Mengapa orang orang menunjuk Nabi Muhammad SAW untuk meletakkan Hajar Aswad di tempat semula?

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Arab Saudi baru saja merilis foto dengan tampilan jelas dari batu hajar aswad yang berada di kabah Mekah.

Foto itu berkapasitas hingga 49.000 megapiksel. Ini adalah kali pertama dunia bisa melihat lebih dekat Hajar Aswad. Gambar yang diambil sangat jelas, sehingga setiap orang bisa melihat setiap bagian batu yang tidak terlihat sebelumnya.

Batu hajar aswad ini, sangat dikenal oleh mereka yang pernah menginjakkan kaki ke tanah suci Mekah. Hampir semua orang yang pergi ke sana ingin menciumnya. Jadi, pemandangan berdesakan bukanlah hal baru di depan batu tersebut.

Baca Juga : Mengapa Umat Muslim Ingin Mencium Hajar Aswad? Ini Alasannya

Dikutip dari Wikipedia, Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga, dan yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.

Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad berkata: "Batu Hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." [Tirmidzi]

Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka'bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

Pada masa Rasulullah berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir yang melanda Kota Mekkah pada saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang pengadil hakim yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw dengan bijak berkata pada mereka, “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepadaNya, kemudian beliau mengambil hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu beliau berkata, ” Hendaklah setiap qabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya kemudian dibangunlah.

Menurut Islamiclandmarks.com, selama berabad-abad, tak terhitung banyaknya orang termasuk banyak Nabi termasuk Nabi Muhammad SAW sendiri, para Sahabat, tokoh-tokoh saleh dan jutaan Muslim yang telah melakukan haji dan umrah telah menempatkan berkah mereka bibir di atasnya.

Disebutkan Hajar al-Aswad dan pada hari kiamat akan bersaksi untuk semua orang yang menciumnya, dan imannya masing-masing orang itu.

Ibn Abbas menceritakan bahwa Nabi sambil bersandar pada Ka'bah berkata: “Hajar al-Aswad dan al-Maqam (Ebrahim) adalah dua permata dari permata surga. Jika Allah tidak menyembunyikan pancaran mereka, mereka akan menerangi segala sesuatu antara Timur dan Barat. " [Tirmidzi]

Umar sahabat nabi suatu kali mencium hajar aswad dengan membuat suatu pernyataan yang ingin mematahkan anggapan bahwa islam memuja dan menyembah batu seperti Hajar Aswad. Karena saat itu, orang Arab memuja dan menyembah berhala batu. Umar menjelaskan bahwa dia mengikuti praktik Sunnah Nabi.

“Aku tahu betul bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat baik atau merugikan. Seandainya saya tidak melihat Nabi mencium Anda, saya tidak akan melakukannya.

Hajar al-Aswad dicuri

Hajar al-Aswad sempat dicuri dari Ka'bah sekitar 930 M oleh pejuang Qarmatian yang merupakan sekte Syiah Ismaeeli. Mereka menggeledah Makkah, menodai Sumur Zamzam dengan mayat Muslim dan membawa Hajar Aswad ke markas mereka di Ihsaa, di Bahrain di abad pertengahan. Menurut sejarawan Al-Juwayni, batu tersebut dikembalikan pada sekitar 952 M dan dikembalikan ke lokasi aslinya.

Hajar al-Aswad semula merupakan batu utuh namun karena berbagai peristiwa sejarah kini terdiri dari delapan buah dengan ukuran berbeda-beda yang ditempelkan pada sebuah batu besar dan terbungkus bingkai perak. Bingkai perak pertama kali dibuat oleh Abdullah bin Zubair dan digantikan oleh Khalifah saat dibutuhkan.

Enam buah batu tambahan diklaim berada di Istanbul, Turki. Satu dipajang di mihrab Masjid Biru, satu di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung dan empat di Masjid Sokullu Mehmet Pasa (satu di atas mihrab, satu di bawah mimbar bawah, satu lagi di atas mimbar atas dan terakhir melewati pintu masuk). Keaslian potongan tambahan ini telah dipertanyakan, meskipun Turki memang menguasai apa yang sekarang menjadi Arab Saudi selama bertahun-tahun dan menyimpan banyak peninggalan sejarah Islam.

Cara mencium Hajar al-Aswad

Bagi Anda yang ingin pergi ke Mekah dan ingin mencium hajar aswad. Perhatikan bahwa ketika mencium Hajar al-Aswad, seseorang tidak boleh mendorong atau menyakiti siapa pun karena saat mencium Hajar al-Aswad adalah sunnah, menyebabkan kerugian bagi orang adalah perbuatan yang dilarang (haram).

Ketika daerahnya ramai, cukup menunjuk ke arah Hajar al-Aswad dengan satu tangan atau tongkat sambil membaca Takbir dan kemudian mencium tangan atau tongkat. Meskipun Nabi mencium Hajar al-Aswad secara langsung, ia juga menunjuk ke arahnya ketika daerah itu ramai, oleh karena itu jelas bahwa mencium dan menunjuk ke arahnya adalah Sunnah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Mengapa orang orang menunjuk Nabi Muhammad SAW untuk meletakkan Hajar Aswad di tempat semula?

Mengapa orang orang menunjuk Nabi Muhammad SAW untuk meletakkan Hajar Aswad di tempat semula?

Mengapa orang orang menunjuk Nabi Muhammad SAW untuk meletakkan Hajar Aswad di tempat semula?

Kemudian pada saat Nabi Muhammad SAW berusia 35 tahun, atau lima tahun sebelum dia mendapat wahyu kenabiaan. Mekkah dilanda banjir bandang hingga meruntuhkan Ka'bah.

Setelah kejadian tersebut, para pemuka Quraisy bersepakat untuk memperbaiki Ka'bah dan menunjuk arsitek adalah orang Romawi yang bernama Baqum.

Ketika pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad mereka saling berselisih tentang siapa yang meletakkan Hajar Aswad pada tempat semula. Perselisihan ini sampai lima hari tanpa ada keputusan dan bahkan hampir terjadi peretumpahan darah.

Baca Juga: Cara Hitung Zakat Fitrah dengan Beras dan Uang Tunai yang Benar

Akhirnya Abu Umayah menawarkan jalan keluar siapa yang pertama kali masuk lewat pintu masjid itulah orang yang memimpin peletakan Hajar Aswad.

Semua perwakilan kabilah sepakat dengan cara ini. Allah SWT menghendaki yang pertama kali dan berhak masuk pintu masjid adalah Muhammad SAW.

Lima puluh orang-orang Quraisy berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad. Muhammad SAW meminta sehelai selendang dan pemuka-pemuka kabilah supaya memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama.

Setelah mendekati tempatnya, Muhammad SAW mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat semula dan semua berjalan damai dan penuh lega. Orang-orang Quraisy kemudian menjuluki “Al-Amin” pada Nabi, yang artinya dapat dipercaya.

Baca Juga: Tanda-Tanda akan Datangnya Kiamat Besar atau Kiamat Qubra, Umat Muslim Wajib Mengimani

Hajar Aswad sempat dicuri dari Ka'bah sekitar tahun 930 M oleh pejuang Qarmatian. Mereka menggeledah Mekkah, menodai Sumur Zamzam dan membawa Hajar Aswad ke markasnya di Bahrain.


Page 2

Sejarawan mencatat, batu itu dikembalikan pada sekitar 952 M ke lokasi aslinya disertai catatan yang berbunyi, "Atas perintah kami mengambilnya, dan atas perintah kami telah membawanya kembali."

Penculikan itu menyebabkan kerusakan lebih lanjut, Hajar Awad pecah menjadi tujuh bagian. Konon, penculiknya, Abu Tahir dikabarkan mengalami nasib buruk.

Baca Juga: Jenis dan Besaran Zakat Fitrah yang Wajib Dibayarkan, Mulai dari Uang hingga Bahan Pokok

Hajar Aswad ini merupakan batu sakral oleh umat Islam. Mereka mencium atau menyentuh saat melakukan tawaf karena Nabi Muhammad SAW juga melakukan hal  tersebut.

Penyakralan tersebut bukan dimaksudkan untuk menyembahnya, tetapi mengikuti sirah Nabi Muhammad SAW selaras dengan tujuan ibadah kepada Allah SWT.***

Ka'bah adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihis salam atas perintah Allah SWT. Ka'bah merupakan tempat paling disucikan dalam Islam dan letaknya berada di area Masjidil-Haram, Makkah, Saudi Arabia.Sebagai peninggalan bersejarah, di riwayat lain menyebut Ka'bah telah ada sejak Nabi Adam, namun bangunannya tak sekokoh saat ini. Bangunan Ka’bah ini mengalami beberapa kali pemugaran.

Ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) berusia 35 tahun, kabilah Quraisy pernah bertengkar bahkan hampir perang dahsyat saat merenovasi Ka'bah. Mereka bertikai saat akan meletakkan Hajar Aswad, sebuah batu yang diyakini berasal dari surga. Pertama kali ditemukan Nabi Ismail dan meletakkannya adalah Nabi Ibrahim. Dulunya, batu ini memiliki sinar terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab.

Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam Kitabnya Ar-Rahiqul Makhtum menceritakan, ketika 5 tahun sebelum beliau diutus menjadi Rasulullah, kondisi Ka'bah hanyalah berupa tumpukan batu-batu berukuran di atas tinggi badan manusia. Yaitu setinggi sembilan hasta di masa Nabi Ismail 'alaihissalam dan tidak memiliki atap.

Karenanya, harta terpendam yang ada di dalamnya berhasil dicuri oleh segerombolan para pencuri. Di samping itu, karena merupakan peninggalan sejarah, Ka'bah sering diserang pasukan berkuda sehingga merapuhkan bangunannya dan merontokkan sendi-sendinya. Kala itu, Mekkah dilanda banjir besar mencapai pelataran Baitul Haram sehingga menyebabkan bangunan Ka'bah hampir ambruk. Orang-orang Quraisy terpaksa merenovasi bangunannya untuk menjaga reputasinya.Mereka bersepakat untuk tidak membangunnya dari sembarang sumber dana selain dari sumber usaha yang baik. Mereka tidak mau memakai dana dari mahar hasil pelacuran, transaksi riba dan hasil pemerasan terhadap orang-orang. Mereka awalnya segan untuk merobohkan bangunannya, sampai akhirnya dimulai oleh Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi baru kemudian diikuti yang lainnya setelah mereka melihat tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Mereka terus melakukan perobohan hingga sampai ke pondasi pertama yang dulu diletakkan oleh Ibrahim 'alaihissalam.Mereka membagi bagian bangunan Ka'bah yang akan dikerjakan beberapa bagian, yaitu masing-masing kabilah mendapat satu bagian dan mengumpulkan sejumlah batu sesuai jatah masing-masing. Adapun yang menjadi pimpinan proyeknya adalah seorang arsitek asal Romawi bernama Baqum. Tatkala pengerjaannya sampai ke Hajar Aswad, mereka bertikai tentang siapa yang paling berhak meletakkannya ke tempat semula. Pertikaian pun terjadi dan berlangsung selama empat atau lima malam. Bahkan kian meruncing sehingga hampir terjadi peperangan di Tanah Suci. Untunglah, Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi menengahi dan menawarkan penyelesaian di antara mereka lewat perundingan damai. Tawarannya, siapa yang paling dahulu memasuki pintu masjid di antara mereka maka dialah yang berhak meletakkannya. Tawaran ini diterima oleh semua pihak atas kehendak Allah Ta'ala.


Subhanallah, Rasulullah saat itu menjadi orang pertama yang memasukinya. Tatkala mereka melihatnya, dia disambut dengan teriakan: "Inilah Al-Amiin! Kami rela! Inilah Muhammad!".

Ketika beliau mendekati para pemimpin kabilah dan diberitahu tentang hal itu, beliau SAW meminta sehelai selendang. Kemudian meletakkan Hajar Aswad di tengahnya, lalu pemimpin-pemimpin kabilah yang bertikai itu diminta agar masing-masing memegang ujung selendang. Setelah itu beliau memerintahkan mereka untuk mengangkatnya tinggi-tinggi.Hingga manakala mereka telah menggelindingkannya dan sampai ke tempatnya, beliau SAW mengambilnya dengan tangannya dan meletakkannya di tempatnya semula. Inilah cara jitu Nabi yang diridhai oleh semua pihak.Saat renovasi Ka'bah itu, orang-orang Quraisy kekurangan dana dari sumber usaha yang baik. Mereka terpaksa membuang enam hasta dari bagian utara, yang dinamakan dengan Al-Hijr (Hijr Isma'il) dan Al-Hathim. Lalu mereka tinggikan pintunya dari permukaan bumi agar tidak dapat dimasuki kecuali saat menginginkannya. Tatkala pembangunan sudah mencapai 15 hasta, mereka memasang atap yang disangga dengan enam tiang. Akhirnya Ka'bah yang baru diselesaikan tersebut berubah menjadi berbentuk kubus dengan ketinggian 15 meter. Panjang sisi yang berada di bagian Hajar Aswad dan bagian yang searah dengannya adalah 10,10 meter.

Hajar Aswad sendiri dipasang di atas ketinggian 1,50 meter dari permukaan pelataran thawaf. Adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu dan bagian yang searah dengannya adalah 12 meter. Sedangkan tinggi pintunya adalah 2 meter di atas permukaan bumi.