Tujuan didirikannya gerakan non blok tahun 1961 adalah…

Merdeka.com - Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok. Indonesia bisa dikatakan mempunyai peran sangat penting dalam proses kelahiran organisasi Gerakan Non Blok [GNB]. Organisasi ini lahir dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia ketiga. Khususnya dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu.

Hal tersebut karena adanya persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo [Sri lanka] diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika [KAA] di Bandung di mana menjadi awal lahirnya Gerakan Non Blok [GNB]

Lantas apa saja tujuan Gerakan Non Blok? Melansir dari laman resmi kebudayaan.kemdikbud, Rabu [28/10/2020], simak ulasan informasinya berikut ini.

2 dari 5 halaman

Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo [Sri lanka] diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika [KAA] di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955. Dalam konferensi ini dihadiri oleh wakil setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika.

Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok [GNB]. Sebenarnya, tujuan KAA adalah untuk mengidentifikasi serta mendalami berbagai masalah dunia saat itu. Selain itu juga berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka dalam tataran hubungan internasional. Sejak saat itu, proses pendirian Gerakan Non Blok kian mendekati kenyataan. Pada proses tersebut terdapat tokoh-tokoh pemegang kunci sejak awal yakni Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kemudian, lima tokoh ini dikenal sebagai pendiri Gerakan Non Blok.

3 dari 5 halaman

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Yugoslavia pada 16 September 1961, negara-negara pendiri GNB bertepatan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan sebuah organisasi. Tujuannya untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara mereka. Pada Konferensi Tingkat Tinggi I ini juga ditegaskan, Gerakan Non Blok tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional. Melainkan untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara anggotanya.

©2020 Merdeka.com/Imam Buhori

Gerakan Non Blok lantas menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Sebab, sejak awal Indonesia telah memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Konferensi Asia  Afrika pada tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama Gerakan Non Blok. Inilah yang menjadi bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian Gerakan Non Blok.

4 dari 5 halaman

Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok yakni tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan Gerakan Non Blok ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sedangkan, tujuan Gerakan Non Blok ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuannya untuk menuju perdamaian dan keamanan dunia.Untuk bisa mewujudkan tujuan Gerakan Non Blok tersebut, negara anggota menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi [KTT]. Pokok utama pembicaraan mereka yakni membahas berbagai persoalan yang berhubungan dengan tujuan Gerakan Non Blok itu sendiri. Selain itu juga ikut mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional yang bisa membahayakan perdamaian serta keamanan dunia.

5 dari 5 halaman

Di perjalanan sejarahnya, sejak Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Gerakan Non Blok setidaknya telah menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi sebanyak 16 kali. Terakhir kali Konferensi Tingkat Tinggi XVI yang berlangsung di Teheran pada bulan Agustus 2012. Sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok, Indonesia pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi.

©2017 Merdeka.com

Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X pada tahun 1992 yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Konferensi Tingkat Tinggi X ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi dan 64 Kepala Negara. Konferensi Tingkat Tinggi ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa [PBB] yaitu Boutros Boutros Ghali. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X ini menghasilkan 'Pesan Jakarta' yang mengungkapkan sikap Gerakan Non Blok terkait berbagai masalah. Mulai dari hak asasi manusia, demokrasi hingga kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin.

tirto.id - Gerakan Non-Blok [GNB] didirikan pada tahun 1961, tepatnya tanggal 1 September. Pendirian Gerakan Non-Blok pada tahun 1961 dipelopori sejumlah tokoh, yakni Soekarno [Indonesia], Gamal Abdul Nasser [Mesir], Jawaharlal Nehru [India], Kwame Nkrumah [Ghana], dan Joseph Broz Tito [Yugoslavia].

Tokoh-tokoh pemimpin sejumlah negara Asia, Afrika, dan Eropa Timur yang baru saja meraih kemerdekaannya itu menginisiasi pembentukan Gerakan Non-Blok [GNB] untuk menyikapi situasi politik dunia pada era 1950-60an.

Bagaimana sejarah, latar belakang hingga tujuan pendirian Gerakan Non-Blok? Jawabannya bisa dicermati dalam uraian di bawah ini.

Latar Belakang Gerakan Non Blok Didirikan pada Tahun 1961 (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Latar belakang pendirian Gerakan Non-Blok tidak terlepas dari peta politik global setelah Perang Dunia II. Kala itu, dunia terbelah menjadi 2 blok utama: Barat-Timur.

Blok Barat merupakan aliansi politik pengusung ideologi Liberalisme-Demokrasi-Kapitalisme yang berada di bawah pengaruh Amerika Serikat dan Inggris. Sebaliknya, Blok Timur menjadi aliansi negara-negara pendukung ideologi sosialis-komunis yang kala itu dipimpin Uni Soviet [Rusia].

