Jelaskan 4 alasan benua afrika disebut benua hitam

Jakarta -

Mengapa Benua Afrika dikenal sebagai benua hitam? Umumnya, jawabannya adalah karena orang Eropa tidak mengenal benua Afrika sampai abad ke-19. Tetapi rupanya jawaban ini tidak tepat. Untuk itu, detikers perlu tahu, Benua Afrika dikenal sebagai benua hitam karena apa.

Benua Hitam atau Dark Continent adalah julukan Benua Afrika yang dipengaruhi oleh kedatangan orang Eropa ke Afrika. Jawaban bahwa benua hitam atau Dark Continent berasal dari bagaimana orang Eropa tidak mengenal Afrika hingga abad ke-19 disebut tidak tepat karena orang Eropa tercatat telah mengetahui Afrika selama 2.000 tahun, seperti dikutip dari laman Historical Africa Cultural Center.

Lantas, bagaimana sejarah julukan Benua Hitam bagi Afrika bermula?

Benua Afrika dikenal sebagai Benua Hitam karena judul tulisan penjelajah Inggris Henry M. Stanley. Ia memberi judul karyanya "Through the Dark Continent dan "In Darkest Africa" untuk meningkatkan penjualan. Meskipun mengesankan Afrika sebagai benua yang belum terjamah lewat judul tersebut, Stanley mengaku sudah membaca 130 buku tentang Afrika sebelum menyelesaikan misi penjelajahannya.

Pada Zaman Pencerahan, bangsa Eropa mengembangkan standar dan alat baru dalam membuat peta. Bangsa Eropa lalu menghapus danau-danau, gunung-gunung, dan kota-kota di Afrika dari peta populer karena tidak yakin letak pastinya.

Penjelajah Eropa seperti Burton, Livingstone, Speke, dan Stanley lalu berangkat ke titik-titik yang dihapus dari peta tersebut dengan pemandu orang Afrika yang mengantarkan mereka ke tempat-tempat tersebut. Dari situ, dengan standar baru, mereka diberi kreditasi sebagai penemu gunung, sungai, dan kerajaan-kerajaan di Afrika.

Padahal, kerajaan-kerajaan Afrika sebelum kedatangan bangsa Eropa sudah melakukan perdagangan dengan orang Timur Tengah dan Asia selama 2.000 tahun. Orang Eropa semula menggambarkan Afrika berdasarkan peta dan catatan buatan pedagang dan penjelajah seperti Ibnu Batutah.

Sebagai informasi, Ibnu Batutah melakukan perjalanan melintasi Gurun Sahara dan di sepanjang pantai utara dan timur Afrika sekitar tahun 1.300-an.

Peta-peta Afrika buatan Eropa sebelum kedatangan penjelajah Eropa juga sudah berisi pengetahuan detail tentang benua tersebut. Di sisi lain, Eropa memang hanya memiliki sedikit pengetahuan langsung tentang Afrika selain daerah pantainya hingga abad ke-19.

2. Anggapan tentang Iklim dan Lingkungan Afrika

Hasil penjelajahan bangsa Eropa menghasilkan sejumlah pengetahuan baru tentang Afrika. Tetapi di sisi lain, penjelajahan tersebut juga memicu mitos tentang benua hitam atau the Dark Continent.

Benua Afrika dikenal sebagai Benua Hitam karena menurut pemahaman penjajah dari Eropa, iklim benua Afrika merusak mental dan memicu disabilitas fisik, hutannya tidak bisa dihuni, dan penuh dengan binatang buas, serta sungainya banyak buaya.

Fakta dan mitos tentang kondisi di Benua Afrika ini lalu berkembang sehingga Benua Afrika dianggap berbahaya, berpenyakit, dan rawan kematian oleh para penjelajah Eropa. Pandangan bahwa Afrika memiliki iklim tidak bersahabat dan rawan penyakit didorong oleh penulis-penulis fiksi asal Eropa seperti Joseph Condad dan W. Somerset Maugham.

