Apakah akibatnya jika seseorang tidak ikhlas dalam melakukan amal kebaikan

Merdeka.com - Tidak mudah menegakkan ikhlas dalam diri, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang lemah. Godaan setan kerap mengintai untuk merusak amal-amal kebaikan.

Dikutip dari buku Surga Ikhlas, karangan Lasa Hs menuturkan, seorang ulama terkenal bernama Sufyan ats Tsauri berkata, "Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah".

Ada beberapa hal penting agar manusia dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan hanya kepada Allah:

1. Banyak berdoa

Di antara yang menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Di antara doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah agar bisa senantiasa ikhlas ialah, "Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada Mu dari perbuatan menyekutukan Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui". (HR Ahmad).

Rasulullah sering memanjatkan doa tersebut agar terhindar dari kesyirikan. Padahal, kita tahu bahwa beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan.

2. Menyembunyikan amal kebaikan

Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakin menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti salat sunah, puasa sunah dan lain-lain).

Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain bisa membawa keikhlasan, karena tidak ada yang mendorong melakukan itu kecuali karena Allah semata. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis,

"Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain daru naungan Nya yaitu, pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah; laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Nya; seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan namun ia berkata: 'Sesungguhnya aku takut kepada Allah'; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya". (HR Bukhari Muslim).

3. Memandang rendah amal kebaikan

Memandang rendah amal kebaikan yang dilakukan akan dapat mendorong amal perbuatan lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal yang dilakukan, di mana hal tersebut dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (bangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.

Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang dia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia. Said bin Jubair berkata, "Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya". Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana hal itu bisa terjadi?" Ia menjawab, "Seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap azab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu. Sedangkan ada seseorang yang beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka".

4. Takut amalnya tidak diterima

Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah Al Muminum ayat 60.

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka kembali kepada Tuhan mereka". (QS Al Muminum [23]:60).

Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut.

5. Tidak terpengaruh perkataan manusia

Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi manusia. Bahkan, Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia dipuji oleh manusia karenanya belaiu menjawab, "Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin". (HR Muslim).

Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia. Akan tetapi, janganlah jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab beramal saleh karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas.

Baca juga:
Masjid Kristal, rumah ibadah 'pintar' paling indah di Asia
Panti Muallaf, berkah Allah SWT setelah sembuh dari kanker payudara
Lantunan Alquran penyandang tunanetra semarakkan Ramadan di Malang

Catatan Hikmah D. Supriyanto JN *)

Berbuat baik dengan ikhlas adalah hal yang sepertinya mudah, namun sulit untuk dilakukan. Contoh  sederhana saja, misalnya   senyum.  Kadang kita tersenyum hanya kepada orang yang kita kenal saja, atau ketika seseorang  melakukan perbuatan baik pada kita. Pernahkah terfikir oleh Anda, untuk tersenyum kepada orang yang menyakiti kita, mengambil hak kita, atau ketika orang lain menghina dan melecehkan kita. Sepertinya hal tersebut sulit untuk dilakukan.

Berbuat amal kebaikan kepada orang lain, hendaknya diniati dengan ikhlas, tanpa harus  mengingat-ingat kembali kebaikan tersebut. Sebab, jika seseorang berbuat baik kepada orang lain dengan ikhlas, tanpa pamrih, serta tanpa mengharapkan imbalan apapun, maka perbuatan orang tersebut akan dibalas Allah lebih baik lagi.

Memang dalam realitas kehidupan, kadang  kita sering menyebut-nyebut pertolongan yang telah  kita berikan kepada orang lain. Dan merasa kita telah berbuat baik.

Seperti  halnya kisah  yang dialami kyai Tarjo,  yang hampir terjatuh  ke dalam sebuah kolam.  Tiba tiba ada  seseorang yang berada disampingnya, dan  secara reflek memegangi tangan Kyai Tarjo, lalu selamatlah Kyai Tarjo, tidak terjatuh kedalam kolam tersebut.

Namun seseorang yang telah menolong tersebut, selalu bercerita kepada orang yang ditemuinya,  lalu  mengungkit ungkit bahwa ia telah menyelamatkan Kyai Tarjo. Bahkan   setiap kali bertemu Kyai Tarjo pun selalu mengatakan, seandainya tidak ia selamatkan, Kyai Tarjo akan tercebur ke dalam kolam dan bisa jadi akan fatal akibatnya.  Mendapati hal seperti ini, Kyai Tarjo merasa tidak nyaman. Ia seakan diteror oleh kebaikan semu yang dilakukan orang lain terhadapnya.

Merasa tidak nyaman dirinya menjadi bahan olok-olok, di hari yang lain, Kyai Tarjo  membawa laki-laki yang pernah menolongnya tersebut ke dekat kolam dimana peristiwa itu terjadi.  Kemudian Sang Kyai menerjunkan dirinya ke dalam kolam tersebut .

Dengan kepala menyembul di permukaan air, Sang Kyai berteriak, “Hai kau lihat, sekarang aku sudah benar-benar tercebur di kolam dan  basah kuyup , seperti yang seharusnya terjadi  jika engkau dulu tidak menolongku! Sudah, pergi sana!” ucap Kyai Tarjo kesal.  Laki-laki tersebut berdiri mematung, diam membisu sambil memandang Kyai Tarjo. Dirinya merasa ditampar, atas apa yang dilakukannya karena tidak ikhlas.

Cerita tersebut di atas adalah cermin, betapa kita sering menepuk dada, berdiri dengan kepongahan dan tersenyum penuh ketidak jujuran. Dan, tanpa sadar menorehkan kotoran di hati kita sendiri.

Semakin lama kita renungkan, mungkin perbandingan perbuatan baik kita masih lebih sedikit dari perbuatan jelek ataupun perbuatan yang kurang menyenangkan orang lain, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Semakin kita bandingkan semakin timpang dan jauh rentangannya. Andai Anda bisa buatlah daftar satu hari ini apa saja perbuatan baik yang Anda lakukan dan perbuatan tidak baik yang Anda lakukan, bandingkan dan Anda akan terpana bila mengetahui mana yang lebih banyak.

Bila teryata perbuatan baik Anda yang lebih banyak, bersyukurlah karena Anda dapat memperbaiki hari-hari Anda ke depan dengan perbuatan baik. Namun bila ternyata perbuatan jelek yang lebih banyak segera koreksi dan rubah dengan perbuatan baik . Dengan demikian  akan menjadikan hidup anda lebih bermakna.

Saudaraku, selamat berbuka puasa, mari kita jadikan Ramadhan menjadi wasilah untuk mencintai bangsa ini.

*) D. Supriyanto JN, Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Republik Indonesia

Ikhlas merupakan salah satu piranti awal dalam beribadah kepada Allah SWT setelah niat. Karena ikhlas merupakan salah satu syarat penting diterimanya amal ibadah kita oleh Allah SWT. Ikhlas bisa kita artikan bahwa ikhlas adalah meniatkan segala apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah SWT demi mengharap ridho-Nya.

Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan ikhlas dalam beribadah adalah meniatkan segala macam ibadah yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah SWT demi mengharap ridho-Nya. Sebagaimana yang terapadat pada rukun iman ke 1, yaitu iman kepada Allah. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah)

Oleh karena itu, ibadah yang kita lakukan harus didasari dengan rasa ikhlas di samping sebuah niat yang tulus. Karena hanya dengan begitulah ibadah yang kita lakukan akan diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh yang kelak menjadi bekal kita dalam kehidupan akhirat.

Namun sebaliknya apabila ibadah yang kita lakukan tidak didasari rasa ikhlas di samping sebuah niat yang tulus, maka sudah bisa dipastikan bahwa ibadah tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT dan tidak dicatat sebagai amal sholeh, malahan bisa saja dicatat sebagai salah satu amal yang tidak baik.

Berikut beberapa ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT, diantaranya:

  1. Terlalu berharap kepada makhluk

Salah satu dari empat khalifah yang mendapat julukan gerbangnya ilmu, yaitu Sayyidina Ali r.a. pernah mengatakan bahwa orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya. Karena setiap amal ibadah pada hakikatnya adalah kita sedang melakukan interaksi dengan Allah sehingga harapan yang ada hanyalah kepada mencari keridhoan Allah semata.

Dari perkataan tersebut dapat kita ambil ibarah atau pelajaran bahwa orang yang tidak ikhlas dalam ibadahnya pasti akan mengharapkan pujian dan ucapan terima kasih dari amal perbuatan yang telah dilakukannya terhadap orang lain.

  1. Sering sekali merasa kecewa dalam hidupnya

Orang yang benar-benar ikhlas dalam ibadahnya tidak akan pernah merubah sikapnya meskipun disaat dia melakukan suatu amal kebaikan ada/tidak ada orang yang memuji kebaikannya tersebut. Bahkan dicaci maki pun apabila hal yang dilakukan adalah benar menurut ajaran Allah, dia akan tetap melakukannya tanpa mundur sedikitpun.

Sedemikian sehingga orang yang tidak ikhlas dalam ibadahnya akan menunjukkan sikap yang sebaliknya. Dalam artian dia akan merasa sangat kecewa setiap kali tidak ada seorangpun yang memuji perbuatan baiknya bahkan menjadi marah ketika dicaci maki.

Sehingga apabila sudah tidak mendapat pujian, dia akan menghentikan amal baik tersebut karena menganggapnya sebagai sesuatu yang sia-sia dan hanya buang-buang tenaga saja.

  1. Mengumbar amal kebaikannya

Seperti kata pepatah bahwa janganlah tangan kirimu sampai tahu ketika tangan kananmu berbuat kebaikan. Maksudnya adalah kebaikan yang kita lakukan sebaiknya dirahasiakan dari orang lain karena orang yang ikhlas melakukan amal tersebut hanya akan berpikir bahwa amal baik tersebut menjadi urusannya dengan Allah saja sehingga orang lain tidak perlu mengetahuinya dan semata-mata demi mengharap ridho Allah SWT.

Namun apabila orang tersebut tidaklah ikhlas, dia pasti akan mengumbar atau memamerkan amal baik tersebut sehingga orang lain memujinya dan menggapnya sebagai orang baik. Bukankah orang baik tidak perlu menunjukkan kepada orang lain bahwa dia itu baik? Karena semuanya akan tercermin dari tingkah laku yang dilakukannya sehari-hari sehingga meskipun tidak dipamerkan orang akan tetap bisa menilainya dari tingkah laku tersebut. (baca juga: riya’ dalam islam)

Dalam artian orang yang ikhlas tidak akan membedakan mana amal baik yang kecil atau besar. Semua akan dilakukannya dengan senang hati demi mendapatkan ridho Allah SWT. Tetapi beda halnya apabila orang yang tidak ikhlas, dia akan memilih-milih antara amal yang besar dan kecil.

Hal ini dilakukan karena dia beranggapan bahwa amal yang besar akan menghasilkan pahala dan ridho Allah yang besar pula, sedangkan amal yang kecil akan menghasilkan pahala dan ridho Allah yang kecil pula. Padahal semua amal baik adalah sama saja di hadapan Allah selama kita mau melakukannya dengan niat yang baik, tulus, dan ikhlas dengan semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya.

  1. Membeda-bedakan orang atau golongan

Orang yang ikhlas dalam beramal dan menjadikannya sebagai media untuk beribadah kepada Allah niscaya dia tidak akan membeda-beda makhluk ciptaan-Nya, baik dari golongan islam atau non islam, tua atau muda, kaya atau miskin, dan lainnya. Dia akan melakukan amal kebaikan kepada siapapun yang membutuhkan. Dia akan senang untuk bisa menolong sesamanya.

Namun berbeda dengan orang yang tidak ikhlas, dia akan memilih orang ataupun golongan yang akan dibantunya sebagai sebuah amalan baik. Kebanyakan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah saat melakukan amal baiknya seperti memberikan bantuan kepada orang lain lebih memilih orang yang kaya daripada orang yang miskin. Hal ini dia lakukan karena ada rasa pamrih atau balasan dari orang yang dibantunya tersebut.

Sebagaimana disebutkan dalam poin-poin sebelumnya bahwa orang yang tidak ikhlas dalam beribadah akan selalu mengharapkan pujian dari orang lain. Hal ini muncul karena sejak awal niat yang ditanamkannya tidaklah tulus karena Allah semata. Namun karena harapan lainnya seperti pujian sehingga nantinya bisa lebih dikenal orang dengan kebaikan amalnya tersebut.

  1. Kurangnya rasa syukur dan do’a

Orang yang ikhlas dalam ibadahnya pasti akan selalu merasa bersyukur telah diberikan kesempatan dan waktu untuk menjalankan ibadah dan amal-amal yang masih tergolong dalam beribadah kepada Allah demi mengharapkan ridho-Nya. Dengan demikian, orang yang sering bersyukur adalah orang yang sering berdo’a karena rasa syukur yang dipanjatkan juga termasuk sebuah do’a.

Berbeda halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Dia akan jarang sekali memanjatkan rasa syukur atas nikmat kesempatan nikmat dan waktu yang diberikan padanya untuk bisa beribadah dan berbuat amal-amal yang termasuk sebuah ibadah kepada Allah SWT bahkan dia bisa saja lupa untuk bersyukur.

Dengan demikian, orang yang jarang bersyukur adalah orang yang jarang berdo’a. Dia lupa untuk bersyukur karena sudah terbuai pujian-pujian yang memang diharapkannya didapat dari orang lain.

Itulah beberapa ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT yang bisa dijelaskan. Masih banyak lagi sebenarnya ciri-ciri dari orang tersebut, seperti shalatnya tidak khusyu’. Salah satu hal yang bisa ditekankan di sini bahwa Allah SWT tidak akan membeda-bedakan amal ibadah yang dilakukan oleh hamba-Nya selama dia melakukannya dengan niat yang tulus dan ikhlas serta mengharapkan ridho-Nya semata.

Tanpa perlu mengharapkan berbagai pujian dari sesama makhluk-Nya demi membuktikan bahwa dia termasuk orang atau hamba yang baik. Lakukanlah amal ibadah kita dengan lillahi ta’ala (hanya karena Allah SWT). Semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang senantisa diberikan rasa ikhlas dan mendapat ridho-Nya dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan. Amin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn