Bagaimana langkah langkah agar shalat khusyu

- Ada beberapa hal yang bisa saja membuat pikiran kita terpecah saat sedang melaksanakan sholat lima waktu. Salah satunya adalah tiba-tiba teringat sesuatu di luar perkara sholat hingga lupa rakaat sholat. Namun hal ini bisa kamu hindari jika memperhatikan hal-hal ini.

Secara bahasa, khusyuk berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, takhluk dan menyerah.

Allah berfirman dalam surat Al-Mukminun:

"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya." (QS. Al-Mukminun: 1-2).

Berikut beberapa tips agar tetap khusyuk saat sholat lima waktu yang dilansir dalam buku berjudul "Khusyu dalam Shalat" oleh Syafri M. Noor, Lc:

1. Menyempurnakan Wudhu


Menyempurnakan wudhu menjadi salah satu dengan berwudhu yang benar. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa nabi sallallahu'alaihi wasallam sholat subuh bersama dengan para sahabat dan beliau membaca surat ar-Rum dalam sholat tersebut, lalu beliau mengalami gangguan dalam bacaannya. Setelah selesai dari sholatnya beliau bersabda:

"Sesungguhnya ada mengganggu kami dalam bacaan Al-Qur'an kami, karena sesungguhnya ada beberapa kaum dari kalangan kalian yang sholat bersama kita tetapi tidak berwudhu dengan baik. Maka siapa saja dari kalian yang ikut sholat bersama kami, hendaklah terlebih dahulu berwudhu dengan baik." (Hadits Hasan).

2. Mempersiapkan Diri Sebelum Mulai Sholat


Sebelum melaksanakan sholat lima waktu pastikan kamu sudah mempersiapkan diri. Caranya adalah dengan memposisikan diri bahwa kita sedang beribadah dengan sebaik-baiknya, merasakan betapa lemah dan tidak berharganya kita dibandingkan kekuasaan Allah SWT.

3. Menghadirkan Allah dalam Hati


Tidak hanya raga yang perlu disiapkan. Akan tetapi hati juga harus standby untuk bersembahyang kepada-Nya.

4. Sholat di Awal Waktu


Sejatinya, saat menunaikan sholat berjamaah di awal waktu, maka akan sangat berimbas pada tingkat kekhusyu'an kita. Karena saat itu, waktu untuk menunaikan ibadah masih sangat panjang. Sehingga secara psikis, hati akan merasakan ketenangan ketika mengerjakannya.

Lain halnya kalau sholat dikerjakan di akhir waktu, kemungkinan besar sholat akan tergesa-gesa karena tehimpit oleh waktu yang sudah mau habis.

5. Membuat Pembatas (Satir)


Sahl bin hatsmah meriwayatkan bahwa Nabi sallahu'alaihi wasallam bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian mengerjakan sholat, maka sholatlah dengan menghadap ke sutrah (pembatas) dan mendekatlah kepadanya agar syetan tidak bisa memutuskan sholatnya. (HR. Abu Daud, Imam Ahmad dan Imam Nasa'i).

6. Tidak Melakukan Gerakan-gerakan di luar Sholat


Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu'anhu:

"Rasulullah pernah mendatangi kami ketika orang-orang mengangkat tangannya ketika sholat. Lalu beliau bersabda: Aku melihat kalan mengangkat tangan seperti ekor kuda yang berjemur di bawah terik matahari? Tenanglah saat sholat." (HR. Imam Muslim, Abu Daud dan An-Nasa'i).

7. Melupakan Kesibukan Duniawi


Abu darda' berkata: "Di antara tanda kefaqihan (pahamnya) seseorang adalah menyelesaikan urusannya terlebih dahulu sebelum memulai sholat, agar ketika menunaikan sholat hatinya dalam keadaan fokus."

8. Taubat Kepada Allah


Di antara yang membantu untuk meraih kekhusyu'an ketika sholat (https://www.detik.com/tag/sholat) adalah dengan bertaubat atas perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari syariat. Dan taubat ini terus menerus diperbaharui setiap waktu.

Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits bahwasanya nabi Muhammad Sallallahu'Alaihi wasallam senantiasa bertaubat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari:

"Demi Allah, sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali." (HR. Bukhari).

9. Perbanyak Membaca Al-Qur'an


Sering membaca Al-Qur'an juga berpotensi untuk meraih kekhusyu'an dengan mudah. Begitu halnya dengan berziarah kubur dan mengingat kematian serta mengingat bekal yang akan dibawa di hari akhir nanti. Semuanya bisa membantu untuk mendapattkan kekhusyu'an.

(lus/erd)

Khusyuk adalah ruh suatu ibadah, terutama shalat. Karenanya shalat yang dilakukan tanpa kekhusyukan laksana raga tanpa nyawa. Tiada berguna, bahkan sia-sia. Ragam definisi khusyuk disampaikan para ulama.

