Senin, 23 Jul 2018 17:37 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Azizah Hanum masih kesal dengan pemandangan yang ia lihat semalam. Kunjungan ke sebuah bioskop demi film 'Loving Pablo' berakhir dengan protes pada petugas. Pasalnya film dengan label 'D' alias Dewasa ini ditonton oleh anak-anak berusia sekitar lima tahun. Presenter CNN TV itu bercerita saat ia menemukan anak kecil yang menonton bersama orang tuanya pada Minggu (22/7), sehari sebelum Hari Anak Nasional.Hanum masih ingat jelas ketika sang anak terus bertanya, saat film yang penuh adegan kekerasan ini diputar. "Keluarga kebanyakan memilih diam, tapi ada juga yang jawab pertanyaan (anak tersebut) tapi seadanya," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com lewat pesan singkat, Senin (23/7).
ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Kala ia mendatangi petugas penjualan tiket, rupanya dirinya tak sendirian. Ada beberapa orang yang melayangkan protes serupa. Namun sang petugas berkata bahwa orang tua memaksakan untuk menonton film bersama anak mereka."Sangat disayangkan, ini bentuk keegoisan orang tua, mereka enggak peduli, mereka enggak tahu efek jangka panjang yang bakal dialami sama anak ini," katanya.Menanggapi kegelisahan beberapa orang terkait kasus tersebut, psikolog anak Monica Sulistiawati, mengatakan menonton film atau tayangan yang tidak sesuai dengan usia dalam jangka panjang akan memberikan dampak pada anak.Secara garis besar, Monica menjelaskan ada dua dampak besar yang bakal dialami anak yakni dampak pada area kognitif dan pada perilaku.Menurutnya film atau tayangan yang tidak atau belum sesuai dengan taraf kematangan kognitif anak, akan menyebabkan anak bingung terkait konten yang ia tonton. Akibatnya, rasa ingin tahu anak memuncak."Anak dapat saja terdorong untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan jika tidak ada yang mendampingi, anak dapat memperoleh pemahaman yang keliru," ujarnya.Kemudian dampak pada perilaku, ia melanjutkan, kebingungan dan rasa ingin tahu mendorong anak untuk mencoba melakukan tindakan berdasarkan informasi yang ia peroleh dari film atau tayangan yang ditonton.Monica memberikan contoh adegan ciuman bibir pada aktor dan aktris film. Adegan ini, ia melanjutkan, tentu tidak untuk ditirukan anak-anak."Jika anak memperoleh konsekuensi positif, misal ditertawakan atau disoraki oleh teman-teman lain, (kemudian) dianggap hebat & jagoan. Perilaku keliru ini dapat terus-menerus diulangi dan akhirnya menjadi kebiasaan yang keliru," katanya.Lebih lanjut lagi, ia berkata, perilaku yang keliru akan berkembang menjadi kebiasaan jika dibiarkan.Kebiasaan yang bertahan dapat tumbuh menjadi bagian dari kepribadian. Monica menambahkan kebiasaan yang salah, membuat anak tumbuh dengan kepribadian negatif.Peran orang tua Orang tua yang menjadi sosok terdekat anak, seharusnya menjadi tameng anak terhadap film atau tayangan yang tak sesuai.Namun jika anak terlanjur menyaksikan adegan atau film yang tak sesuai dengan usianya, maka Monica menyarankan orang tua untuk menggali pikiran anak."Bagaimana pandangannya, pemahamannya, tanggapan anak, juga menggali perasaannya. Jika ada pikiran atau perasaan yang salah tentang tayangan yang baru dilihat harus segera dikoreksi," katanya.Ia memberikan contoh anak melihat adegan pembunuhan tapi anak berpendapat bahwa adegan tersebut seru, anak merasa bersemangat atau senang maka orang tua sebaiknya tidak membiarkan.Bagi orang tua yang ingin mengajak anak menonton film atau memilihkan tayangan yang pas, Monica memberikan beberapa kiat.Orang tua, ia melanjutkan, perlu memerhatikan dan patuh terhadap kategori usia yang disarankan sebelum mengajak atau membiarkan anak menonton.Selain itu, sebelum mengajak anak menonton carilah sinopsis atau tinjauan film tersebut."Untuk film-film box office, tidak perlu menjadi yang pertama menonton film. Film bagus tidak akan habis dalam 1-2 minggu. Tunggu sampai ada pembahasan tentang film tersebut baru putuskan apakah akan menyertakan anak atau tidak," ucapnya. (agr/agr)
TOPIK TERKAIT hari anak nasional film bioskop
LIVE REPORT
Bahaya pornografi selalu menghantui anak-anak. Pasalnya, saat ini marak konten pornografi yang beredar di media sosial. Bahkan tanpa mencarinya, terkadang konten-konten tersebut secara otomatis muncul dalam bentuk iklan. Pornografi punya efek yang panjang jika tidak segera dihentikan. Bahkan, bahaya ini akan terus berlanjut hingga anak dewasa. Tidak sedikit penelitian yang menunjukkan jika pelaku pelecehan seksual lahir dari seseorang yang kecanduan pornografi sejak masa kecilnya. Di tengah mudahnya akses pada konten pornografi saat ini, kita sebagai orangtua perlu melakukan banyak upaya untuk mencegah anak mendapatkan konten tersebut. Nah, berikut ini adalah 7 bahaya pornografi pada anak yang harus kita cegah: Memberikan efek canduWalaupun tidak sengaja mengaksesnya, berbagai konten pornografi yang muncul melalui iklan, media sosial, games, film, video, ataupun tontonan akan membangkitkan rasa penasaran anak. Rasa penasaran inilah yang menjadi dorongan bagi anak-anak melihat lebih banyak lagi konten pornografi. Bahaya pornografi ini akan menimbulkan efek candu, karena dipicu pengeluaran hormon dopamin pada otak, sehingga akan menimbulkan rasa senang atau bahagia ketika menontonnya. Merusak otakMeski memberikan efek bahagia, namun kenyataannya bahaya pornografi pada anak dapat menyebabkan kerusakan otak anak, lo! Lebih tepatnya pada bagian otak depan atau Pre frontal cortex. Hal ini disebabkan karena otak depan anak belum matang dengan sempurna. Jika bagian otak ini rusak, maka akan mengakibatkan konsentrasi menurun, sulit memahami benar dan salah, sulit berpikir kritis, sulit menahan diri, hingga kesulitan merencanakan pelajaran. Kurang sensitif terhadap rangsangan seksualEfek peningkatan hormon dopamin pada tubuh anak akan menyebabkan penurunan sensitivitas otak pada rangsang seksual ketika ia dewasa. Pada akhirnya, saat dewasa dan menikah, para pecandu pornografi membutuhkan pengalaman seksual yang lebih ekstrem untuk benar-benar dapat terangsang secara seksual. Timbul keinginan mencoba dan meniruBahaya pornografi yang cukup fatal adalah timbulnya keinginan mencoba dan meniru apa yang ditontonnya. Hal ini berkaitan dengan tepengaruhnya sel-sel otak anak yang seakan membuatnya seperti merasakan apa yang ditontonnya. Hal inilah yang membuat anak terdorong untuk mempraktikkan apa yang dilihatnya. Berisiko melakukan pelecehan seksualNah, bahaya pornografi yang satu ini sangat fatal dan bisa merugikan banyak orang. Mama Papa, anak yang terpapar pornografi bisa mencoba melakukan tindakan seksual secara paksa untuk mengatasi rasa penasarannya. Biasanya hal ini dilakukan ketika mereka menginjak usia remaja. Bukan tidak mungkin seorang anak yang terbiasa terpapar pornografi tumbuh menjadi pelaku pemerkosaan atau pelecehan seksual. Jadi, kita harus waspadai sejak dini, ya! Baca Juga: Dampak Negatif Anak Sering Main Game bagi Tumbuh Kembang Memicu depresi dan kecemasanVideo pornografi seringkali menampilkan hal-hal yang tidak realistis dengan keseharian. Jika terlalu sering menontonnya, kemampuan untuk membedakan hal yang nyata dan imajinasi sulit didapatkan oleh anak-anak. Selain itu, jika sehari saja mereka tidak menonton atau mengakses video porno, maka akan timbul kecemasan berlebihan. Parahnya, jika mereka tidak mendapatkan pasangan yang sesuai dengan imajinasinya, maka rasa tertekan, stres, dan depresi akan menghantui. Baca Juga: Kenali 9 Ciri Anak Terkena Depresi Sulit berpikir jernihKesulitan untuk berpikir jernih adalah bahaya pornografi pada anak yang tidak bisa diremehkan. Kecanduan pornografi memaksa seseorang untuk bertindak tanpa melibatkan hati nuraninya. Banyak ahli berpendapat, konten pornografi sama berrisikonya dengan memasukan zat berbahaya ke otak. Jika awalnya coba-coba bisa jadi mereka akan terkena dampak yang irasional tersebut. Prestasi belajar menurunSelain itu, bahaya pornografi juga dapat mengganggu pendidikan anak, lo! Mereka akan tumbuh sebagai pribadi yang malas belajar, susah berkonsentrasi, dan sulit melepas gadget. Akibatnya, anak yang kecanduan pornografi dapat mengalami penurunan prestasi belajar. Hal yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan pendidikan seks pada anak. Berikan juga pendampingan pada anak saat mereka menggunakan media sosial atau saat menggunakan gadget-nya. Tunjukkan pada si kecil mengenai bahaya pornografi yang dapat merusak dirinya. Mama Papa bisa membatasi konten pornografi dengan mengatur ponsel si kecil dengan mode parental control. Kesehatan Anak dr. Devia Irine Putri, 20 Mei 2020 Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter Menonton video porno dapat mendatangkan sejumlah dampak negatif pada anak. Ini bahaya pornografi bagi anak-anak. Berita tentang seorang anak yang menonton video porno di sebelah orang tuanya membuat geger masyarakat Indonesia. Pasalnya, video tak senonoh tersebut sangat tidak sesuai dengan usia anak, namun orang tuanya seakan tidak peduli. Padahal bahaya pornografi tidak hanya menyerang orang dewasa saja, melainkan juga anak-anak. Terkait kondisi tersebut, Anda perlu tahu bahwa konten berbau porno, baik dalam bentuk foto, film, maupun animasi, dapat mendatangkan sederet dampak buruk bagi perkembangan otak anak. Beberapa bahaya pornografi yang dimaksud, antara lain. Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry menunjukkan bahwa anak yang sering menonton video porno akan mengalami perubahan struktur dan fungsi otak. Anak yang demikian akan mengalami penyusutan ukuran striatum kanan dan kiri, serta koneksi di korteks prefrontal. Striatum adalah bagian otak yang berkaitan dengan fungsi dan daya ingat. Karena itu, bila ukuran bagian otak ini mengalami penyusutan, seorang anak akan memiliki daya ingat yang terganggu, kesulitan berkonsentrasi, dan menangkap pelajaran. Ini adalah suatu bagian otak yang mengatur fungsi kognitif dan emosional manusia. Jika terjadi penurunan koneksi di area tersebut, kemampuan dasar otak untuk menerima dan mengelola pikiran menjadi tidak seimbang dengan fungsi emosional yang dimiliki. Artikel Lainnya: 4 Dampak Psikis yang Dialami Korban Pelecehan Seksual Tak berhenti di situ, anak yang terlalu sering menonton video porno juga akan mengalami peningkatan hormon dopamin di dalam tubuhnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan sensitivitas otak anak terhadap rangsangan seksual ketika ia dewasa. Pada akhirnya, ketika menikah nanti, individu tersebut