Berdasarkan catatan Nansy Rahman dalam Modul Sejarah [2020:13] terbitan Kemdikbud, meskipun kekuatan dua blok itu mendominasi percaturan politik dunia, masih banyak negara-negara lain yang sebenarnya bersikap netral. Negara-negara itulah yang kemudian bergabung dalam Gerakan Non-Blok [GNB].

Baca juga: Sejarah Konferensi Asia-Afrika yang Lahirkan Solidaritas Global

Sudah disebutkan bahwa dua blok lahir sebelum GNB didirikan. Blok Barat terdiri dari 8 negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belgia, Belanda, Norwegia, Luxemburg, dan Kanada. Sedangkan Blok Timur, memiliki anggota sejumlah 4 negara, mulai dari Uni Soviet, Cekoslovakia, Jerman Timur, dan Rumania.

Hubungan negara yang sudah tidak perang namun masih berbeda kubu ini menjadi masalah dalam kehidupan internasional. Menanggapi situasi ini, negara-negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia-Afrika pun melakukan diskusi, tepatnya melalui Konferensi Asia-Afrika [KAA] di daerah Bandung, Jawa Barat.

Mengutip situs Kemlu RI, Konferensi Asia-Afrika memiliki hubungan erat dengan Gerakan Non-Blok. Di pertemuan negara-negara anggota KAA di Indonesia pada 1955 lahir kesepakatan “Dasasila Bandung." Di dalamnya, termuat prinsip penyelenggaraan kerja sama internasional.

Berlanjut setelah itu, tepatnya pada 1-6 September 1961, diadakan lagi Konferensi Tingkat Tinggi [KTT] I di Beogard, Yugoslavia. Bertepatan dengan konferensi yang dihadiri oleh 25 negara ini, termasuk Indonesia, lahir organisasi negara netral, yakni GNB. Oleh karena itu, GNB ditetapkan resmi berdiri pada 1 September 1961.

Infografik SC Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok. tirto.id/Fuad

Tujuan Gerakan Non Blok (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Setidaknya terdapat tiga kesepakatan yang melandasi tujuan Gerakan Non-Blok, yakni Dasasila Bandung, pidato Jawaharlal Nehru, dan Deklarasi Havana 1979. Berdasarkan ketiganya, tujuan GNB pada akhirnya dirumuskan.

Secara ringkas, tujuan GNB adalah mengawasi kedaulatan negara-negara netral [anggota GNB] serta menentang seluruh kejahatan internasional.

Baca juga: Profil 10 Negara Asean Beserta Ibu Kota dan Keterangan Lainnya

Bentuk-bentuk kejahatan internasional yang ditentang Gerakan Non-Blok adalah imperialisme, neo-kolonialisme, kolonialisme, apartheid, rasisme, agresi militer, dan dominasi satu kubu di politik dunia.

Lalu, perang dingin yang terjadi saat itu antara dua kubu juga menjadi alasan GNB untuk memiliki tujuan sebagai blok yang dapat mengakhiri perang tersebut.

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Indonesia memiliki peran penting dalam pendirian Gerakan Non Blok maupun aktivitas organisasi tersebut. Mulai dari langkah Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dan ingin meredakan ketegangan dunia akibat perang dingin, hingga upaya memelihara perdamaian internasional.

Berikut ini beberapa poin tentang peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok.

1. Menjadi pelopor GNB

Soekarno, selaku presiden pertama Indonesia, bersama empat pemimpin dunia lainnya menjadi pelopor berdirinya Gerakan Non-Blok. Presiden Soekarno juga memelopori penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang punya peran penting dalam pendirian GNB.

2. Menjadi tuan rumah pertemuan

Peran Indonesia bisa dilihat dari pelaksanaan KAA yang dilaksanakan pada 1955 di Bandung, Jawa Barat. Kala itu, negara-negara yang tidak memihak dua blok yang ada akhirnya menyatakan keinginan untuk bersikap netral. Ada 29 kepala negara Asia-Afrika yang baru merderka hadir dalam forum KAA 1955.

Indonesia pun pernah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok [GNB] ke-X yang diadakan di Jakarta, pada tanggal 1-6 September 1992.

3. Menjadi Pemimpin GNB

Selain menjadi tuan rumah KTT GNB ke-10, pada tahun 1992, Presiden Indonesia kedua, Soeharto, juga ditunjuk menjadi Ketua Gerakan Non-Blok.

4. Memiliki prinsip yang sama dengan GNB

Indonesia yang telah merdeka menentang keras kejahatan internasional, terlebih lagi jika dilakukan dengan cara kemiliteran. Perdamaian yang dijunjung serta politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia ternyata sejalan dengan prinsip GNB.

Baca juga artikel terkait GERAKAN NON BLOK atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
[tirto.id - prd/add]

Penulis: Yuda Prinada Editor: Addi M Idhom Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan