Perbedaan seperti apa yang terjadi dalam pekerjaan seorang Public Relations dengan wartawan

Wartawan dan Hubungan Masyarakat (humas) merupakan dua profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab sama, yaitu sebagai pengelola informasi untuk publik dan saling berhubungan.

Perbandingan Humas dan WartawanDikutip dari Cutlip (2006:312) bahwa tak ada yang lebih menjengkelkan bagi seorang wartawan, editor dan direktur berita selain praktisi yang mengemis agar beritanya dimuat atau keluhannya tentang pemuatan berita. Jurnalis telah mengembangkan objektivitas jurnalistik dan nilai berita. Jika informasi tidak layak diberitakan karena tidak menarik bagi khalayak, maka sebanyak apapun atau sesering apapun praktisi menghubungi media tetap tidak akan mengubah kualitas informasi.Wartawan dan Hubungan Masyarakat (humas) merupakan dua profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab sama, yaitu sebagai pengelola informasi untuk publik dan saling berhubungan. Yang paling baik yang dapat dilakukan oleh wartawan adalah berjuang mati-matian untuk memenuhi tugas jurnalistik menyampaikan informasi secara tepat waktu, cermat dan efektif, sehingga gambaran tentang dunia dalam benak para anggota masyarakat menjadi lebih akurat setelah menerima pesan-pesan jurnalistik itu (William, 1994:52).Wartawan (pers) memainkan berbagai peranan dalam masyarakat. Peran umum yang biasanya dijalankan oleh pers di antaranya sebagai pelapor (informer). Di sini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga memiliki peran sebagai interpreter yang memberikan penafsiran atau arti pada suatu berita. Pers sebagai wakil dari publik, laporan atau berita mengenai reaksi masyarakat adalah barometer terbaik bagi berhasilnya suatu kebijaksanaan. Pers penjaga (watchdog) yaitu sebagai pengritik pemerintah. Serta peran pers sebaga pembuat kebijaksanaan dan advokasi. Peran ini terutama tampak pada penulisan editorial dan artikel, selain juga tercermin dari jenis berita yang dipilih untuk ditulis oleh para wartawannya dan cara menyajikannya (Iswara, 2005:7).Public Relations (PR) sering disebut juga Hubungan Masyarakat yang disingkat menjadi humas. Praktisi PR sama artinya dengan Praktisi humas. Praktisi humas memiliki hubungan simbiotik dengan jurnalis (wartawan). Untuk meraih publisitas bebas untuk pekerjaan mereka, praktisi butuh akses ke media berita untuk menyebarkan gagasan, informasi atau pandangan organisasi dan klien yang mereka wakili. Jurnalis mengandalkan informasi dalam press release untuk artikel tentang acara yang pantas untuk diberitakan dalam komunitas mereka (Cutlip, 2006:174).Bagian utama dari tugas praktisi humas adalah memahami media, yaitu memahami bagaimana cara bekerja sama dengan setiap medium, cara menghasilkan isi (content) untuk masing-masing media, cara memenuhi persyaratan spesifik, dan menangani audien media. Praktisi humas harus membangun dan menjaga hubungan yang saling menghormati dan saling mempercayai dengan awak media. Hubungan ini, meskipun saling menguntungkan, pada intinya tetap berseberangan atau bertentangan, sebab jurnalis dan praktisi tidak dalam bisnis yang sama dan sering kali punya tujuan yang komunikasi yang berbeda (Cutlip, 2006:305).Konflik antara jurnalis dan praktisi humas sudah terjadi sejak lama. Jurnalis ingin informasi yang mudah didapat, tetapi membenci orang yang menyediakannya. Menjelang pertengahan abad ke-20, jurnalis tergantung pada Praktisi humas untuk mendapatkan berita yang akan dimuat di korannya. Tetapi mengakui ketergantungan ini sama artinya dengan menodai cita-cita yang ideal. Jurnalis bangga akan kemampuannya untuk mengungkap cerita, memverifikasi detail dan mengungkap hal yang buruk. Jadi mereka tidak mungkin mengakui ketergantungannya, tidak mau mengakui kurangya skeptisismenya, enggan mengakui kegagalan untuk memverifikasinya dan tak mau mengakui kegagalan untuk mengunkap setiap kebobrokan (Cutlip, 2006:307).Hubungan baik dan buruk antara wartawan dan praktisi humas ini juga ditunjukkan dalam jurnal yang berjudul Rethinking Public Relations (Moloney, 2000:119). Jejak permusuhan antara wartawan dan praktisi humas kembali pada akhir abad 19. Banyak komentar tertuju pada kedua profesi ini, yaitu pendapat tentang sikap wartawan terhadap praktisi humas mengenai permusuhan mereka. Selain bertanggung jawab terhadap publik, wartawan bertanggung jawab kepada media yang mempekerjakannya dan humas juga bertanggung jawab terhadap perusahaan, instansi, atau organisasi yang mempekerjakannya.Judy Vanslykey Turk menyimpulkan, dalam