaan untuk menyilangkan tanaman dengan dua ciri. setelah mengetahui sifat bentuk biji bulat dominan terhadap biji kisut. mendel menyilangkan biji bulat kuning (RRYY) dengan biji kisut hijau (rryy). persilangan  dua ciribeda disebut dihibrid. pada persilangan F1 dengan F1, menghasilkan generasi F2 yang bervariasi. Tampaknya, alel dari gen warna dan bentuk biji memisah secara bebas pada pembentukan gamet F2. sehingga dihasilkan empat jenis polen dan sel telur dengan kombinasi yang berbeda. setiap gamet dapat memiliki kombinasi Ry, ry, rY, Ry. persilangan ini menghasilkan 16 kombinasi alel. dihasilkan 9 macam genotipe dan 4 macam fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1

Pelajari lebih lanjut

Bunyi hukum mendel : brainly.co.id/tugas/7421787

Penyimpangan hukum mendel : brainly.co.id/tugas/19558532

Detail Jawaban

Kelas : IX (SMP)

Mapel : Biologi

Bab : Pewarisan Sifat

Kode : 9.4.6

Kata Kunci : Percobaan mendel

Kacang ercis sebagai objek penelitian mendel – Perkembangbiakan organisme secara kawin (seksual) memungkinkan terjadinya penurunan sifat induk kepada anak/turunan. Penurunan sifat dari induk kepada turunan ternyata mengikuti pola tertentu. Hal ini ditemukan pertama kali oleh Gregor Johan mendel  (1822-1884) berkebangsaan Austria.

Mendel dikenal sebagai pendiri genetika. Ia telah merintis persilangan organisme melalui penelitian dengan menggunakan objek kacang kapri (ercis). Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada tahun 1865. Mendel dikenal sebagai bapak genetika dan pada tahun 1965 diabadikan sebagai ikon perangko oleh pemerintah Austria.

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Hal menarik dari penelitian mendel adalah seputar pemilihan kacang ercis (pisum sativum) sebagai objek penelitiannya. Sering orang mempertanyakan mengapa atau apa alasan Mendel memilih objek penelitian untuk persilangan dan pewarisan sifat organisme.

 Baca: Gen dan Kromosom dalam Pewarisan Sifat Organisme

Kemudian diketahui bahwa ada beberapa alasan mengapa kacang ercis dijadikan sebagai objek percobaan pewarisan sifat oleh Mendel. Ternyata kacang kapri memiliki kelebihan dan keistimewaan dibanding tanaman lainnya. Keistimewaan atau kelebihan kacang ercis, antara lain:

1.Daur hidup kacang ercis pendek sehingga cepat menghasilkan turunan baru

2.Turunannya banyak

3.Mudah disilangkan

4.Dapat melakukan penyerbukan sendiri karena memiliki bunga sempurna

5.Varietasnya banyak dengan pasangan sifat beda yang mencolok sehingga mudah diamati.

Varietas kacang ercis dengan berbagai sifat beda mencolok, antara lain:

1.Warna bunga ( Merah, Putih)

2.Posisi bunga ( di Ketiak, di Ujung)

3.Warna biji ( Kuning, Hijau)

4.Bentuk biji (Bulat, Kisut)

5.Bentuk polong ( Gelembung, Keriput)

6.Warna polong ( Hijau, Kuning)

Demikianlah sekilas tentang keistimewaan atau kelebihan kacang ercis dibanding tanaman lain sebagai objek penelitian Mendel.***

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Dalam konsep pewarisan sifat, kita mengenal Hukum Mendel. Yuk, simak penjelasan lengkap mengenai konsep awal Hukum Mendel di artikel ini.

--

Pernah nggak sih kamu mendengarkan komentar teman atau kerabat dekatmu mengenai kemiripan fisik atau sifat dengan anggota keluargamu yang lain? Contohnya kayak gini nih. 

“Sifat kamu mirip sekali dengan ayahmu”,

“Wah, matanya berwarna coklat, persis seperti ibunya”, 

“Rambut keritingmu sama persis ya dengan kakakmu”, dan lain sebagainya. 

Nah, persamaan dan perbedaan sifat maupun fisik dari orangtua atau induk ke anak atau keturunan, dapat terjadi karena faktor genetika. Wah, apa itu genetika? Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. 

Pada artikel sebelumnya, kita udah belajar mengenai konsep pewarisan sifat pada makhluk hidup. Kita tau kalo gen dan kromosom itu berperan penting dalam proses pewarisan sifat. Bagi yang lupa-lupa dikit sama materinya, bisa baca lewat link di bawah ini, yah!

Baca juga: Konsep Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup 

Kalo di artikel ini, kita fokus ngebahas hukum pewarisan sifat, atau yang biasa dikenal dengan Hukum Mendel. Wah, seperti apa itu, ya? Langsung aja yuk kita simak penjelasan lengkapnya berikut ini!   

Sebelumnya, manusia nggak begitu kenal dengan pasti dan benar tentang konsep pewarisan sifat. Sampai akhirnya, muncul nih seorang biarawan dan ahli botani asal Austria, bernama Gregor Johann Mendel. 

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Ia membawa pencerahan tentang hereditas atau pewarisan sifat melalui pembuktian prinsip dasar genetika. Nah, pembuktian itu didasari lewat percobaan yang telah dilakukan. Lalu, dari hasil percobaan itu, ia rumuskan menjadi hukum pewarisan sifat, yang dikenal sampai saat ini dengan Hukum Mendel.

Terus, apa sih percobaan yang Mendel lakukan?

Jadi gini, sekitar abad ke-19 Mendel melakukan percobaannya dengan melakukan hibridisasi/persilangan menggunakan kacang polong atau ercis (Pisum Sativum). Mendel sengaja memilih beberapa kacang ercis dengan karakteristik berbeda. Ia juga melakukan percobaannya bertahun-tahun, untuk  memperoleh hasil yang akurat. 

Tapi, kenapa ya Mendel memilih kacang ercis sebagai objek percobaan? Nah, dibalik itu semua ada alasannya guys, di antaranya:

  • kacang ercis memiliki siklus hidup yang cepat,
  • memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan atau sifatnya kontras,
  • mudah dilakukan penyerbukan silang,
  • dapat melakukan penyerbukan sendiri, dan
  • menghasilkan keturunan yang banyak.

Akhirnya, sekitar tahun 1866, Mendel melaporkan hasil percobaannya. Semua hasilnya ia tulis di dalam jurnal yang berjudul Natural Science Society of Brunn. Ternyata, kunci dalam percobaannya yang terkenal sampai sekarang ini adalah melakukan 2 jenis persilangan untuk bisa menentukan hukum pewarisan sifat, yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid. 

Persilangan monohibrid itu ada kaitannya dengan Hukum I Mendel, sedangkan persilangan dihibrid berkaitan dengan Hukum II Mendel. Oleh karena itu, saat ini kita mengenal dua macam Hukum Mendel. 

Ohya, sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel, kamu harus tau dulu nih beberapa istilah di hukum pewarisan sifat. Istilah ini yang nantinya banyak digunakan dalam konsep pembahasan atau soal-soal. Jadi, supaya kamu mengerti, wajib dihafalkan, ya!

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Baca juga: Perkembangbiakan Generatif dan Vegetatif pada Hewan

Hukum I Mendel (Segregasi Bebas)

Hukum I Mendel disebut juga dengan hukum segregasi bebas. Ini karena pada hukum ini, gen di dalam alel mengalami pemisahan (segregasi) secara bebas saat pembentukan gamet. 

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Hukum I Mendel ini bisa dibuktikan lewat persilangan monohibrid. Apa sih persilangan monohibrid itu? Oke, dari namanya aja “monohibrid”, mono artinya satu, jadi persilangan monohibrid adalah persilangan dua individu, tapi dengan satu sifat beda. Sifat yang dimaksud seperti warna bunga yang disilangkan, bentuk biji, tinggi tanaman, dan lainnya. 

Misalnya gini, kamu ingin menyilangkan dua bunga mawar sejenis, cuma warnanya aja yang beda. Mawar satu berwarna merah dan satunya lagi berwarna putih. Nah, karena dua mawar yang kamu silangkan itu cuma memiliki satu sifat beda, yaitu warnanya, maka itu disebut persilangan monohibrid.

Supaya lebih kebayang, kita ambil contoh dari percobaan Mendel tentang persilangan tanaman ercis bunga ungu dan putih ya. Jadi, awalnya ia memotong serbuk sari dari ercis bunga ungu dan menyisakan putiknya. Sebaliknya, pada ercis bunga putih, yang dipotong putiknya aja. Nah, ercis bunga ungu dan ercis bunga putih yang disilangkan ini disebut induk atau parental 1 (P1) ya. 

Baca juga: Peran Tanah dan Organisme Tanah di Games dan Kartun

Ternyata, hasil dari persilangan tersebut menghasilkan keturunan pertama atau filial 1 (F1) berwarna ungu semua. Kemudian, Mendel membiarkan F1 melakukan penyerbukan sendiri, sehingga F1 ini jadi parental 2 (P2). Nah, keturunan yang didapat ternyata berbeda guys, karena yang ia peroleh ercis bunga ungu dan ercis bunga putih. Hasil keturunan tadi disebut sebagai filial 2 atau F2 ya. Karena ercis bunga ungu tiga kali lebih banyak dibanding ercis bunga putih maka rasionya 3:1. 

Kalo aku gambarin jadi kayak gini ya!

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Hukum II Mendel (Asortasi Bebas)

Hukum II Mendel disebut juga dengan hukum asortasi bebas. Hal ini disebabkan karena gen di dalam gamet mengalami penggabungan (asortasi) secara bebas saat pembentukan individu baru. 

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Nah asortasi itu artinya berpasangan. Hukum II Mendel bisa diamati pada persilangan dihibrid ya. Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan 2 sifat beda. Tujuannya, supaya bisa tau nih pewarisan 2 sifat beda ini selalu menghasilkan sifat anakan yang sama kayak induknya atau tidak. 

Maksudnya kayak gini, kamu mau menyilangkan dua kacang ercis. Kacang ercis pertama bentuk bijinya bulat dan berwarna hijau. Sedangkan, kacang ercis kedua bentuk bijinya kisut dan warna nya kuning. Karena, ada dua sifat beda disini yaitu bentuk biji dan warna biji, maka disebutnya persilangan dihibrid.

Oke, sekarang kita bahas nih percobaan mendel dengan dua sifat beda. Jadi, ia menyilangkan biji bulat kuning dengan biji kisut hijau. Biji bulat kuning dan biji kisut hijau ini disebut parental 1 (P1). Ia mengamati bahwa semua keturunan pertamanya (F1) menghasilkan biji bulat warna kuning. Artinya, sifat yang dominan dari 2 biji induk tersebut adalah biji bulat kuning.

Terus, Mendel melakukan penyerbukan sendiri pada keturunan F1. Jadi, untuk parental 2 (P2) semuanya merupakan hasil F1 yaitu biji bulat kuning. Ternyata F2 yang didapatkan bervariasi, ia memperoleh 4 sifat yang berbeda. Yaitu biji kisut kuning, biji bulat kuning, biji kisut hijau, dan biji bulat hijau, dengan rasio 9:3:3:1. Jadi, gitu ya guys maksud dari Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel. 

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Nah, sampai disini kamu udah belajar tentang hukum pewarisan sifat termasuk konsep dasar dari persilangan monohibrid dan dihibrid. Gimana nih, dengan percobaan yang udah dijelasin dengan singkat ini, jadi lebih kebayang kan?

Kalau begitu, supaya kamu bisa lebih paham lagi, aku mau ajak kamu untuk latihan soal-soal di ruangbelajar!  Fitur-fitur baru dan keren di dalamnya bisa menambah pemahaman kamu. Jadi tunggu apalagi, belajar sekarang yuk!

Eksperimen Mendel tentang pewarisan sifat menggunakan tanaman kacang ercis

Referensi:

Gregor Mendel. [Daring]. Tautan: https://www.britannica.com/biography/Gregor-Mendel (diakses pada tanggal 9 September 2021).

Johann Gregor Mendel Father of Genetics. [Daring]. Tautan: http://www.dnaftb.org/1/bio.html (diakses pada tanggal 9 September 2021). 

Siti Zubaidah, dkk. (2018). Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas IX Semester 1. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.