Musim dingin dapat menyebabkan munculnya titik-titik yang menyelimuti sebagian wilayah bumi

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi salju, musim dingin, musim salju.

KOMPAS.com - Salju merupakan fenomena alam yang terjadi di negara dengan musim dingin. Dibandingkan dengan suhu, ternyata kelembapan udara lebih berperan penting dalam pembentukan salju dan menjadi penyebab mengapa salju itu terasa dingin.

Dilansir dari National Snow and Ice Data Center, Jumat (13/8/2021), salju dapat terjadi pada suhu yang sangat dingin selama ada sumber kelembapan udara.

Lantas, bagaimana salju terbentuk?

Namun memang benar bahwa sebagian hujan salju lebat bisa terjadi ketika suhu relatif hangat di dekat tanah yaitu sekitar minus 9 derajat Celsius, bahkan lebih hangat.

Hal ini dikarenakan udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air.

Karena pembentukan salju membutuhkan kelembapan, maka daerah yang sangat dingin dengan kelembapan udara yang rendah, mungkin akan jarang menerima salju.

Contohnya adalah Antartika yang merupakan lembah kering cukup dingin, tetapi memiliki kelembapan udara yang sangat rendah.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Mengapa Salju Berwarna Putih tapi Es Bening?

Angin kencang akan membantu menyerap kelembapan yang tersisa dari udara yang akan akan membuat salju terbentuk. Akibatnya, wilayah ini pun akan sedikit menerima salju.

Namun, bukan berarti salju sama sekali tidak bisa turun di tempat terdingin di Bumi ini. Terkadang salju juga bisa turun saat cuaca sedingin itu, dilansir dari Earth Sky.

Ketika kelembapan udara naik dan mendingin, air mulai menempel pada partikel debu yang mengambang.

Jika cukup dingin, air akan membeku dan membentuk kumpulan kristal es atau kepingan salju. Semakin dingin suhu maka akan semakin mudah kepingan salju untuk terbentuk.

Hal yang perlu dicatat adalah, suhu tidak bisa terlalu dingin untuk salju namun bisa terlalu kering.

Wilayah dengan kelembapan udara yang rendah, bukan suhu yang rendah, masih memungkinkan menyebabkan salju terbentuk, tetapi mereka tidak memiliki cukup air yang tersisa untuk membuat serpihan besar salju. 

Baca juga: Fenomena Salju Mendadak Menyelimuti Kota Athena

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/Vadim Nefedoff

Ilustrasi Greenland. Kota Ilulissat di Greenland, Kutub Utara, ini diselimuti salju.

Serpihan salju yang tercipta sangat kecil karena kondisi tersebut akan, lebih cepat menguap sebelum mencapai tanah.

Hal inilah yang terjadi di Antartika sehingga nampak seperti salju tidak turun di tempat dengan suhu yang sangat dingin dan minim kelembapan udara.

Dari fakta tersebut, muncul pertanyaan mengenai berapa suhu yang dibutuhkan agar salju bisa terbentuk?

Salju terbentuk ketika suhu atmosfer berada di titik beku atau di bawah titik beku, yaitu 0 derajat Celsius.

Jika suhu tanah juga berada pada titik beku atau bahkan di bawahnya, salju akan mencapai tanah.

Pada kondisi suhu tanah berada di atas titik beku dengan kondisi tertentu, salju juga masih bisa mencapai tanah.

Baca juga: Keempat Kalinya dalam 42 Tahun, Salju Turun di Sahara

Kepingan salju akan mulai mencair saat mencapai tanah dengan suhu yang lebih tinggi dan menciptakan pendinginan evaporatif.

Pencairan tersebut dapat mendinginkan udara di sekitar kepingan salju yang membuat pencairan salju menjadi melambat.

Salju yang mencapai tanah memiliki tekstur, ukuran dan bentuk yang akan berubah bahkan ketika suhu di sekitarnya tetap di bawah titik beku.

Mereka dapat mencair dan membeku kembali seiring waktu karena perubahan tekanan oleh hujan salju berikutnya.

Ukuran kepingan salju diperkirakan kurang dari 1,3 cmi. Dalam kondisi tertentu, serpihan salju bisa berukuran lebih besar dan tidak beraturan dengan lebar hampir 5 cm.

Baca juga: Fenomena Salju Hijau ini Menghijaukan Antartika, Ini Penyebabnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ketika suhu di Jerman anjlok hingga minus dua digit dan salju tebal menutup beberapa tempat di negara itu, orang-orang yang menyangkal perubahan iklim, mengunakan menggunakan media sosial untuk menyatakan bahwa pemanasan global adalah kebohongan.

Klaim mereka - yang telah berulang kali dibantah oleh para pakar iklim - adalah bahwa cuaca yang sangat dingin menunjukkan emisi karbon dioksida tidak menyebabkan bumi lebih hangat.

Tetapi faktanya, efek pemanasan global bahkan mungkin telah mendukung terjadinya suhu yang sangat dingin ini.

Mengapa bisa sangat dingin?

Suhu di bawah nol pekan lalu dan hujan salju lebat menunjukkan fenomena ini lebih dari sekadar musim dingin. Mereka terjadi karena adanya polar vortex atau 'pusaran kutub' di Kutub Utara. Polar vortex adalah fenomena aliran udara dingin bertekanan rendah menyerupai siklon yang terus berputar pada lapisan stratosfer yang biasanya ditemukan di Kutub Utara dan Kutub Selatan.

Aliran udara tersebut berhubungan erat dengan fenomena jet stream, sebuah gelombang angin kencang di ketinggian sekitar 10 kilometer di atas tanah. Di bagian depan kutub, jet stream berada di antara udara hangat dari daerah tropis dan subtropis, dengan udara dingin dari kutub. Tekanan ekstrem yang terbentuk di daerah transisi di lapisan bawah ini kadang disebut dalam laporan cuaca sebagai Icelandic low atau Azores high.

Jet stream biasanya menentukan kondisi cuaca saat musim dingin di Eropa: jika gelombang jet stream kencang dan mengalir dari barat ke timur, ia membawa cuaca sejuk, berangin, dan hujan dari Atlantik, serta menahan udara dingin dari Kutub Utara.

Tetapi jika gelombang jet stream lemah dan bergelombang, polar vortex juga melemah, dan terkadang rusak total. Hawa dingin di seluruh Eropa adalah akibat dari gelombang jet stream yang lemah yang menyebabkan rusaknya polar vortex.

Ilustrasi fenomena polar vortex

Bagaimana perubahan iklim membuat cuaca menjadi lebih dingin?

Melalui pembakaran bahan bakar fosil, manusia telah memanaskan planet hingga lebih dari 1 derajat Celcius sejak Revolusi Industri. Sejarah mencatat dari tahun 2010 hingga 2019 menjadi dekade terpanas. Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan kenaikan suhu Bumi, tetapi juga fenomena cuaca ekstrem.

Di sinilah pemanasan yang tidak proporsional di Kutub Utara berperan, kata Stefan Rahmstorf, kepala departemen penelitian Analisis Sistem Bumi di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK). Suhu di Kutub Utara telah meningkat lebih dari dua kali lebih cepat dari rata-rata kenaikan suhu global selama 40 tahun terakhir. "Perubahan ini memengaruhi cuaca di Eropa."

Memanasnya kutub sangat kuat di musim dingin, kata Dörthe Handorf, yang meneliti fisika atmosfer di Institut Alfred Wegener dari Pusat Penelitian Kutub dan Laut Helmholtz (AWI). "Seperti yang ditunjukkan oleh banyak penelitian, ini melemahkan jet stream."

Aliran angin mulai berubah, kata Handorf, yang dapat menyebabkan lebih banyak pelemahan yang memengaruhi suhu di Eropa.

Foto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

Rel kereta di kawasan tengah dan utara Jerman tertutup salju tebal. Sebagian besar perjalanan kereta dibatalkan akibat jalur tertutup salju, kabel listrik terganggu atau wesel macet karena membeku. Perusahaan operator kereta api Jerman Deutsche Bahn (DB), menetapkan refund tiket bagi penumpang yang perjalanannya dibatalkan.

Foto: Fabian Strauch/dpa/picture alliance

Mobil pribadi dan truk yang biasanya melaju cepat di jalan bebas hambatan Autobahn, terjebak macet panjang. Tidak ada lagi yang bisa bergerak. Petugas pembersih salju kewalahan, karena salju terus turun dan jalanan dalam waktu singkat tertimbun lagi salju tebal.

Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance

Satu ruas jalan bebas hambatan atau Autobahn di barat Jerman yang lengang dan ditutup untuk umum. Jalanan yang licin menyebabkan ratusan insiden kecelakaan lalu lintas dengan korban cedera. Otoritas Jerman mengimbau, jika tidak mendesak sebaiknya jangan bepergian saat badai salju melanda.

Foto: Leon Kuegeler/REUTERS

Badai salju diiringi angin berkecepatan 80 km/jam dibarengi turunnya salju tebal juga membatasi jarak pandang. Situasi ini, ditambah jalanan yang licin memicu banyak kecelakaan. Foto dua pejalan kaki di ibukota Jerman ini memberikan ilustrasi parahnya situasi akibat badai salju.

Foto: Florian Gaertner/photothek/imago images

Angin kencang dan salju tebal mempersulit perempuan pejalan kaki berpayung di kota Hannover ini. Badan meterologi Jerman DWD menetapkan peringatan bahaya tertingg di negara bagian Nordrhein-Westfalen, Niedersachsen, Sachsen-Anhalt dan Thüringen. Juga ada peringatan turunnya salju yang memicu jalanan licin di beberapa negara bagian lainnya.

Foto: Hauke-Christian Dittrich/dpa/picture alliance

Laga bundesliga antara Arminia Bielefeld dan Werder Bremen ditangguhkan karena stadion tertutup salju tebal. Juga laga divisi dua antara Paderborn dan Heidenheim juga ditunda.

Foto: Arminia Bielefeld/dpa/picture alliance

Tapi tidak semua warga mengeluh akibat badai salju dan turunnya salju tebal. Sebagian bahkan bergembira, karena bisa melakukan rekreasi gratis di depan pintu rumah. Seperti warga di negara bagian Sachsen ini, yang melakukan aktivitas snowboard dan anak-anak gembira bisa main kereta luncur salju.

Foto: Matthias Schrader/AP/picture alliance

Temperatur anjlok hingga mencapai minus 20°C di sejumlah kota. Ilustrasi foto menunjukkan seorang ibu ragu menaiki tangga tertutup salju yang licin. Terutama tunawisma di sejumlah kota hadapi risiko mati beku akibat anjloknya suhu dan hantaman badai. Di negara bagian Nordrhein-Westfalen para petugas evakuasi menyelamatkan puluhan tunawiswa ke berbagai lokasi penampungan yang hangat.

Foto: Florian Gaertner/photothek/imago images

Petugas pembersih salju bertugas tanpa jeda, seperti di kawasan gerbang Brandenburg yang ikonik di Berlin ini. Traktor pembersih salju dan kendaraan penyebar garam yang memicu lapisan salju agar mencair, terus bekerja siang malam untuk menjamin lalu lintas orang dan kendaraan tetap berjalan. (Teks: as/hp)

Foto: Tobias Schwarz/AFP/Getty Images

Akankah perubahan iklim membuat musim dingin di Eropa lebih dingin?

Perubahan iklim tidak serta merta membuat musim dingin di Eropa menjadi lebih dingin karena hembusan udara dingin dari polar vortex terkadang lebih ringan daripada cuaca dingin saat ini. Kutub Utara juga bukan satu-satunya bagian dunia di mana aliran udara berubah karena kenaikan suhu.

Pemanasan yang kuat di daerah subtropis juga memengaruhi jet stream, kata Handorf. Sementara pemanasan di Kutub Utara cenderung mengarahkan jet stream ke selatan dan menyebabkan musim dingin di Eropa, pemanasan di daerah subtropis umumnya mengarahkan jet stream ke utara. Jika demikian, kata dia, cuaca musim dingin di Eropa akan lebih sejuk. Pemodelan iklim masih belum  dapat mengetahui tren pemanasan mana yang akan mendominasi di masa depan, tambahnya.

Apa penyebab turunnya salju lebat?

Salju terbentuk saat udara hangat dan lembab bertemu udara yang sangat dingin. Di atas dataran Eropa Barat, udaranya jarang cukup dingin untuk menimbulkan hujan salju yang telah menyelimuti kawasan tersebut di musim dingin saat ini.

Namun, pada kondisi sekarang ini, area udara bertekanan tinggi yang disebut Gisela membawa angin dingin Kutub Utara ke tengah Jerman, bertabrakan dengan dua area udara bertekanan rendah bernama Tristan dan Reinhard. Saat mereka membawa udara laut yang hangat, kelembapan berubah menjadi salju.

Karena udara yang lebih hangat memiliki tingkat kelembaban yang lebih tinggi, peningkatan suhu berarti massa udara akan mengangkut lebih banyak air. Kelembapan ini kemudian dapat berubah menjadi salju di tempat yang cukup dingin - biasanya di tempat yang lebih tinggi.

Hujan salju besar-besaran di Pegunungan Alpen pada musim dingin tahun 2019, misalnya, juga dipicu oleh massa udara yang sangat lembab dan hangat. Saat itu, kata Peter Hoffmann, ahli meteorologi di PIK, lautan masih cukup hangat di musim dingin karena musim panas yang panjang dan terik - sehingga banyak air yang menguap.

Aliran udara kemudian membawanya ke Pegunungan Alpen, di mana sejumlah besar salju basah turun di dataran tinggi, menyebabkan jalan-jalan tertimbun salju dan meningkatkan risiko longsoran salju.

Seorang warga Jerman di Sachsen-Anhalt memakai peralatan ski di tengah hujan salju (09/02)Foto: Hendrik Schmidt/dpa/picture alliance

Apa perbedaan antara cuaca dan iklim?

Perubahan cuaca lokal bisa berbeda dengan perubahan iklim global. Ini kerap menimbulkan kebingungan.

Sementara suhu rata-rata telah menghangat ke tingkat yang memecahkan rekor - membuat gelombang panas di kawasan dan kebakaran hutan lebih hebat - perubahan iklim tidak membuat suhu di mana-mana meningkat. Dalam 20 tahun terakhir, misalnya, musim dingin di banyak daerah dengan garis lintang sedang tidak lebih hangat daripada suhu rata-rata jangka panjang, kata Handorf.

Sistem cuaca yang kompleks seperti polar vortex misalnya, dapat mendinginkan bagian Eropa bahkan saat Kutub Utara menghangat. Dan meskipun bulan Februari tahun ini mungkin sangat dingin, Januari - dibandingkan dengan suhu rata-rata jangka panjang - mungkin terlalu hangat.

"Meskipun kami tidak selalu melihat pemanasan secara regional atau lokal, kami tidak memiliki tanda-tanda melemahnya pemanasan global," kata Handorf. "Malah sebaliknya."

Jet stream yang berubah juga memengaruhi suhu musim panas, tambahnya. "Ada penelitian yang menunjukkan bahwa kita juga memiliki jet stream yang lebih berkelok-kelok di musim panas. Dan belokan ini, tonjolan ini, cenderung lebih tidak bergerak." Dengan kata lain, seperti dingin di musim dingin, panas bisa bertahan untuk waktu yang sangat lama di musim panas.

Jika udara panas Sahara kemudian mencapai Eropa melalui jet stream, seperti yang terjadi pada Juni 2019, misalnya, dapat menyebabkan gelombang panas yang panjang. Selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan yang terik seperti itu, tampaknya jelas bahwa krisis iklim sedang menimpa kita - tetapi hal yang sama juga berlaku ketika salju turun.

This browser does not support the video element.

(rap/hp)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA