Frasa yang memiliki pola bentukan sama dengan frasa makan bersama

Frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata dengan kata yang bersifat nonpredikatif. Frasa hanya dapat mengisi satu fungsi sintaksis. Misalnya, frasa anak yang berpakaian warna merah bermotif polkadot itu hanya dapat memenuhi fungsi subjek. Frasa memiliki beberapa ciri, antara lain

  • Lebih dari satu kata yang memenuhi salah satu dari fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap).
  • Dapat disisipi Perhatikan contoh berikut:
    Rumah biru Di antara dua kata tersebut dapat disisipi, misalnya yang baru saja, menjadi rumah yang baru saja biru. Sementara itu, yang tidak bisa disisipi disebut sebagai kata majemuk (kompositum). Contohnya,
    Rumah sakit Di antara kedua kata tersebut tidak dapat disisipi.
  • Frasa memiliki unsur inti dan keterangan. Pada frasa rumah biru, kata rumah menjadi inti dan kata biru menerangkan inti tersebut.
  • Frasa dapat ditentukan jenisnya berdasarkan kelas kata. Misalnya, frasa rumah biru berinti kata rumah yang berkelas kata nomina sehingga frasa tersebut masuk ke dalam jenis frasa nomina.

Jenis-Jenis Frasa

Frasa juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Frasa Eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan komponen-komponennya. Frasa ini mempunyai dua komponen, yaitu:

  • Bagian perangkai yang berupa preposisi atau partikel.
  • Bagian sumbu yang berupa kata atau kelompok kata.

Contoh frasa eksosentris.

  • Tiga orang sedang belajar di aula sekolah.
  • Tiga orang sedang belajar di.
  • Tiga orang sedang belajar aula.
  • Tiga orang sedang belajar sekolah.

Frasa di aula sekolah mempunyai tiga unsur di, aula, dan sekolah. Sebagai frasa preposisional, ketiga unsur tersebut tidak dapat sama-sama menggantikan. Berbeda halnya dengan frasa endosentris.

2. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu bagiannya.

Contoh dari frasa eksosentris

  • Dua orang siswa sedang berlatih menyanyi di aula sekolah.

Karena memiliki distribusi yang sama, tidak masalah jika salah satunya dihilangkan sebab bisa saling menggantikan.

  • Dua orang sedang berlatih menyanyi di aula sekolah.
  • Dua siswa sedang berlatih menyanyi di aula sekolah.

Pola frasa bahasa Indonesia secara tepat digambarkan oleh Alisyahbana (1949: 59). Beliau mengemukakan mengenai hukum DM. Maksud dari hukum DM adalah kata yang menerangkan/ menjelaskan selalu terletak di belakang kata yang diterangkan. Kemudian pada tahun 1972, muncul tokoh yakni Bertsch dan Vennemann. Mereka mengemukakan prinsip pengurutan wajar, maksudnya adalah urutan semua jenis modifikator dalam hubungan dengan induknya (kata yang dimodifikasikan) sama dengan urutan verba dan objek.

Cara Menentukan Pola Frasa

Penentuan pola frasa pada umumnya dijumpai dalam soal Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) pada bagian Pemahaman dan Pengetahuan Umum (PPU). Langkah-langkah dalam menentukan pola frasa, antara lain

  1. Tentukanlah terlebih dulu inti atau konsep diterangkan (D) dan pembatas atau keterangan atau konsep menerangkan (M) dari frasa tersebut. Karena merupakan pilihan, penulis akan menggunakan istilah inti dan keterangan. Misalnya, frasa kecerdasan buatan berinti pada kata kecerdasan. Hal ini disebabkan kata kecerdasan dapat membentuk jenis apapun, misalnya kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, ataupun kecerdasan spiritual sehingga kata buatan menjadi keterangan dari kecerdasan yang dimaksud.
  2. Dari inti dan keterangan tersebut, tentukanlah kelas katanya. Kecerdasan berkelas kata nomina, begitu pun dengan kata buatan.
  3. Lihatlah secara seksama, baik inti, maupun keterangan apakah berbentuk kata dasar ataukah kata berimbuhan.
  4. Jika sampai poin C belum juga ditemukan jawabannya, Anda harus melihat hubungan antara inti dan pembatas. Misalnya, frasa pintu belakang. Jadi, hubungan antara inti (pintu) dan belakang (keterangan) adalah letak atau posisi.

Jenis Frasa berdasarkan Kelas Kata pada Intinya

Jika dilihat dari kelas kata pada inti frasa, frasa dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, antara lain

  • Frasa Preposisional (Frasa Kata Depan)

Frasa preposisional adalah frasa yang diawali dengan kata depan yang kemudian diikuti oleh kata atau kelompok kata lain. Contohnya, di sepanjang jalan kenangan, kepada guru yang terhormat, bagi mantan yang tersakiti, dsb.

  • Frasa Nominal (Frasa Kata Benda)

Frasa nominal adalah frasa yang berinti pada kata berkelas kata nomina. Contohnya, burung biru, sehamparan alun-alun, ketinggian pesawat, dsb.

  • Frasa Verbal (Frasa Kata Kerja)

Frasa verbal adalah frasa yang berinti pada kata berkelas kata kerja. Contohnya, memperoleh hadiah, memakan buah-buahan, melompati pagar, dsb.

  • Frasa Adjektival (Frasa Kata Sifat)

Frasa adjektiva adalah frasa yang berinti pada kata berkelas kata sifat. Contohnya, sangat merah, tidak pernah bersih, selalu baik, dsb.

  • Frasa Adverbial (Frasa Kata Keterangan)

Frasa adverbia adalah frasa yang berinti pada kata berkelas kata keterangan. Contohnya, tidak pernah sekalipun, hanya sesekali, tidak akan, dsb.

Kontributor: Adip Prasetyo, S.Hum.
Alumni Sastra Indonesia FIB UI

Materi Bahasa Indonesia lainnya di StudioBelajar.com:

  • Kalimat Imperatif
  • Kata Pengantar
  • Fakta dan Opini

INIRUMAHPINTAR - Pada kesempatan ini, pembahasan jendela ilmu mengenai Pengertian, Macam, Jenis, Pola Pembentuk Frasa. Materi ini merupakan bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia yang perlu diketahui dan dipahami oleh siswa, mahasiwa, guru, dosen, dan peneliti yang berkecimpung di bidang pendidikan dan sastra Bahasa Indonesia. Materi tentang frasa ini tidak boleh diabaikan karena jika kurang teliti, pembaca bisa saja kesulitan dalam mengidentifikasi perbedaan antara frasa dengan kata majemuk. Oleh karena itu, penjelasan tentan frasa ini sangat penting untuk diperhatikan secara mendalam. Tanpa berpanjang lebar, berikut ini adalah pembahasan lengkapnya: Frasa atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan, tetapi tidak membentuk Subjek-Predikat dan tidak membentuk makna baru. Bentuk baru itu tidak menimbulkan makna yang berbeda dengan makna kata sebelumnya. Misalnya dalam frasa: buku saya artinya tetap, yaitu buku milik saya. Berbeda dengan kata majemuk yang dapat menimbulkan makna baru, misalnya rumah sakit bukan bermakna rumah yang sakit, atau kamar tidur bukan bermakna kamar yang tidur, dsb.

Frasa yang memiliki pola bentukan sama dengan frasa makan bersama
sumber ilustrasi : pixabay.com
  1. Frasa nominal, yaitu frasa yang berintikan kata benda, misalnya rumah baru (inti atau yang diterangkan adalah rumah)
  2. Frasa verba, yaitu frasa yang berintikan kata kerja, misalnya sudah pergi (berintikan kata kerja pergi)
  3. Frasa adjectiva, yaitu frasa yang berintikan kata sifat, misalnya sangat baik (berintikan kata sifat baik)
  4. Frasa adverbia, yaitu frasa yang tidak mempunyai inti, frasa ini hanyalah gabungan dua kata keterangan atau lebih, misalnya: sudah akan, hampir tidak.
  5. Frasa preposisional, yaitu frasa yang didahului kata depan dan frasa ini juga tidak mempunyai inti.
  6. Frasa numeral (bilangan), misalnya: lima kodi, dua lusin, dsb. 

1. Frasa endosentris

yaitu frasa yang salah satu unsur atau kedua unsurnya menjadi inti frasa itu. Frasa endosentris dibagi lagi menjadi tiga yaitu:

  • Frasa endosentris yang subordinatif yaitu apabila salah satu unsurnya sebagai inti dan unsur lainnya sebagai keterangan. Misalnya: harga(D) pasar (M), beberapa (M) guru (D). Keterangan: D adalah diterangkan, M adalah menerangkan/penjelas. Mayoritas frasa dalam bahasa Indonesia bermola (D-M). Frasa yang berpola (M-D) sangat sedikit.
  • Frasa endosentris yang koordinatif yaitu apabila semua unsur frasa itu dapat berlaku sebagai inti, misalnya suami istri, meja kursi. Frasa setara dapat disisipi konjungsi dan, atau, maupun tanpa mengubah makna.
  • Frasa endosentris yang apositif yaitu apabila salah satu unsurnya sebagai keterangan, tetapi keterangan itu dapat mengganti kedudukan yang diterangkannya, misalnya Pak Budi, guru kimia baru di sekolah kami, menerangkan di depan kelas. Frasa guru kimia baru di sekolah kami tersebut berfungsi menjelaskan Pak Budi. 
  2. Frase eksosentris 

yaitu frasa yang unsur-unsurnya tidak menjadi inti frasa itu. Frasa eksosentris dibagi empat, yaitu:

  • Frasa eksosentris yang efektif yaitu frasa yang menunjukkan arah, misalnya di sekolah, kepada peminta-minta, dari rumah. Eksosentris preposisional mengandung preposisi/kata depan.
  • Frasa eksosentris yang objektif yaitu frasa yang salah satu unsurnya sebagai objek, misalnya melambaikan tangan, membuat robot, menghias dinding, dsb.
  • Frase eksosentris predikatif, misalnya: saya menjual, kami menyimak, mereka berbicara, dsb.
  • Frasa eksosentris konjungtif, misalnya: karena kelaparan, sebab kehujanan 

Pola pembentukan frasa sebagai berikut:
  1. Kata benda + kata benda, misalnya: rumah kayu, kapal layar, sepatu kuda, jembatan besi, dsb.
  2. Kata benda + kata kerja, misalnya: kapal terbang, baju renang, buku tulis, dsb.
  3. Kata benda + kata sifat, misalnya: baju putih, kitab suci, kucing cantik, dsb.
  4. Kata kerja + kata benda, misalnya: pulang kampung, mandi madu, dsb.
  5. Kata keterangan + kata sifat, misalnya: sangat indah, amat kuat, dsb.

Judul buku: Big Book SBMPTN SOSHUM 2016 oleh Dewi Rossalia, M.Pd., Moch. Amin Mukhyiddin, Lusi Susilawati, Nurul Hudha, Alvina Kusuma, Muh. Amien, Adip M.S., Estiwi R.P., Yuli Pratiwi, Triyani, D. C. Ningsih

Demikian pembahasan tentang Pengertian, Macam, Jenis, Pola Pembentuk Frasa. Semoga bermanfaat!