membutuhkan pengalaman seksual yang lebih ekstrem untuk bisa benar-benar terangsang. Bahkan, bukan tak mungkin individu tersebut juga akan menjadi pelaku kekerasan seksual di masa mendatang. Kesulitan untuk berpikir jernih adalah dampak pornografi pada anak yang tak bisa diremehkan. Hal ini karena kecanduan pornografi memaksa diri untuk bertindak tanpa adanya keterlibatan dari hati nurani. Para ahli berpendapat, segala konten berbau pornografi sama dengan zat berbahaya yang langsung masuk ke otak, tanpa melalui sederet proses di dalam tubuh. Ini karena mata yang melihat konten porno akan langsung merefleksikan gambaran tersebut ke otak, sehingga efek sampingnya akan terjadi saat itu juga. Dampak pornografi pada anak yang nyata adalah anak tampak malas belajar, sulit berkonsentrasi, dan sulit lepas gadget. Akibatnya prestasi anak di sekolah pun cenderung menurun. Artikel Lainnya: Kiat agar Anak Tak Terpapar Konten Bernuansa Seks Semakin dini anak Anda sering melihat video berbau pornografi, maka semakin dini pula mereka akan melakukan seks yang berisiko di bawah umur. Berdasarkan beberapa studi tentang pengaruh konten seksual pada usia remaja menunjukkan bahwa semakin sering mereka terpapar konten berbau seksual baik di film maupun media, mereka cenderung melakukan hubungan seks dini. Hubungan seks dini biasanya dilakukan karena rasa penasaran. Akibatnya banyak anak-anak remaja terjerumus dalam seks bebas, penggunaan narkoba dan alkohol, hingga tertular penyakit menular seksual. Dampak pornografi pada anak berikutnya adalah munculnya sikap agresif terutama pada lawan jenis. Bentuk sikap agresif maupun kekerasan seksual terhadap lawan jenis banyak ditemukan pada video-video pornografi. Bahaya pornografi yang lainnya adalah kecanduan. Awalnya mungkin hanya sebatas rasa keingintahuan, lalu berkembang menjadi suatu kesenangan atau hiburan, hingga akhirnya menjadi sebuah keharusan. DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) sudah memasukkan penggunaan konten pornografi secara impulsif dalam kategori gangguan hiperseksual. Artikel Lainnya: Usia Berapa Anak Boleh Menggunakan Gawai? Video pornografi sering kali menampilkan hal-hal yang tidak realistis. Namun, jika terlalu sering ditonton, dapat menghambat kemampuan untuk membangun dan mempertahankan suatu hubungan yang sehat kelak. Selain itu, jika satu hari tidak menonton atau mengakses video porno dapat menimbulkan kecemasan berlebihan. Apabila kelak anak mendapatkan pasangan dan tidak sesuai dengan gambaran, maka bisa membuatnya merasa tertekan, stres, bahkan mengalami depresi. Apa yang Harus Dilakukan? Konten berbau porno bukanlah tontonan yang layak untuk mereka yang masih anak-anak. Oleh karena itu, agar anak tidak terkena bahaya pornografi yang bersembunyi di balik setiap kontennya, Anda sebagai orang tua dituntut untuk lebih peka dalam mengawasi setiap gerak-gerik mereka. Batasi segala sesuatu yang memudahkan akses anak ke konten berbau pornografi. Dalam hal ini, beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan adalah:
Selain pengawasan dan pendampingan, orang tua juga perlu melakukan pendekatan agama pada anak. Hal ini bertujuan agar anak memiliki benteng yang kokoh terhadap godaan pornografi dan hal-hal negatif lainnya. Pastikan pula Anda selalu menjadi contoh yang baik untuk anak, dengan melakukan hal-hal positif setiap hari. Jangan biarkan video porno atau konten berbau pornografi lainnya merusak masa depan anak. [FY/ RS] PornografiVideo PornoAnakPola asuh anak |