Bagaimana gejala ikan yang terserang penyakit?

Solopos.com, SOLO — Sering mual dan muntah mungkin sudah menjadi keluhan yang sering dialami seorang ibu hamil. Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi keluhan pada ibu hamil terutama pada usia trimester pertama usia kehamilan.

Dokter spesialis obsgyn Rumah Sakit (RS) JIH Solo dr. Nuri Dyah Anggraini, Sp.OG, dalam Health Talk yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo, menjelaskan biasanya kehamilan dialami seorang ibu selama sembilan bulan yang terbagi menjadi tiga trimester.

Trimester pertama tersebut terjadi di usia 0-12 pekan kehamilan, trismester kedua mulai 13-28 pekan dan trismester ketiga mulai 29 pekan sampai ibu melahirkan.

Keluhan ibu hamil, ternyata juga berbeda di tiap trimesternya. Menurut dr. Nuri, pada trimester pertama, sekitar 50%, keluhan yang pertama dan yang paling sering adalah mual dan muntah atau morning sickness.

Penyebab morning sickness karena si ibu mengalami perubahan hormon, dari yang sebelumnya tidak dalam kondisi hamil kemudian hamil, tubuh seorang ibu akan ada perubahan hormon. Akibatnya sering muntah, mual, kembung, sering sendawa, ulu hati nyeri, dan sebagainya.

Baca Juga: Tindakan DSA Bisa Dilakukan untuk Atasi Stroke pada Penderita Hipertensi

“Kalau masih dalam tahap wajar, jika masih bisa makan, itu tidak masalah. Cara mengatasinya adalah ibu hamil harus makan sedikit tapi sering. Mungkin bisa sehari lima kali atau enam kali tapi dengan porsi sedikit,” kata dia.

Sedangkan jika mual dan muntah itu terjadi dan menyebabkan tidak nafsu makan atau tidak bisa makan, maka harus dikonsultasikan ke dokter.

Ibu hamil di trimester pertrama juga biasanya gampang capek. Kondisi ini terjadi juga akibat hormonal. Untuk itu ibu hamil harus mengurangi aktivitasnya.

Tapi kondisi mudah lelah juga harus dipastikan lagi, karena ada kemungkinan juga mengalami anemia. Untuk mengatasinya, asupan nutrisi harus cukup dan banyak konsumsi cairan. Jika ada anemia, bisa diberi obat tambah darah.

Keluhan lainnya adalah munculnya kram di perut. Nemun menurutnya jika kram itu masih bisa hilang sendiri saat tiduran, tidak masalah. Tapi perlu diwaspadai jika kram muncul disertai dengan flek. Jika hal itu terjadi, disarankan untuk segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan di Usia Senja dengan Gaya Hidup Sehat

Pada trimester pertama, ibu hamil juga sering ke kamar mandi untuk buang air kecil. “Hal ini wajar karena ketika kandungan semakin membesar akan menekan kandung kencing. Tapi harus hati-hati juga karena sering ke kamar mandi itu bisa terkena infeksi saluran kencing. Harus tetap banyak minum sama mengurangi kafein,” kata dia.

Dia mengatakan pada semua fase kehamilan, semua kafein baik dari teh, kopi maupun cokelat, maksimal boleh dikonsumsi hanya dua cup per hari. “Kalau pagi sudah minum teh, siang minum kopi, maka malam tidak boleh lagi. Lalu pada trimester pertama harus lebih dikurangi lagi,” kata dia.

Keluhan lainnya yang sering muncul adalah munculnya lendir vagina yang lebih banyak. Menurutnya itu terjadi karena faktor hormonal dan katrena aliran darah yang terlalu banyak di sekitar vagina. Disarankan untuk menjaga area kewanitaan agar tetap tidak lembab.

Terakhir adalah keluhan sering pusing. Tapi menurutnya jika pusing tersebut masih wajar, dan bisa hilang dengan beristirahat, maka tidak perlu khawatir. Tapi jika pusing terjadi berlebihan, harus segera periksa ke dokter.

Daftar dan berlangganan Espos Plus sekarang. Cukup dengan Rp99.000/tahun, Anda bisa menikmati berita yang lebih mendalam dan bebas dari iklan dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama mobil Daihatsu Rocky, sepeda motor NMax, dan hadiah menarik lainnya. Daftar Espos Plus di sini.

Solopos.com, SOLO — Bagi wanita karier, setiap harinya akan menjalani peran yang beragam dalam hidupnya. Baik peran di lingkungan kerja, peran di lingkungan keluarga, serta peran di lingkungannya.

Tentu butuh keseimbangan dalam menjalankan peran-peran tersebut agar kehidupannya lebih nyaman. Namun apa maksud dari kehidupan yang seimbang atau yang dikenal juga dengan worklife balance itu?

Psikolog RS JIH Solo, Arinda Nuralita, S. Psi., M.A., Psikolog, dalam Health Talk yang disiarkan di YouTube RS JIH Solo belum lama ini menjelaskan worklife balance bukan hanya untuk wanita karier atau ibu bekerja. Sebab semua orang juga membutuhkan worklife balance.

“Kalau melihat kata balance akan diartikan sebagai bentuk seimbang. Simbang dalam kehidupan bukan dalam arti 50% bekerja dan 50% di rumah,” kata dia.

Baca Juga: Hati-Hati, Hal-Hal Ini Bisa Menyebabkan Gangguan Tidur

Menurutnya yang dimaksud dengan keseimbangan itu adalah bagaimana kita bisa mengatur waktu, menyeimbangkan aktivitas baik itu aktivitas dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan sehingga menimbulkan kepuasan dalam diri kita.

“Setiap orang tentu tidak hanya menjalankan satu peran. Apalagi seorang ibu. Ibu zaman sekarang dia juga berperan sebagai ibu buat anak-anaknya, juga istri untuk suaminya, kemudian pegawai di sebuah institusi atau berkarier secara mandiri dan dia juga bagian dari anggota masyarakat. Bagaimana kita bisa menyeimbangkan itu tapi tidak sampai membuat kita burn out atau lelah sendiri,” lanjut dia.

Sementara ketika seseorang tidak bisa mengatur porsi perannya baik di pekerjaan maupun di luar pekerjaan, akan menjadikannya lelah berlarut. Menurutnya ada tiga indikator untuk melihat hidup kita seimbang atau tidak.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng Gigi Goyang, Ini Cara Mencegahnya

Pertama, adalah time balance, dimana bisa mengatur waktu dengan baik. Kapan waktu bekerja, dan kapan waktu untuk keperluan lain. Dia mencontohkan ketika seseorang memilih kerja lembur. “Sebenarnya perlu sekali tidak kerja lembur? Atau adakah keperluan anak kita atau keluarga kita yang lebih penting dari pada menyelesaikan lembur? Ini kaitannya dengan kemampuan kita bisa memilah hal-hal prioritas,” jelas dia.

Kedua adalah involvement balance, yakni keseimbangan keterlibatan kita di setiap waktu itu. Misalnya saat ada di rumah bersama anak, lebih baik fokusnya ke anak, tidak memikirkan pekerjaan. Begitu juga saat di tempat kerja, maka fokus kita di pekerjaan. Menurutnya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Namun jika kondisi ini bisa tercipta, maka kehidupan kita akan lebih optimal, baik optimal di pekerjaan, juga optimal dalam hubungan keluarga atau peran lain di luar pekerjaan.

Sedangkan indikator ketiga, satisfied balance, yakni puas dengan apa yang dikerjakan. Baik puas dengan pekerjaan yang dijalankan, puas dengan kehidupan keluarga, puas dalam menjalin hubungan sosial dan sebagainya.

“Bisanya ketika dua faktor pertama telah tercapai, maka faktor ketiga ini juga akan tercapai. Mungkin ada yang gila kerja, karier melesat tapi tidak dekat dengan anak dan sering bertengkar dengan pasangan. Berarti ada ketidakpuasan di sisi lain,” kata dia.

Daftar dan berlangganan Espos Plus sekarang. Cukup dengan Rp99.000/tahun, Anda bisa menikmati berita yang lebih mendalam dan bebas dari iklan dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama mobil Daihatsu Rocky, sepeda motor NMax, dan hadiah menarik lainnya. Daftar Espos Plus di sini.