Wali songo menyebarkan agama islam di pulau

Wali songo menyebarkan agama islam di pulau

Wali Songo  atau sembilan wali dikenal sebagai penyebar agama Islam di pulau Jawa . Uniknya sebaran dakwah para Wali Songo dimulai di kawasan utara pulau Jawa. Termasuk makam-makam Wali Songo banyak ditemui di beberapa tempat di pulau Jawa bagian utara.

Misalnya di wilayah Jawa Timur bagian utara ada Sunan Gresik, Sunan Giri dari Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang dari Tuban, Sunan Drajat di Lamongan. Lalu di kawasan Jawa Tengah bagian utara yakni Kudus ada Sunan Kudus dan Sunan Muria, Sunan Kalijaga di Demak. Jawa Barat bagian utara yakni Sunan Gunung Jati dari Cirebon.

Dalam buku “Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual” terbitan Kompas, daerah kawasan pesisir utara di Jawa itu dekat dengan pusat kegiatan ekonomi, politik, dan kebudayaan nusantara. Belum lagi pulau Jawa dianggap sebagai magnet karena banyak pedagang berdagang di Jawa.

Wali songo menyebarkan agama islam di pulau
Wali Songo Menyebarkan Agama di Pulau Jawa (Liputan6.com)

Para Wali Songo itu sepertinya ingin mendekati para pedagang untuk menyebarkan agama Islam, sehingga para pedagang akan menyebarkan Islam ke kampung halaman mereka sepulang dari pulau Jawa.

Beberapa kota di Jawa Timur juga merupakan kota Pelabuhan yang dekat dengan pantai, seperti Gresik, Lamongan, dan Surabaya. Juga ada di kawasan Jawa Tengah seperti Kudus, Demak, dan Cirebon yang dulu memiliki pelabuhan yang ramai.

Dalam buku itu tertulis bahwa setelah kekuatan ekonomi beralih dari Jawa Timur ke Jawa Tengah setelah kerajaan Majapahit Goyah akibat diserang kerajaan Kediri pada 1478. 



bentuk hak oktroi voc butuh jawaban segera​

Pertanyaan yg paling tepat yg mengakibat kan muncul nya aktivitas perdagangan adalah..​

QuizzzzzzzzPertemuan antara negara-negara di kawasan benua asia dan benua afrika disebut ????dilarang COPASSSS​

1. Produksi memerlukan faktor-faktor produksi atau sumber daya ekonomi. Faktor produksi asli merupakan dua faktor yang membuat manusia sudah dapat men … ghasilkan barang. Berikut ini yang termasuk faktor produksi asli adalah a. alam dan tenaga kerja b. modal dan kewirausahaan c. alam dan kewirausahaan d. tenaga kerja dan modal 2. Untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan barang dan jasa masyarakat, diperlukan kesediaan produsen dalam memproduksi berbagai barang pada tingkat harga. Penawaran ini biasanya dilakukan oleh pedagang atau produsen sebagai penghasil barang. Jika harga barang yang ditawarkan naik, maka jumlah barang yang ditawarkan cenderung akan a. bertambah b. seimbang c. berkurang d. sama 3. Seorang wirausaha tidak suka bergantung kepada pihak lain. Keberhasilan seseorang tergantung pada manusianya sendiri. Jiwa wirausaha harus mampu mengenali dirinya sendiri dan harus melengkapi diri dengan jiwa besar. Sikap dapat mengenal lingkungan sehingga mampu mendayagunakan secara efisien untuk kepentingan hidupnya, merupakan ciri-ciri manusia wirausaha, yaitu memiliki a. sikap mental wiraswasta b. kepekaan terhadap lingkungan c. kemampuan mencari informasi d. kepribadian yang kuat 4. Belajar dari kehidupan manusia pada masa pra-aksara, maka terdapat nilai-nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai religius muncul dalam peristiwa a pemilihan pemimpin b bercocok tanam c kepercayaan dinamisme dan animisme d membangun rumah bersama-sama 5. Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh pedagang India yang berdagang di Indonesia dengan menyesuaikan angin musim. Sambil menunggu perubahan arah angin, pedagang tersebut menetap sehingga memungkinkan terjadinya perkawinan dan penyebaran pengaruh kebudayaan India dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori masuknya kebudayaan Hindu-buddha ke Indonesia, yaitu teori a ksatria b arus balik c waisya d brahmana 6. Pada tahun 1645 Sultan Agung wafat, sehingga kerajaan Mataram diganti oleh Amangkurat I. Pada masa Amangkurat I Mataram mengalami kemunduran karena masuknya Belanda yang berhasil memecah belah Mataram. Pada tahun 1755 Mataram dibagi menjadi 2 wilayah kerajaan yaitu daerah Kesultanan Yogyakarta dan daerah Kasunanan Surakarta, melalui Perjanjian a Saragosa b Bongaya c Salatiga d Giyanti tolong jawab cepat dibutuhkan segera

perhatikan pernyataan berikut :1]proto melayu datang ke indonesia dengan membawa hasil kebudayaan berupa kapak lonjong dan kapak persegi 2]deutro mela … yu datang ke indonesia dari cina melalui jalur barat dan jalur timur 3]deutro melayu datang ke indonesia dengan membawa hasil kebudayaan berupa perkakas dari logam 4]suku kubu, toala dan talang adalah keturunan proto melayu. pernyataan yang benar ditunjukkan oleh nomor a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 3dan 4 d. 2 dan 4

QuizzzMenciptakan keamanan, stabilitas, dan perdamaian serta membahas kasus-kasus terkini yang menjadi perhatian asean adalah salah satu tujuan kerja … sama antar negara-negara asean di bidang .... ?Dilarang COPAS​

5 Contoh Perubahan Budaya5 Contoh perubahan Sosialkuiss​

hewan mitologi 8 huruf​

Kota A terletak pada koordinat 107° LS dan 90° BT, sedangkan kota B terletak pada koordinat 110° LS dan 90° BT. Maka jarak kedua kota tersebut sejauh. … ....

21. Tuliskan 3 contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui! 22. Tuliskan 3 hasil barang tambang yang ada di Indonesia! 23. Tuliskan 3 kegiatan ekono … mi yang ada di wilayah pantai! 24. Apa yang menyebabkan keragaman kegiatan ekonomi di Indonesia? 25. Tuliskan 3 jenis pekerjaan dalam bidang jasa!​

Wali Songo atau Sembilan Wali merupakan tokoh yang memiliki peranan cukup penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Bahkan, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah mayoritas pemeluk agama Islam terbesar di dunia.

Secara harfiah, Wali berarti “wakil” atau “utusan” dan sanga atau songo berarti “Sembilan”. Dalam penyebaran agama Islam, para Wali Songo ini berdakwah dengan menggunakan cara yang halus melalui pendekatan kebudayaan, kesenian, maupun pendidikan. Oleh masyarakat, para wali songo ini diberi gelar Sunan yang artinya “yang dihormati”. Adapun kesembilan wali tersebut, antara lain :

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana Malik Ibrahim dipercaya sebagai keturunan dari Nabi Muhammad. Wali yang disebut Sunan Gresik ini dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa. Selain berdakwah, Sunan Gresik mengajarkan cara baru dalam bercocok tanam.

Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Saat Majapahit sedang berada diambang keruntuhan karena perang saudara hingga ada masalah politik dan krisis ekonomi maka Sunan Gresik berusaha menenangkan dan menggugah semangat masyarakat.

Bersama dengan pasukan dan tentara dari Laksamana Cheng Ho, Sunan Gresik mencetak sawah baru dan membangun irigasi untuk pertanian rakyat. Tindakannya ini berhasil membawa perbaikan pada masyarakat pesisir Gresik. Melalui pendekatan yang halus maka secara perlahan agama Islam dapat disebarkan dengan baik.

Sunan Ampel

Raden Rahmat atau dikenal dengan Sunan Ampel adalah wali songo yang dianggap sesepuh oleh para wali lainnya. Ia adalah wali yang berasal dari Jeumpa, Aceh. Selama berdakwah, Sunan Ampel terkenal dalam kemampuannya berdiplomasi. Ia mampu mengajarkan agara Islam ditengah masyarakat yang masih terikat kasta.

Sunan Ampel dikenal dengan ajarannya “Molimo” yaitu tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang, antara lain “emoh main” (tidak mau berjudi), “emoh ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “emoh madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “emoh maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “emoh madon” (tidak mau berzina).

Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)

Raden Makhdum Ibrahim atau dikenal Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Berkat didikan ayahnya, ia memperdalam ajaran Islam dan berguru pada Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri) di Malaka. Setelah itu, ia kembali ke Tuban untuk mulai berdakwah. Sunan Bonang berdakwah melalui saluran pendidikan dan kesenian, yaitu dengan mendirikan pondok pesantren dan memperbarui gamelan Jawa dengan memasukan rebab dan bonang.

Sunan Drajat (Raden Qasim Syarifuddin)

Raden Qasim Syarifuddin adalah putra Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kalangan rakyat kecil. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.

(Baca juga: Saluran Penyebaran Islam di Indonesia)

Dakwahnya diselingi dengan tembang suluk yang berisi petuah-petuah indah dan mendalam. Minat yang tinggi dari masyarakat terhadap dakwahnya mendorong Sunan Drajat untuk mendirikan pesantren yang dijalankan secara mandiri sebagai wilayah otonom dan bebas pajak.

Sunan Kudus (Jafar Shaddiq)

Ja’far Shaddiq adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji dan Cucu Sunan Ampel. Sunan Kudus memulai dakwahnya di pesisir utara Jawa Tengah dan ia terkenal memiliki wawasan ilmu agama serta pengetahuan yang luas, sehingga dijuluki wali al-ilmu atau “orang berpengetahuan”.

Kecerdasannya itu membuat masyarakat memintanya menjadi pimpinan di daerah yang kemudian dinamakan “Kudus”. Ia bahkan berperan besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, dan hakim peradilan kerajaan.

Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin)

Wali yang termasyur dengan sebutan Sunan Giri ini bernama asli Raden Paku. Sejak remaja ia belajar agama Islam di pondok pesantren Ampel dan berguru kepada Sunan Ampel. Ia mendirikan pesantren di Giri Kedaton yang berperan sebagai pusat dakwah di wilayah Jawa dan Indonesia Timur bahkan sampai ke Kepulauan Maluku.  Sunan Giri terkenal dengan dakwahnya yang membawa keceriaan, yang mana di tengah dakwahnya, ia menyelipkan tembang yang riang seperti cublak cublak suweng, lir ilir, dan jamuran.

Sunan Kalijaga (Raden Mas Said)

Masa muda dari Sunan Kalijaga dihabiskan sebagai “perampok budiman”, yang mengambil harta orang kaya untuk dibagikan ke rakyat miskin. Petualangannya itu berakhir saat bertemu Sunan Bonang, sehingga bertobat dan tergerak untuk menimba ilmu agama Islam.

Sunan Kalijaga menjadikan Demak sebagai pusat dakwahnya. Dimana, ia berdakwah menggunakan pendekatan budaya dan kesenian yaitu wayang kulit serta tembang suluk. Ciri khas dari dakwahnya adalah toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang secara bertahap ia tanamkan kesadaran akan nilai-nilai Islam pada budaya masyarakat.

Sunan Muria (Raden Umar Said)

Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Seperti ayahnya, Sunan Muria menggunakan budaya dan kesenian dalam dakwahnya, dimana tembang sinom, kinanti, dan tradisi kenduri merupakan hasil kreativitasnya.

Ia berupaya menanamkan kesadaran akan keluhuran nilai-nilai Islam secara bertahap. Pendekatannya disesuaikan dengan kondisi para pendengarnya yang kebanyakan berasal dari kalangan pedagang, nelayan, dan rakyat biasa. Adapun wilayah dakwahnya meliputi Pati, Juwana, Tayu, dan Kudus.

Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya wali yang berdakwah untuk Jawa Barat. Ia mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahan. Dalam perkembangannya, pusat ini kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Dibantu putranya, Maulana Hasanuddin juga berhasil menyebarkan agama Islam di Banten dan Sunda Kelapa serta merintis berdirinya Kesultanan Banten.