3. Anggapan tentang Perilaku Kerja dan Misionaris

Benua Afrika juga dikenal sebagai benua hitam karena dianggap malas dan penjual budak sejak akhir tahun 1700-an oleh orang Inggris, serta karena tidak mau berpindah agama.

Sebelumnya, orang Inggris abolisionis atau orang-orang yang bergerak menentang perbudakan berhasil melenyapkan perbudakan di perkebunan Afrika. Tetapi, setelah tidak ada perbudakan, orang Afrika menolak bekerja di perkebunan karena diberi upah sangat rendah.

Di waktu yang sama, misionaris Eropa gagal membuat orang Afrika berpindah memeluk agama yang disebarkan selama puluhan tahun. Mereka lalu menyebut hati orang Afrika "locked in darkness" atau "terkunci dalam kegelapan".

4. Anggapan tentang Budaya dan Perempuan Afrika

Benua Afrika juga dikenal sebagai benua Hitam karena anggapan-anggapan penjelajah Eropa. Salah satunya yaitu Geografer Lucy Jarosz yang menganggap Afrika "purba, buas, seperti reptil dengan perempuan yang harus diajari, dicerahkan, dibimbing oleh laki-laki Eropa lewat sains Eropa, agama, peradaban, perdagangan, dan kolonialisme."

Nah, jadi Benua Afrika dikenal sebagai benua hitam karena anggapan yang tumbuh dari penjelajahan dan kedatangan bangsa Eropa ke Afrika ya, detikers. Selamat belajar!

Simak Video "Jokowi Temui Presiden Komisi Eropa Jelang Puncak KTT G20"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwy)

Jelaskan 4 alasan benua afrika disebut benua hitam

Jawaban4 alasan mengapa benua afrika dijuluki benua hitam▶Karena banyak kawasannya yang dijajah oleh Perancis▶Karena benua itu belum sepenuhnya dijelajahi oleh orang-orang Barat. ▶Karena Masyarakat yang tinggal disana umunya ras negroid

▶Karena Berkulit hitam

KOMPAS.com - Benua Afrika merupakan tempat bagi sekitar 16 persen populasi dunia.

Nama Afrika sendiri berasal dari bahasa Latin, Africa terra, yang berarti tanah Afri. Afri adalah nama suku asli yang mendiami bagian utara benua tersebut.

Seperti benua-benua lain di dunia, benua Afrika juga mempunyai julukan, salah satunya adalah Benua Hitam.

Lantas, mengapa benua Afrika dikenal dengan sebutan Benua Hitam?

Berasal dari mayoritas penduduknya

Sebagian besar penduduk benua Afrika adalah keturunan ras Negroid yang berkulit hitam.

Hal inilah yang menyebabkan benua Afrika mendapatkan julukan Benua Hitam. Julukan ini awalnya diberikan oleh bangsa Perancis, yang dulu pernah menjajah Afrika.

Mereka menyebut Afrika sebagai Benua Hitam karena suku asli yang mendiaminya berkulit hitam.

Istilah Benua Hitam kemudian dipopulerkan oleh penjelajah Inggris, Henry M. Stanley, dalam buku-bukunya.

Baca juga: Sejarah Kebijakan Apartheid di Afrika Selatan

Perdebatan tentang julukan Benua Hitam

Dalam perkembangannya, julukan Benua Hitam menjadi perdebatan banyak orang.

Sebagian mengatakan bahwa ungkapan tersebut sebagai hinaan rasis terhadap suku asli Afrika.

Sementara sebagian lainnya menganggap bahwa julukan Benua Hitam tidak ada hubungannya dengan warna kulit, melainkan merujuk pada kurangnya pengetahuan bangsa Eropa tentang Afrika.

Seperti diketahui, meski bangsa Afrika telah berdagang dengan orang-orang Asia selama berabad-abad, bangsa Eropa baru mengenal Afrika pada awal abad ke-19.

Referensi:

  • Fardhilah, N. (2020). Peradaban Afrika. Semarang: ALPRIN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.