Ragam Definisi Khusyuk

Adalah Syekh Muhammad bin Bir Ali al-Barkuli (wafat 981 H) menjelaskan:


هُوَ قِيَامُ الْقَلْبِ بَيْنَ يَدَيْ الْحَقِّ بِهَمٍّ مَجْمُوعٍ


Artinya, “Khusyuk adalah hati berdiri (menghadap) di hadapan Tuhan Yang Maha Benar dengan kesedihan yang besar.” (Muhammad bin Bir Ali al-Barkuli, at-Thariqah al-Muhammadiyah dicetak bersama al-Bariqah al-Mahmudiyah, juz III, halaman 98). 


Selain itu, al-Barkuli juga mengutip kalam ulama yang mengatakan “tadzallul al-qulûb li ‘allamil ghuyûb”, atau khusyuk adalah kerendahan hati di hadapan Tuhan Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengawasi”. 


Ulama kontemporer Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam at-Tafsir al-Munir saat menafsirkan surah al-Mukminun ayat 2, "alldzina hum fi shalatihim khasyi’un", menyatakan:


وهو الخضوع والتذلل لله والخوف من الله تعالى ومحله القلب فإذا خشع خشعت الجوارح كلها لخشوعه إذ هو ملكها


Artinya, “Khusyuk adalah kepasrahan, kerendahan, rasa takut kepada Allah. Tempatnya di hati. Karenanya, orang yang hatinya khusyuk, tentu semua anggota badannya turut khusyuk. Sebab hatilah yang menguasai seluruh anggota badan.”  Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir, juz XVIII, halaman 14).

Cara Khusuk Menurut Syekh Izzuddin

Syekh Izzuddin bin Abdissalam (wafat 660 H) dalam kitab al-Qawa’id al-Kubra atau yang populer disebut Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam menjelaskan, cara khusyuk dengan menggunakan kaidah likulli maqamin maqalun, “Di setiap gerakan, ada bacaan dan penghayatan masing-masing yang harus diseriusi”. Syekh Izzuddin menerangkan:


فإنّ المصلي مأمور إذا قرأ القرآن أن يلاحظ معانيه فإن كان في آية وعيد خافه وإن كان في آية وعد رجاه ولهذا قال سبحانه وتعالى: أَمَنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ


Artinya, “Orang yang shalat diperintahkan menghayati makna setiap ayat al-Qur’an yang dibacanya. Bila saat itu ia membaca ayat tentang ancaman (bagi yang durhaka), maka akan berbuah rasa takut kepada-Nya; jika ayat yang dibaca mengandung janji pahala kebaikan, maka ia optimis mendapatkannya. Allah berfirman, ‘Apakah orang yang beribadah tengah malam, sujud dan berdiri karena takut (azab) akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya—sama seperti orang yang bermaksiat kepada Allah dengan kekufuran atau maksiat lainnya—?’.” (Izzuddin bin Abdissalam, al-Qawa’id al-Kubra, juz I, halaman 353).


Yang dimaksud Syekh Izzuddin dari surat az-Zumar ayat 9 di atas adalah, orang yang tengah shalat adakalanya menghayati siksa, dan kadang juga menghayati keluasan rahmat Tuhannya. Artinya, ketika yang dibaca bertepatan dengan ayat rahmat, maka harus optimis. Begitu pun saat membaca ayat azab, orang yang shalat semestinya merasa takut kepada Allah secara mendalam. Inilah yang ia maksud dengan li kulli maqamin maqalun, harus proporsional dalam beramal.


Syekh Izzuddin yang bergelar sulthanul ulama atau raja ulama melanjutkan, bahkan saat membaca ayat yang menceritakan sifat-sifat Allah, orang yang shalat harus merenungkan sifat-sifat itu. Ketika ayatnya berbicara ihwal tawakal, maka harus bertekad melakukannya. Begitu pun saat ayat yang dibacanya membincang takzim, cinta, ketaatan dan seterusnya, maka ia dituntut untuk takzim, mencinta, dan bertekad menjalani ketaatan itu. Syekh Izzuddin mewanti-wanti agar tak berpaling dari menghayati ayat yang kita baca. Dalam al-Qawa’id al-Kubra disebutkan:


ولا يشتغل عن معنى ذكر من الأذكار بمعنى غيره من الأذكار وإن كان أفضل  منه لأنه سوء أدب ولكل مقام مقال يليق به ولا يتعدّاه


Artinya, “Orang shalat tidak boleh berpaling merenungkan makna dzikir yang dibaca dengan makna zikir lainnya, walaupun dzikir tersebut lebih utama, sebab itu adalah adab yang buruk. Ingat, setiap gerakan ada bacaan dan penghayatannya masing-masing, hendaknya ia tidak melewatinya.” (Izzuddin bin Abdissalam, al-Qawa’id al-Kubra, juz I, halaman 354).


Menurut penulis, alasannya sangat rasional. Sebut saja dalam interaksi sosial, saat seseorang diminta berbicara sebagai narasumber tentang sejarah budaya misalnya, tapi ia malah berbicara tentang ekonomi pasar; harga sembako yang fluktuatif, kebijakan PPKM darurat yang meregang ekonomi rakyat, dan tema-tema lainnya yang tidak berkaitan. Sungguh sangat kacau. Betapa menyesalnya panitia mengundang pembicara seperti itu. Karenanya dalam shalat makruh hukumnya kita membaca al-Qur’an saat rukuk dan sujud, membaca subhanarobbiyal a’la ketika duduk di antara dua sujud yang seharusnya membaca doa, dan seterusnya.

Cara Khusyuk Paling Mudah 

Cara khusyuk berbeda diajarkan oleh guru penulis, KH Hariri bin Abdul Adhim Situbondo. Beliau mengajarkan cara shalat khusyuk paling mudah, yaitu dengan mengembalikan kepada Allah segala yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya saat shalat. Sebut saja ketika orang shalat melihat segerombolan semut, atau mendengar suara ayam, kicauan burung, dan semisalnya, maka ia segera berupaya untuk mengembalikan semua yang didengar dan dilihatnya kepada Allah. Segerombolan semut itu termasuk hamba Allah yang tengah bergotong royong, mencari nafkah, dan menjalani tugasnya sebagai hamba. Demikian pula suara ayam dan kicauan burung. Allah dengan kuasa-Nya telah menciptakan suara khas dan bahasa komunikasi bagi masing-masing makhluk. Bahkan, mungkin saja mereka tengah fokus berzikir kepada Tuhannya.

Dengan cara seperti itu, secara tidak langsung orang yang sedang shalat dan menemukan berbagai hal tadi diantar untuk mengakui keagungan Allah sebagai penguasa alam semesta, sehingga setiap rukuk dan sujud akan melahirkan rasa rendah (at-tadzallul) yang amat dalam. Juga, takbir demi takbir dalam setiap gerakan dapat menambah kesadaran bahwa kita hanya sebutir debu atau bahkan lebih kecil. Inilah cara khusyuk paling mudah yang diajarkan Kiai Hariri.


Terlepas dari dua pendekatan cara khusyuk yang berbeda di atas, khusyuk dalam shalat tidak bisa diremehkan. Ia harus tetap diupayakan bagaimana pun caranya. Terkait dua cara khusyuk yang berbeda, tentu tak jadi soal. Karena semua itu tentang media. Intinya, apakah kita bisa khusyuk atau tidak. Tulisan ini tidak bermaksud membanding-bandingkan dua cara khusyuk tersebut. Hemat penulis, sejatinya Kiai Hariri sedang mengajarkan cara khusyuk yang paling mudah tanpa harus mengerti apa maksud bacaan dan gerakan shalat; sedangkan khusyuk ala Syekh Izzuddin mengharuskan kita mengerti keduanya. Semoga tulisan ini manfaat dan berkah. Wallahu a’lam bisshawab.


Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, Alumnus Ma’had Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan Lombok.

Doa Agar sholat khusyu dan pikiran tidak kemana mana?

Berikut doa agar sholat khusyuk. “Allahumma Inni a'udzubika min ilmin la yanfa' wa min qalbin la yakhsya' wa min amalin la yurfa' wa min nafsin la tasyba', wa min du'ain la yustajabu lahu.”

Bagaimana cara yang dapat dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan salat dengan khusyuk brainly?

Jawaban. mengambil wudhu,niat,tidak boleh tertawa saat sholat,berdoa dengan baik,tidak boleh melirik ke kanan atau kiri,harus menghadap ke kiblat,tidak boleh terburu buru .

Jika sholat tidak khusyu apakah harus diulang?

"Tidak ada masalah, kita sholat merasa kurang khusyuk kurang baik, setelah itu kita mencoba mengulangi, tidak ada masalah. Silakan, tidak ada larangan untuk mengulangi itu," kata ustaz Adi dalam tanya jawab singkat dalam kajian daring yang disiarkan di laman resmi YouTubenya beberapa waktu lalu.

Kenapa tidak bisa khusyu dalam sholat?

Penyebab utama kondisi ini adalah karena sebagian besar kita tidak mengerti dan paham bacaan atau ayat yang dibaca didalam sholat. Untuk mendapatkan sholat khusuk langkah pertama kita harus mengerti semua bacaan yang dibaca didalam sholat.