Mengapa sumber daya manusia ini lebih sulit dikelola dibandingkan dengan sumber daya alam dan modal

Indonesia merupakan negara yang kaya, dari segi jumlah penduduk maupun sumber daya alamnya. Pertama kita lihat dari SDM nya, sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM. Sebagaimana buktinya secara empiris bisa kita temui pada masyarakat Jepang, Amerika Utara dan Eropa Barat, sumberdaya manusia adalah kunci bagaimana membangun bangsa ini. Namun melihat profil Indonesia yang begitu memiliki banyak kekayaan Sumber Daya Alam yang belum maksimal dimanfaatkan.

Sampai detik ini, nyaris tidak ada satu pun contoh negara yang maju berkat kekayaan alamnya. Dalam konteks ini, barangkali kita harus bisa membedakan antara “negara kaya” dan “negara maju”. Arab Saudi adalah contoh “negara kaya”; Jepang adalah sampel “negara maju”. Determinasi “kemajuan” lebih dekat kepada kualitas sumberdaya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aplikasinya pada sektor ekonomi-industri di negaranya – yang sifatnya dinamis. Sementara “kekayaan” identik dengan sumberdaya alam – dan bersifat statis. Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, ada beberapa negara yang ekonominya “terbang” karena saking melesatnya pendapatan per kapita masyarakatnya. Pada tahun 1960-an akhir, pendapatan per kapita masyarakat negara-negara di Asia di bawah 100 dollar AS, seperti China, Taiwan, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. Namun, 50 tahun kemudian, negara-negara tersebut jauh meninggalkan Indonesia. Dalam kurun waktu 50 tahun, pendapatan per kapita Korea Selatan melesat ke 35.000 dollar AS. Sementara itu, beberapa yang lain melesat mencapai 15.000 dollar AS.

Dari sisi ini, dan dalam lingkup negara secara “individual”, bukti empiris peran sumberdaya manusia ini nyaris tak terbantahkan. Jepang, negara yang sering dijadikan role model, memberikan satu bukti kuat bahwa SDM adalah kunci kemajuan suatu bangsa. Jepang bahkan seolah-olah tak pernah menganggap penting isu soal keterbatasan dan pengelolaan kekayaan alam mereka.

Namun, jika kita kaji lebih jauh, timbul satu pertanyaan: apa yang dibutuhkan oleh manusia-manusia Jepang, Amerika Utara dan Eropa Barat untuk membangun negaranya? Jawaban dari pertanyaan ini akan mengarah pada satu titik: bahan-bahan mentah dari alam yang mereka “sulap” menjadi produk-produk bernilai tambah tinggi!

Fakta ini mengarahkan kita pada pertanyaan selanjutnya: dari manakah bahan-bahan mentah dari alam yang mereka olah itu? Dalam lingkup global, manusia-manusia cerdas tetap membutuhkan input sumberdaya alam untuk membangun negaranya. Mereka membutuhkan suplai bijih logam, silikon, minyak dan gas bumi, batubara, mineral, sumberdaya hayati, serat alam dan bahan-bahan mentah lainnya dari negara-negara yang kaya SDA – yang umumnya adalah negara berkembang. Indonesia adalah salah satunya.

Dalam lingkup global pula, kita akan melihat gambaran besar bagaimana rantai proses industrialisasi ini berlangsung: bahan mentah berasal dari negara berkembang, lalu diolah di negara maju, kemudian dipasarkan ke seluruh dunia – termasuk ke negara berkembang tempat bahan-bahan mentah itu berasal. Dari sini jelas terlihat, bahwa negara berkembang memiliki dua peran sekaligus: sebagai sumber bahan mentah dan sekaligus pasar yang sangat potensial. Negara-negara pengolah akan menikmati keuntungan ekonomi terbesar dari seluruh rantai proses ini.

Di sisi lain, negara-negara berkembang yang kaya sumberdaya alam harus mulai mewaspadai rantai proses ini. Meskipun hal ini sudah berlangsung selama beberapa abad terakhir, tetapi saat ini dan di masa-masa mendatang, proses pengurasan sumberdaya alam ini akan semakin cepat dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya dua faktor: teknologi yang semakin canggih dan pertumbuhan penduduk kelas menengah – yang sangat konsumtif – di seluruh dunia. Jangan sampai kenaifan ini terjadi: kekayaan alam mereka terus dikeruk dengan sangat cepat dan rakus, untuk menyuplai proses industrialisasi di negara-negara maju. Pada saat yang sama, negara-negara berkembang itu berupaya keras membangun SDM negaranya – dengan mengabaikan fakta bahwa kekayaan alamnya saat ini terus terkuras.

Menurut Rizal mengatakan, pemerintahan Jokowi akan mulai serius mengembangkan SDM, salah satunya melalui program pelatihan vokasional. Kedua, sebuah negara bisa maju atau tidak tergantung pada cara mengelola SDA.Menurut Rizal, selama masih menggunakan paradigma lama, yakni keruk-tebang-tangkap lalu ekspor, Indonesia tidak akan masuk dalam golongan negara maju.

