Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon

Kota Cirebon sudah tak asing di telinga wisatawan saat ini. Kota ini merupakan salah satu kota besar di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Tak hanya itu, Cirebon juga memiliki nilai sejarah yang sangat kuat sebagai salah satu peta persebaran sejarah Islam nusantara. Bahkan kini, beragam objek wisata cirebon sudah berkembang pesat sebagai bagain dari perkembangan industri kreatif Jawa Barat. Ingin tahu lebih banyak tentang objek wisata Cirebon? Anda bisa menyimak pemaparan sejarah wisata kota Cirebon di bawah ini.

Mengenal Sejarah Kota Cirebon

Berdasarkan catatan sejarah dalam naskah Babad Tanah Sunda dan Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Ageng Tapa. Perlahan-lahan, dukuh ini berkembang menjadi semakin ramai dan akhirnya bernama Caruban, yang dalam bahasa Sunda berarti ‘campuran’. Nama tersebut mewakili bermacam suku bangsa, bahasa, adat, agama, latar belakang, dan mata pencaharian dari masyarakat yang mendiaminya. Banyak yang datang karena berdagang maupun ingin menetap di sana.

Sejarah Kesultanan kota Cirebon dimulai pada abad ke-15 dan 16 masehi yang mana saat itu berdiri Kesultanan Cirebon, sebagai pangkalan penghubung jalur perdagangan antar pulau. Pada 1677, Kesultanan Cirebon dibagi menjadi tiga yang diwakili oleh ketiga sultan: Pangeran Martawijaya sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin, serta Sultan Cerbon yang menjadi wakil Sultan Sepuh. Dengan demikian, akhirnya ada tiga keraton di Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan tempat tinggal Sultan Sepuh, Keraton Kanoman tempat tinggal Sultan Anom, dan Keraton Kacirebonan tempat tinggal Sultan Cerbon. Selain ketiga keraton tersebut, sebenarnya ada satu keraton lagi yang tidak begitu dikenal, yaitu Keraton Gebang.

Budaya-budaya Cirebon

Lokasi Cirebon yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat memberikan corak tersendiri bagi Kesultanan Cirebon, sehingga budaya yang dimiliki masyarakat Cirebon tidak condong ke budaya Jawa maupun Sunda. Hasilnya, sebuah budaya khas yang unik gabungan keduanya. Berikut beberapa budaya yang terkenal dan menjadi ciri khas kota dan wisata Cirebon.

Tarian khas Cirebon ini diperankan oleh gadis Cirebon yang masih suci, dengan dibantu oleh seorang pawang dan enam orang bermain gending. Tari Sintren berkisah tentang sepasang kekasih bernama Sulasih dan Sulandono yang kisah kasihnya tidak direstui. Mereka berdua akhirnya melarikan diri dari rumah. Sulandono menjadi seorang pertapa, sementara Sulasih menjadi seorang penari.

Sebagai tempat tinggal sultan, keraton memiliki keistimewaan tersendiri sebagai bagian dari budaya Cirebon. Adanya tiga keraton di Cirebon berarti ada tiga keunikan arsitektur pula. Keraton Kasepuhan sebagai keraton tertua dan terluas merupakan bangunan bergaya candi yang didominasi oleh material bata merah. Keraton Kanoman berbeda dari Keraton Kasepuhan karena dibuat di era yang berbeda. Di Keraton Kanoman, bangunan yang ada didominasi warna putih dengan banyaknya tempelan piring-piring kecil di bagian dindingnya. Piring-piring tersebut adalah warisan era Tionghoa. Selanjutnya adalah Keraton Kacirebonan yang usianya paling muda. Kebudayaan di jamannya juga mempengaruhi desain arsitekturnya sehingga materialnya didominasi kayu dan bercorak batik megamendung. Unik kan tiap-tiap keraton di Cirebon?

Kirab Budaya Cirebon adalah event tahunan yang merupakan bentuk perayaan masyarakat atas hari jadi kota Cirebon, sekaligus bentuk rasa syukur mereka atas apa yang sudah mereka terima selama setahun penuh. Di momen Kirab Budaya, seluruh masyarakat Cirebon turun ke jalan untuk melihat pawai yang memamerkan seluruh budaya Cirebon. Ada yang disajikan dalam bentuk peragaan busana, hias menghias kendaraan, pertunjukan seni, hingga seluruh abdi dalem keraton pun turun ke jalan.

Cirebon Masa Kini dan Industri Kreatifnya

Seiring dengan terus bergulirnya momentum industri kreatif nasional, Cirebon terus berkembang sebagai kota industri kreatif. Lewat berbagai kegiatan masyarakat, pemerintah terus mengembangkan industri kreatif di Cirebon hingga makin dikenal oleh dunia internasional. Yuk, simak beberapa industri kreatif Cirebon yang sudah mendunia.

Batik Megamendung sudah lama dikenal sebagai batik khas Cirebon, namun ternyata tak hanya batik megamendung saja yang punya kualitas super dan digandrungi wisatawan baik dalam dan luar negeri. Di kawasan Sentra Batik Trusmi, ada pula Batik Ninik yang terkenal karena kualitas batik halusnya. Bahkan sang pemilik toko punya sebuah batik warisan yang umurnya sudah mencapai 200 tahun! Proses detail dalam membatik disertai ketekunan, dan berorientasi kualitas sangat kentara. Tak heran wisatawan luar negeri pun berbondong-bondong mencari Batik Ninik di kawasan ini.

Terbuat dari kerang, Multi Dimensi Shell berasal dari sentra kerajinan di Desa Astapada. Setiap hari, selalu ramai datang rombongan mobil wisatawan yang ingin melihat dan membeli kerajinan tersebut. Ada beragam kerajinan yang ditawarkan seperti anting, kalung, lampu, asbak, taplak meja, dan banyak lainnya. Saking berkualitas dan terkenalnya kerajinan kerang ini, ada yang pernah memesan lampu hias seharga Rp. 23 juta!

Di Desa Tegalwangi, Cirebon, Anda akan menemukan sentra industri rotan yang sudah terkenal selama bertahun-tahun. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin rotan yang dikerjakan di rumah masing-masing. Standar kualitas yang tinggi di sentra industri ini bahkan membuat brand besar seperti IKEA mengambil suplai kerajinan rotan dari sini.

Memilih Cirebon Sebagai Destinasi Wisata

Dengan perkembangan kota Cirebon yang begitu pesat, tak heran jika banyak orang mengunjungi kota tersebut dan menjadikannya sebagai destinasi wisata yang menarik. Selain wisata budaya yang banyak dicari orang, ternyata wisata kota Cirebon juga menyimpan potensi wisata alam dan kuliner yang wajib dicoba. Jika Anda sedang berlibur di Cirebon, berikut ini beberapa rekomendasi yang bisa Anda kunjungi.

Kalau belum pernah melihat Danau Toba, Setu Patok bisa jadi alternatifnya tanpa harus jauh-jauh ke Pulau Sumatera. Setu Patok disebut-sebut sebagai Danau Tobanya Cirebon karena merupakan danau terbesar dengan luas sebesar 175 hektar. Di tengah-tengah danau, ada sebuah pulau kecil yang menarik.

Pemandangan Setu Patok amat indah saat pagi maupun sore hari, terlebih jika Anda mendapatkan momen saat langit berwarna kekuningan di tempat ini. Perbukitan yang mengelilingi danau menjadi pemandangan indah dengan daya tarik tersendiri, memberikan atmosfer tenang dan teduh. Lokasinya yang tak terlalu jauh dari pusat kota juga menjadi alasan banyaknya wisatawan yang datang ke sini.

Berlokasi di dekat pelabuhan Cirebon, Pantai Kejawanan punya banyak sekali spot fotografi yang luar biasa indah. Tak heran jika tempat ini digandrungi para fotografer untuk hunting foto. Tak sedikit pula anak-anak muda maupun keluarga yang berfoto bersama untuk mengabadikan momen-momen kebersamaan mereka.

Di pagi dan sore hari, Anda bisa melihat sunrise dan sunset yang mempesona di pantai ini. Cari saja spot favorit di pantai ini, yaitu berupa medan berbatu yang panjangnya kurang lebih 1 km menjorok ke laut!

Terkenal karena memiliki pemandangan malam hari yang keren, Bukit Gronggong memanjakan pengunjung dari ketinggian bukit di atas kota Cirebon. Suasana malam jadi makin romantis dengan banyaknya lampu kota berkedip yang terlihat dari kejauhan. Sebagai kawasan wisata populer, di Bukit Gronggong tersedia banyak penginapan dan restoran yang menyajikan keindahan panorama perbukitan sebagai daya tarik utama. Berlibur di tempat ini bersama keluarga atau pasangan akan sangat berkesan.

Sulit rasanya jika tidak membicarakan Empal Gentong jika sedang mendiskusikan tentang wisata kuliner di Cirebon. Empal Gentong jadi makanan khas Cirebon sejak lama karena kelezatannya yang luar biasa. Disebut empal gentong karena dahulu kala, belum ada panci untuk memasak empal, sehingga masyarakat memasak empal dengan menggunakan gentong. Beberapa rumah makan empal gentong yang legendaris dan layak dicoba antara lain Empal Gentong Haji Apud, Empal Gentong Amarta, dan Empal Gentong Krucuk.

Jika perut keroncongan di luar jam makan Anda, tak ada salahnya untuk mengunjungi Bubur M Toha yang buka 24 jam, sehingga Anda bisa makan di sini kapan pun Anda mau. Di warung makan ini, tersedia menu bubur ayam lengkap dengan berbagai macam topping lezatnya, sekaligus ada bubur kacang hijau dan bubur ketan hitam. Saking terkenalnya tempat ini, biasanya antrian pembeli selalu ramai, jadi Anda harus sedikit bersabar dan rela mengantri untuk menikmatinya.

Wajah penuh warna dari kota Cirebon tak bisa sepenuhnya terangkum dalam tulisan di atas. Untuk mengeksplorasi secara menyeluruh, Anda harus berkunjung ke Cirebon untuk merasakan sensasi berlibur terbaik. Untuk itu, pastikan juga Anda memilih Batiqa Hotel Cirebon sebagai sahabat berlibur Anda dalam mengeksplor kota Cirebon. 

Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon
Kampung Adat Mahmud. ©2016 Merdeka.com

JABAR | 11 Maret 2020 08:16 Reporter : Nurul Diva Kautsar

Merdeka.com - Sejatinya kampung adat merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi masyarakat yang masih menganut kepercayaan nenek moyang. Kampung adat juga merupakan warisan secara turun temurun. Dan, di Indonesia sendiri, masih banyak masyarakat adat yang menjaga warisan tersebut.

Masyarakat Jawa Barat masih banyak yang menganut paham nenek moyang, terutama di kawasan yang masih kuat unsur tradisinya seperti di Garut dan Sukabumi. Di wilayah tersebut, masih banyak kampung adat yang ditinggali sebagai warisan leluhur yang terus dijaga oleh penghuninya.

Tak hanya untuk melestarikan nilai-nilai leluhur saja, kampung adat juga mengandung unsur penting dalam kehidupan. Salah satunya sebagai unsur keselamatan hidup yang menjalankannya dan pesan tersembunyi yang harus diwariskan sebagai pengingat masyarakat di tatar Sunda.

2 dari 6 halaman

Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon
Kampung Adat Naga/Liputan6.com

Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan adat yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Kampung adat dengan tingkat tradisi dan pamali yang masih tinggi ini membawa pesan yang kuat kepada masyarakat agar bisa selalu hidup menyatu dengan alam, sehingga sebisa mungkin meminimalisir untuk berinteraksi dengan masyarakat dari perkotaan.

Menurut legenda setempat yang diutarakan oleh Uchu Suherlan (53) ketua himpunan Pramuwisata Kampung Naga, bersama Endut Suganda (51), pola kebiasaan masyarakat yang mempertahankan kesederhanaan memang sudah terbentuk lama, warisan yang diturunkan sejak turun temurun itu, seolah menjadi aturan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan sederhana tersebut bisa membuat masyarakat untuk mengerem hawa nafsunya dalam melakukan banyak hal di dunia sehingga bisa mencegah kerusakan di muka bumi sebagai sumber kehidupan

"Pengunjung ke sini bukan mencari tontonan tapi tuntunan buat belajar, mengajarkan hidup kesederhanaan di alam," ujar Ucu bangga, dilansir dari Liputan6.com.

3 dari 6 halaman

Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon
Kampung Adat Cikondang/situsbudaya.id

Ada istilah yang terkenal di Kampung Adat Cikondang ini, yaitu meratakan berarti merusak. Kepercayaan tersebut muncul dengan argumentasi bahwa ketika manusia ramah terhadap alam dengan tidak mengeksploitasi secara berlebihan membuat alam menjadi ramah kepada kita. Filosofi tersebut sudah tertulis dalam serat leluhur.

Di Kampung Adat Cikondang, secara tersirat memiliki konstruksi yang tahan terhadap bencana, rata-rata rumah di kampung tersebut memiliki pola konstruksi yang sama, yaitu berlantai panggung setinggi 60-80 cm dari tanah, dikombinasikan dengan tiang dari kayu jati atau suren yang terkenal kokoh, lalu sambungan yang diikatkan pen dan pasak, atau diikat tali ijuk maupun rotan. Hingga di bagian pondasi diletakkan di atas batu.

Hal tersebut diutarakan oleh Sujana, Sang Juru Kunci Cikondang. Menurutnya, tradisi tersebut merupakan sebuah teknologi yang diwarsikan secara turun temurun sebagai upaya pencegahan bencana. Kampung Adat Cikondang pun terbukti tahan terhadap bencana gempa besar yang pernah mengguncang Jawa Barat pada tahun 2009.

"Ketika gempa 7,3 skala richter mengguncang Jawa Barat pada 2009 lalu, bumi adat Cikondang tetap kokoh berdiri," ujar Sujana.

Kokohnya Kampung Cikondang merupakan bukti jika masyarakat menyatu dengan alam maka alam akan menhindarkan kita dari bencana yang tiba tiba datang.

4 dari 6 halaman

Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon
Kampung Adat Mahmud

Kampung Mahmud sendiri berada di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Kampung tersebut saat ini dihuni oleh sekitar 200an kepala keluarga di area seluas 4 hektar.

Dilansir dari Dispar Jabar, kampung Mahmud pernah menjadi tempat berlindung yang aman dari serbuan para penjajah setelah sang pendiri memiliki firasat bahwa salah satu kampung yang harus ia tinggali setelah berhaji akan di jajah.

Sang pendiri tersebut ialah Embah Eyang Abdul Manaf, keturunan dari Syarif Hidayatuliah seorang wali yang berasal dari Cirebon. Ia mendirikan kampung tersebut di pinggir Sungai Citarum setelah pulang dari menunaikan Ibadah Haji.

Saat sedang berdoa di Mekah beliau mendapat firasat bahwa negerinya akan dijajah oleh bangsa asing (Belanda). Nama Mahmud sendiri merupakan nama tempat Eyang Manaf berdoa yakni Gubah Mahmud.

Di zaman penjajahan, Kampung Mahmud sendiri telah dimanfaatkan sebagai tempat persembunyian yang cukup aman oleh masyarakat sekitar. Sampai saat ini, masyarakat Kampung Mahmud sangat mencintai dan menghormati leluhurnya, dengan memelihara makamnya dengan baik, mengingat Kampung Mahmud pernah membawa pesan perlindungan kepada masyarakat agar terhindar dari para penjajah.

5 dari 6 halaman

Apa yang anda ketahui tentang dukuh di cerebon
Kampung Adat Urug/Dream.co.id

Kampung Urug merupakan sebuah Kampung Adat yang terletak di Kabupaten Bogor Jawa Barat, Kampung tersebut dipercaya sebagai kampung yang dihuni oleh keturunan Prabu Siliwangi yang merupakan Raja dari Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.

Menurut Dispar Jabar, hal tersebut dibuktikan melalui seorang ahli yang memeriksa bangunan di wilayah perkampungan tersebut dan desainnya mirip dengan salah satu bangunan di Cirebon Jawa Barat dan merupakan peninggalan dari Kerajaan Pajajaran.

Kata Urug sendiri brasal dari kata Guru yang diadopsi dari etimologi rakyat yaitu di-gugu dan Ditiru, artinya harus diperhatikan dan diamalkan segala pengajaran dan petuah dari nenek moyang sebagai Role Model masyarakat Sunda di wilayah tersebut.

6 dari 6 halaman

Dilansir dari Jurnal penelitian oleh Halimi, dari UIN Hidayatullah Jakarta menjelaskan, konsep tradisi yang dianut Kampung Urug ialah melalui konsep Ngaji Diri serta Penaatan Budaya Pamali yang dipegang teguh oleh masyarakat di Kampung Guru tersebut. Pesan Kampung Urug ialah Menjaga Ketahanan Pangan Melalui Tradisi.

Ngaji Diri merupakan falsafah yang dianut oleh masyarakat Kampung Urug melalui pesan Mipit Kudu Amit, Ngala Kudu Menta, Murah Bacot Murah Concot, Ulah Hareup teuing Bisi Tijongklok, Ulah Tukang Teuing Bisi Tijengkang, Nafsu Kasasarnya Lampah Badan Anu Katempuhan.

Dalam istilah tersebut secara keseluruhan memiliki pesan, dengan menerapkan budaya pamali dalam kegiatan pertanian maka dipercaya bisa mendatangkan ketahanan pangan yang mencukupi bagi seluruh masyarakat di Kampung Urug tersebut.

Bentuk pamali yang dilarang ialah seperti menjual beras atau padi yang merugikan pembeli, larangan untuk memakai mesin dalam mengolah padi dan masa tanam hanya satu kali dalam satu tahun (masa tanam 6 sampai 7 bulan) yang dilaksanakan serempak.

(mdk/nrd)