dunia jurnalistik ada ketidakpercayaan, atau kesalahpahaman, terhadap praktisi humas dengan menganggap mereka sebagai flack yang melakukan kebohongan dan manipulasi informasi, dan memang Praktisi humas sendiri diindoktrinasi untuk siap menghadapi ketidakpercayaan dari wartawan (Cutlip, 2006:310)Konflik kepentingan dan misi membuat hubungan praktisi-wartawan menjadi bermusuhan. Praktisi mendukung pandangan tertentu atau pandangan organisasi akan berselisih dengan wartawan yang ingin menggali berita melalui inisiatif jurnalistik dan ingin memberikan laporan yang baik. Hubungan baik dan buruk antara wartawan dan praktisi humas juga ditunjukkan oleh persepsi mereka terhadap nilai berita. Menurut jurnal yang ditulis oleh Sallot, Steinfatt, dan Salwen, yang berjudul Journalist and Public Relations Practitioners News Values: Perceptions and Cross-Perceptions (J&MC Quarterly, 1998:367), penelitian yang sama sebelumnya dilakukan terhadap 400 media profesional yang terdiri dari 200 wartawan dan 200 praktisi Public Relations (PR/Humas) di New York selama Januari 1990. Penelitian terhadap wartawan dan praktisi humas tersebut adalah tentang nilai berita menurut mereka dan lebih terpenting persepsi mereka terhadap nilai berita menurut kelompok mereka. Hal itu diprediksi bahwa kedua kelompok tersebut menunjukkan persamaan persepsi nilai berita tersebut dan perbedaan nilai berita di antara mereka.Di dalam jurnal yang ditulis oleh Sallot (J&MC Quarterly, 1998:369), nilai berita menurut mereka adalah: factual accuracy (ketepatan fakta), interest to readers (menarik untuk dibaca), usefulness to readers (berguna bagi pembaca), completeness (kelengkapan), prompt, timely publications (tepat, publikasi tetap pada waktunya), depicts subject in favorable light (memaparkan permasalahan dengan baik), mechanical / grammatical accuracy (mekanisme / sesuatu dengan tata bahasa yang tepat), Fairness to different views.Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa wartawan dan praktisi humas memiliki perbedaan pandangan mengenai nilai berita. Wartawan menempatkan factual accuracy pada tingkat pertama, sedangkan dia menilai praktisi humas menempatkan factual accuracy pada tingkatan kelima dan menempatkan depicts subjek in favorable light pada tingkat pertama. Namun, menurut praktisi humas, dia menempatkan factual accuracy pada tingkat pertama, sama seperti praktisi humas menilai jurnalis yang juga menempatkan factual accuracy di tingkat pertama.Perkembangan humas di Indonesia pun juga mengalami banyak kendala, antara lain adalah persepsi yang salah mengenai profesi humas. Banyak kalangan berpendapat bahwa kerja humas hanya berhura-hura, menjual kekenesan, nampang, halo sana-sini, sok sibuk mengatur acara seremonial, repot mengurus peluncuran produk atau jasa baru, serta jadi MC (master of ceremony). Hal itu disebabkan karena fungsi dan tugasnya selama ini hanya merupakan perankomunikator dan perpanjangan tangan dari pimpinan atau perusahaan dengan pihak publiknya (Ruslan, 2005:14)Masih menurut Ruslan (2005:22), perbedaan penyampaian pesan antara praktisi humas dan dalam dunia jurnalistik adalah bahwa journalist (wartawan) lebih menekankan berita (news), dan praktisi humas menitikberatkan pada segi publisitas, menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan publikasi positif dengan tujuan promosi penyebaran informasi, komersial da perkenalan (introduction), identitas, nama, dan citra perusahaan (corporate identity and good image), hingga berkaitan dengan produk dan jasa yang disampaikan kepada publik yang kemudian direkayasa agar persepsi dan opini selalu positif, sehingga akan memperoleh citra baik dari masyarakat terhadap perusahaan yang diwakilinya.Dari paparan di atas, praktisi humas dan wartawan menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Praktisi humas menginginkan publikasinya dapat disiarkan untuk diketahui publiknya, dan sebaliknya, pers menolak untuk menerima atau meloloskan berita publikasi (press release) karena tidak layak disiarkan sebagai berita. Hal ini terjadi karena publisitas Humas tidak memenuhi kriteria atau kebijakan redaksi media yang mangacu pada nilai beritanya (news value). Saling memandang negatif inilah yang membuat pertentangan di antara kedua profesi ini tak jua reda. Wartawan menganggap praktisi humas hanya menyiarkan suatu bahan press release untuk kepentingan publikasinya, sedangkan praktisi humas menganggap bahwa wartawan hanya memburu barita, yang berbau sensasional, negatif dan memojokkan serta merusak citra perusahaan dan sebagainya.

Sumber:Cutlip-Center-Broom. 2006. Effective Public Relations, edisi kesembilan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Media Relation atau bisa juga disebutkan Relasi Media merupakan kegiatan menjalin hubungan/relasi dengan media massa, wartawan atau pers untuk menjalin kerjasama dan hubungan baik oleh suatu organisasi, yang nantinya akan berpengaruh pada pemberitaan atau message dalam media massa itu sendiri buat menjaga kesan positif dari suatu organisasi yang dinaunginya.

Dalam pekerjaan hubungan masyarakat,  media relation juga kerap kali diketahui sebagai penanganan krisis dengan memberitakan perihal hal-hal positif seputar perusahaan ketika perusahaan sedang dilanda isu negatif.

Pada saat krisis metode terbaik penanganan relasi media oleh public relation yaitu dengan mengakui dan mengkoreksi kesalahan dengan menginfokan usaha-usaha ke depan & berita berita positif. Dalam hal ini baik media massa maupun public relation dalam posisi saling memanfaatkan dan saling diuntungkan satu sama lain.

Fungi Media Relation :

  1. Menaikkan citra perusahaan
  2. Menolong perusahaan keluar dari isu negative
  3. Menaikkan hubungan dari berbagai publik
  4. Menaikkan kepercayaan publik terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
  5. Menciptakan image positif suatu perusahaan di mata masyarakat

Banyak cara yang diterapkan praktisi public relation dalam upayanya untuk membangun hubungan media yang baik dengan media massa, berikut cara nya :

  1. Media Release: cara ini kerap kita dengar sebagai Press Release, yang dimaksud dengan Press Release merupakan teks berita yang dihasilkan oleh praktisi public relation mengenai isu atau pengenalan produk dan sosialisasi kebijakan kepada wartawan dengan harapan akan dimuat dalam media massa.
  2. Konferensi Pers : cara ini kerap kali kita dengar, terutama dalam dunia Media Elektronik Tv. Bagi seorang public relation Konferensi Pers sangat efektif untuk isu yang terjadi dalam organisasi tersebut
  3. Kunjungan Pers: cara Kunjungan Pers hampir sama adalah mengundang wartawan untuk datang, yang membedakan yaitu situasi yang sedang dihadapi oleh organisasi.
  4. Resepsi Pers : cara ini diterapkan untuk menjalin hubungan informal antar public relation dengan wartawan. Justru hubungan informal inilah yang bisa diterapkan senjata bagi seorang public relation saat dituntut untuk cepat menginfokan klarifikasi isu dalam media massa.

Contoh seorang public relation menjalin kerja sama dengan media. disini kita berikan sample case study. Misal seorang klien yang ingin menyebar luaskan informasi positif tentang kebudayaan & kultur di Indonesia. Klien ini mempunyai objective seperti dibawah :

  1. Untuk menciptakan hubungan yang setimbang dan berkelanjutan yang dilandasi oleh rasa saling percaya dan menghormati sesama kultur di Indonesia.
  2. Untuk mendapatkan pengetahuan kebudayaan di Indonesia sebanyak mungkin.
  3. Untuk mendapatkan tempat dalam pemberitaan kultur di Indonesia dan berimbang mengenai ha-hal yang menguntungkan kebudayaan di Indonesia.
  4. Untuk melengkapi data/ info yang berhubungan dengan budaya di Indonesia serta cara kita melestarikan budaya Indonesia.
  5. Untuk mendapatkan feedback dari masyarakat mengenai kebudayaan di Indonesia.

Disini tugas praktisi pubic relation harus bekerja sama dengan baik dengan pihak media massa, pers atau wartawan. agar objective diatas tercapai. nah disini yang dimaksud media relation. proses bekerja sama saling menguntungkan antara PR & Media. PR membuatkan press release yang baik seputar kebudayaan indonesia diteruskan dengan distribusi release ke media massa.

Baca juga : Apa itu Press Release?

Aktivitas hubungan media

Untuk melaksanakan hubungan dengan media, aktivitas yang bisa dilaksanakan antara lain sebagai berikut :

  1. Kunjungan Media. Kegiatan kunjungan media yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan metode mengunjungi kantor media.
  2. Konferensi Pers. Pertemuan yang dibikin untuk wartawan, sehingga mereka mendapatkan informasi terupdate mengenai suatu berita tertentu.
  3. Pertemuan Media. Acara pertemuan antara media dengan organisasi dengan suasana santai dan menghibur. untuk memperkuat hubungan organisasi dengan media.
  4. Pemantauan Media. Kegiatan yang dilaksanakan perusahaan/organisasi untuk memantau isu/berita yang terdapat di dalam media.
  5. Pengarahan Media. Kegiatan untuk memberikan perintah terhadap media yang akan meliput acara secara khusus.
  6. Press Workshop. Pelatihan yang diberikan oleh perusahaan kepada media mengenai topik-topik yang baru.
  7. Media Clipping. Kegiatan mengumpulkan berita-berita penting dari media massa yang diarsipkan sebagai bahan berita oleh perusahaan.

Jika anda tertarik ingin menyebarkan berita positif tentang perusahaan, organisasi, personal ataupun brand. Kalian bisa hubungi Akudigital Jasa Press Release