Lalu, bayangkan kondisi berikut:  pada saat kualitas SDM negara-negara berkembang itu membaik, dan secara kolektif mereka membutuhkan input bahan-bahan mentah untuk membangun negaranya, mereka sudah kehilangan “stok” kekayaan alam. Lalu, dari mana lagi mereka mendapatkan suplai bahan-bahan mentah? Tidakkah mereka mulai berpikir untuk mengelola sumberdaya alam mereka dengan sebaik-baiknya, melakukan konservasi, diversifikasi, dan tidak membiarkan korporasi multinasional mengeruk kekayaan alam mereka dengan rakus dan seenaknya? Karena itu, saya melihat pembangunan sumberdaya manusia kita ini penting, tetapi tidak untuk mengabaikan pentingnya pengelolaan kekayaan alam kita. Yang lebih mengenaskan: jika kekayaan SDA kita terus dikuras, sementara pembangunan SDM kita pun masih setengah hati. Ada beberapa sektor yang belum tersentuh yaitu sektor Perikanan, Pertanian. Masalah di SDM di kota memang tidak terlalu dikhawatirkan, namun bagaiman SDM di masyarakat Desa? Disini lah yang perlu kita bangun Sumber Daya Manusia nya untuk dapat mengolah Sumber Daya Alam yang ada.

Solusi sebagai Mahasiswa:

Ikut aktif dalam Program KKN untuk mengabdi masyarakat  agar dapat mendampingi serta pengarahan kepada Masyarakat untuk mengambangkan skill dan pengetahuan masyarakat.

Saran untuk Pemerintah:

  1. Membuat regulasi yang dapat menyentuh sektor pertanian, perikanan dll yang basis nya berpengaruh untuk Masyarakat Desa.
  2. Tidak hanya melakukan sosialisasi pengembangan SDM namun bertanggungjawab dalam program pelatihan keberlanjutan hingga berhasil.
  3. Melakukan program pelatihan vokasional.
  4. Pemerintah juga seharusnya meningkatkan subsidi ke bidang SDA, sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan kualitas pengelolaan SDA di Indonesia. Mempermdah penanaman modal di bidang SDA juga dapat membantu dalam peningkatan kualitas SDA.

Daftar Pustaka:

Anggraini, Ari. Katryn Trie. 2015. Sumber Daya Alam & Sumber Daya Manusia Untuk Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Forum Ilmiah. Vol 12 Nomor 1, Januari 2015.

Sumodiningrat, Gunawan, “Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi”, Penerbit PerPod Jakarta, Jakarta, 2001

Estu Suryowati. 2016. Rizal Ramli: Negara-negara Maju Itu Miskin SDA tetapi Kembangkan SDM. http://ekonomi.kompas.com/read/2016/05/11/174400826/Rizal.Ramli.Negara-negara.Maju.Itu.Miskin.SDA.tetapi.Kembangkan.SDM. Diakses pada tanggal 10 September 2017

Pendidikan menjadi faktor utama menciptakan manusia unggul dan bertakwa.

Republika/Agung Supriyanto

Pendidikan anak (ilustrasi)

Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.Pada  hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu.wikipedia

Kemajuan suatu bangsa amat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Disamping faktor-faktor lain seperti sumber daya alam, infrastruktur dan sosial budaya serta modal dan kestabilan politik. Namun sumber daya manusia memiliki peran untuk mengelola semua komponen.

Maka jika sumber daya manusia di suatu negara berkualitas tinggi sudah dapat dipastikan bahwa pengelolaan semua sumber daya alam yang ada akan maksimal dan menghasilkan kesejahteraan bagi bangsa. Dan berlaku sebaliknya, jika sumber daya manusia nya rendah maka meski faktor penentu yang lain ada maka akan sulit untuk mengembangkannya. Alhasil negara akan mengalami suatu kemandegan pertumbuhan.

Maka sumber daya manusia yang unggul harus dipersiapkan oleh negara sejak dini. Dimulai dari level terendah yaitu anak usia sekolah. Sekolah yang menjadi tempat menuntut ilmu seharusnya mampu mengembangkan potensi manusia yang ada.

Menciptakan kurikulum yang mampu mewujudkan pribadi yang tangguh, cerdas dan bertakwa. Karena cerdas tanpa takwa hanya akan menghasilkan manusia yang mudah melakukan hal-hal terlarang demi mencapai keinginannya.

Pendidikan adalah kunci utama mengembangkan bibit unggul penerus bangsa, maka pemerintah seharusnya memberikan pendidikan gratis sebagai hak setiap warganya. Karena hal ini adalah dasar dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.

Selain cerdas dibutuhkan pula sumber daya manusia yang kuat dan sehat. Karena jika manusianya lemah dapat dipastikan etos kerjanya rendah. Dalam hal ini pemerintah seharusnya memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok berupa pangan, dan memberikan jaminan kesehatan. Hal ini bertujuan agar sumber daya manusia yang ada mampu mengoptimalkan segala kemampuannya untuk perkembangan bangsa.

Seperti yang telah diatur oleh Islam pendidikan dan kebutuhan pokok serta kesehatan diberikan secara gratis. Hal ini jelas akan menumbuhkan bibit unggul para cendekia.

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam melimpah. Dengan banyaknya jumlah rakyat Indonesia seharusnya Indonesia mampu menjadi negara maju nan kaya. Namun, kenyataannya kesejahteraan rakyat masih jauh dibawah garis kemiskinan. hal ini akibat rendahnya sumber daya manusia yang ada. Sehingga pengelolaan sumber daya alam dikelola oleh banyak pekerja asing yang menduduki posisi penting, sedangkan rakyat Indonesia hanya sebagai pekerja.

Seharusnya pemerintah melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada. Agar putra-putri bangsa bisa berdaya di negeri sendiri.

Pengirim: Silvia Anggraeni, S.Pd asal Lampung

  • retizen
  • surat pembaca
  • pendidikan anak
  • ilmu takwa
  • sumber daya manusia

Mengapa sumber daya manusia ini lebih sulit dikelola dibandingkan dengan sumber daya alam dan modal

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke .