Matius 19:6, ”Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.”. Ikatan sebuah pernikahan di dalam iman Kristen yang sudah ditetapkan Allah merupakan ikatan seumur hidup. Dalam proses penyatuan terlihat jelas jika Allah menjadi inisiatif pertama yang membuat perkawinan tersebut bisa terjadi dan juga dengan otoritas yang Tuhan berikan. Ia meneguhkan pernikahan melalui lembaga gereja. Pernikahan sendiri bukanlah hanya bersifat sementara namun seumur hidup hingga maut memisahkan. ads Apabila sebuah perceraian dilakukan maka ini sudah mencederai pemberian dan juga penyatuan yang sudah diberikan oleh Allah dan ini melanggar sebagai tujuan hidup orang Kristen merupakan kesalahan serta dosa di mata Allah. Penegasan larangan perceraian sebuah pernikahan harus selalu dipegang dan Tuhan Yesus berkata dengan sangat jelas pada Matius 19:4-6, “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? dan firmanNya: sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging, Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang sudah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Pengertian Perceraian Jika diartikan secara sederhana, perceraian dalam Kristen merupakan berakhirnya ikatan pernikahan yang sudah seharusnya seumur hidup tersebut. Perceraian tidak hanya berakhirnya hubungan diantara dua belah pihak, namun juga aspek yang luas yakni anak, harta benda, lembaga gereja, perintah dan tentunya Allah. Semua yang terlibat di dalam pernikahan tersebut juga harus menanggung akibatnya sebab perceraian akan melibatkan banyak aspek yang akhirnya akan menimbulkan konflik berkepanjangan sampai akhirnya menuju ke kehancuran secara langsung ataupun tidak langsung. Artikel terkait:
Bentuk-bentuk perceraian, perceraian sendiri bisa dilihat dari 2 perspektif yang berbeda yakni ceria hidup dan cerai mati:
Larangan Perceraian Kristen Dalam Matius 19:8 diungkapkan alasan mengapa Tuhan Yesus sangat melarang perceraian terjadi, “ketegaran hati manusia’ – pikiran dan hati manusia yang membatu, menjadi keras dan mau menang sendiri”. Gereja yang mempunyai peran Gereja dalam masyarakat yang menyatukan umat Kristen dalam pernikahan namun, tidak bisa memisahkan mereka.
Allah tidak pernah menghendaki sebuah perceraian terjadi dan apabila manusia masih membatu, egois dan tetap ingin bercerai, maka ada syaratnya yakni karena alasan perzinahan denga konsekuensi pasangan tersebut tidak boleh menikah kembali dan jika sampai menikah kembali maka akan dikategorikan menjadi berzinah. Ini dikategorikan berzinah sbab masih hidup dengan bukan suami atyau istri yang sah, tidak sah di mata Tuhan dan juga gereja, meskipun pemerintah mengijinkan perceraian tersebut bisa terjadi. Sampai kapanpun, gereja tidak akan memberikan peneguhan untuk kedua kalinya di dalam sebuah pernikahan. (baca juga: Sejarah Gereja Katedral)
Di dalam Perjanjian Baru, pandangan Yesus tentang perceraian dalam Kristen bisa dilihat dari Matius 5:31-32 dan juga Matius 19:9. Dalam dua ayat tersebut, Yesus secara tegas melarang perceraian terjadi, namun ada pengecualian yakni zinah. Dalam bahasa Yunani kata zinah adalah Porneia. Porneia merupakan sesuatu yang najis dan Yesus juga tidak memberi batasan tentang pengertian dalam arti sempit atau dalam arti luas.
Di dalam 1 Korintus 7:1-15, tertulis mengenai perspektif Paulus yang sangat tidak setuju jika orang percaya melakukan perceraian dan dalam situasi apapun keputusan etis dari Paulus tidak menyetujui pernikahan terjadi sebab pernikahan merupakan sesuatu yang kudus dan juga sakral. Bisa diartikan perzinahan yang dimaksud adalah bukan hanya percabulan keinginan daging akan tetapi juga perzinahan rohani. Sebab jika perceraian hanya dibatasi dari percabulan saja, maka akan sangat banyak orang yang akan bercerai hanya karena hawa nafsu saja.
Salah satu kualifikasi dari seorang penilik jemaat yakni ia haruslah suami dari seorang istri sehingga intinya perceraian tidak boleh terjadi sebab di dalam Alkitab sudah sangat jelas dan perkataan Tuhan Yesus sendiri juga melarang perceraian terjadi. Apabila Tuhan sendiri sudah mengatakan jangan, maka kita sebagai umat-Nya juga harus menjalankan perintah tersebut dan berkata tidak pada perceraian. Artikel terkait:
Akibat Perceraian Perceraian dalam Kristen dasarnya sangat merugikan semua pihak dan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang orangtuanya bercerai juga memungkinkan akan mengulang hal serupa di kemudian hari. Ada beberapa fakta yang timbul akibat dari sebuah perceraian.
Perkawinan adalah suatu hal suci yang sudah diberikan oleh Allah bagi kita umat-Nya dari sejak semula. Perkawinan diberikan karena sebuah tujuan, akan tetapi saat tujuan tersebut di langgar, maka ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan kembali dan perceraian tetap suatu hal yang jahat dan menghasilkan dosa. Perceraian juga akan memberikan kerugian untuk mereka yang berpisah, anak-anak dan bahkan keluarga besar. Dengan ulasan kali ini, semoga bisa memberikan perenungan dan menjadi penolong serta pembuka jalan, supaya perceraian jangan sampai terjadi dan harus dihindari sebab merupakan larangan dari Tuhan, merusak sumpah sakral dalam pernikahan yang sudah dibuat oleh Allah dan juga akan membatalkan penilik jemaat. |