Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai ditandai dengan raja yang berkuasa, masa kejayaan, dan jejak peninggalan yang masih ada hingga saat ini.

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang dipimpin oleh sultan. Kesultanan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak yang sudah ada sebelumnya.

Samudera Pasai terletak di wilayah yang sangat strategis. Kawasan Pasai dekat dengan laut dan tidak jauh dari Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan ke Persia, Arab, Cina serta India. Kondisi ini membuat Samudera Pasai terus berkembang menjadi pusat perdagangan besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat menjadi pusat bisnis, Kerajaan Samudera Pasai juga fokus pada komoditas utamanya yaitu lada.

Raja Samudera Pasai

Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Sejarah Samudera Pasai berawal dari gabungan dua kerajaan kecil. (Foto: istockphoto./Laude Iqbal)

Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai awalnya digagas oleh Nazimuddin al-Kamil. Lalu, Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada tahun 1267 Masehi oleh Sultan Malik al-Saleh atau Marah Silu (Meurah Silu). Pendiri Kerajaan Samudera Pasai ini sekaligus menjadi raja pertama Samudera Pasai.

Beberapa referensi menjelaskan, terpilihnya Meurah Silu sebagai penguasa Pasai karena titah dari Kesultanan Mamluk di Kairo. Meurah Silu diberi gelar Sultan Malik as-Saleh atau Sultan Malikussaleh. Dia menjadi sultan Samudera Pasai periode 1267-1297 Masehi.

Usai Meurah Silu wafat, pemerintahannya digantikan oleh sang putra yaitu Sultan Malik az-Zahir dari hasil perkawinan Meurah Silu dengan Putri Raja Perlak.

Penguasa Samudera Pasai terus berganti hingga 1517 Masehi, berikut daftar Raja Samudera Pasai.

  • Sultan Malik al-Saleh/Meurah Silu (1267-1297)
  • Sultan Malik az-Zahir (1297-1326)
  • Sultan Ahmad I (periode 1326)
  • Sultan al-Malik az-Zahir II (periode 1349)
  • Sultan Zainal Abidin I (1349-1406)
  • Sultan Malikah Nahrasiyah (1406-1428)
  • Sultan Zainal Abidin II (1428-1438)
  • Sultan Shalahuddin (1438-1462)
  • Sultan Ahmad II (1462-1464)
  • Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464-1466)
  • Sultan Ahmad IV (1466-1466)
  • Sultan Mahmud (1466-1468)
  • Sultan Zainal Abidin III (1468-1474)
  • Sultan Muhammad Syah II (1474-1495)
  • Sultan Al-Kamil (1495-1495)
  • Sultan Adlullah (1495-1506)
  • Sultan Muhammad Syah III (1506-1507)
  • Sultan Abdullah (1507-1509)
  • Sultan Ahmad V (1509-1514)
  • Sultan Zainal Abidin IV (1514-1517)

Masa Kejayaan Samudera Pasai

Mengutip laman resmi Pemerintah Provinsi Aceh, masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai ada pada kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II.

Wilayah Pasai yang pada masanya menjadi pusat perdagangan, membuat banyak saudagar dari penjuru dunia seperti India, Siam, Arab hingga China datang untuk berniaga ke Pasai.

Lintas perdagangan di Pasai yang berkembang pesat saat itu juga membuat Kesultanan Samudera Pasai merilis mata uang emas yang disebut dirham untuk digunakan secara resmi.

Selain menjadi kawasan yang paling sibuk, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi tempat dakwah dalam menyebarkan agama Islam.

Walau sempat mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit, Kesultanan Samudera Pasai mampu kembali meraih masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Malikah Nahrasyiyah.

Jejak Peninggalan Samudera Pasai

Jejak peninggalan Kesultanan Samudera Pasai diketahui melalui bukti arkeolog ditemukannya makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara.

Area makam para raja Samudera Pasai itu berada tidak jauh dari reruntuhan bangunan Kesultanan Samudera Pasai yang persisnya berlokasi di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, Lhokseumawe.

Dari deretan makam para raja, terdapat makam atas nama Sultan Malik al-Saleh yakni raja pertama sekaligus pendiri Samudera Pasai.

Tidak hanya makam Sultan Malik al-Saleh, tapi ada juga makam Sultan Malik az-Zahir, Teungku Peuet Ploh hingga Ratu Al-Aqla.

Selain pemakaman, Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan lonceng Cakra Donya, stempel khas kerajaan, buku Tassawuf hingga karya tulis Hikayat Raja Pasai.

Itulah sejarah Kerajaan Samudera Pasai beserta raja yang memimpin, masa kejayaan, dan jejak peninggalan.

(avd/ptj)

[Gambas:Video CNN]

Merdeka.com - Lhokseumawe, menjadi jejak kerajaan Islam pertama di Indonesia yakni Samudra Pasai. Kerjaan Islam yang didirikan oleh Meurah Silu pada 1267. Sebuah kerajaan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak. Kerajaan Samudra Pasai mencapai masa keemasannya pada abad ke 16.

Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara. Kompleks makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 kilometer sebelah timur Lhokseumawe.

Kerajaan Samudera Pasai punya peranan yang sangat penting dalam usaha penyebaran Islam di Asia Tenggara. Mereka memiliki banyak hubungan dengan beragam kerajaan Islam. Untuk mengingat masa kejayaan Samudra Pasai di Tanah Air, maka dibangun Monumen Samudra Pasai.

Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Dari kejauhan Monumen Samudra Pasai nampak megah dengan instruktur yang apik. Monumen ini dibangun di lahas seluas 7,7 hektar di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Berjarak 300 meter dari kompleks makam Sultan Malikussaleh, pendiri Kerajaan Islam Samudra Pasai.

Monumen Samudra Pasai dibangun pada tahun 2012 dengan dana Tugas Pembantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Bangunan monumen ini dirancang berlantai 3. Lantai pertama akan difungsikan sebagai ruang pameran, bidang kebudayaan, bidang pariwisata, mushalla, ruang latihan tari dan musik, ruang serbaguna, gudang, sekretariat pengelola, sekretariat pemandu wisata, dan sekretariat penelitian.

Lantai II akan difungsikan sebagai cafe, resto dan galeri souvenir, serta diorama akan dibuat di lantai III.Yang menjadi daya tarik Monumen Samudra Pasai ialah menara setinggi 71 meter.

Punya desain yang unik, Monumen Samudra Pasai mulai ramai dikunjungi sejak tahun 2019. Meski belum sepenuhnya rampung, pengunjung asyik berselfie menyusuri monumen. Membawa nuansa ala kerajaan, monumen ini juga sering dijadikan lokasi prewedding.

Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Kendati demikian, Monumen Samudra Pasai kini sudah tidak beroperasi lagi. Sejak Agustus 2021 lalu, Monumen Kerajaan Islam pertama di Tanah Air ini ditutup.

Menurut Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Aceh Utara, Diah Ayu Hartati monumen ini tidak cukup kokoh. kondisi konstruksi bangunan monumen itu bermasalah dan terdapat kerusakan seperti dinding dan lantai retak hingga menara monumen yang bergeser atau mengalami kemiringan.

Bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kuat untuk menopang menara tersebut.Dikhawatirkan nantinya justru membahayakan pengunjung. Kerusakan monumen diduga akibat korupsi dalam proses pembangunan monumen yang rugi mencapai Rp 20 miliar.

Apakah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia?

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Raja pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh. Kerajaan Samudra Pasai memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Pada masa jayanya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perniagan. Banyak saudagar-saudagar dari berbagai negeri datang, seperti dari India, Siam, Arab, dan China.

Bukti-bukti keberadaan kerajaan Samudra Pasai diperkuat adanya Berita Marco Polo, Ibnu Batutah dan ditemukannya batu nisan Sultan Malik As Saleh yaitu raja pertama Samudra Pasai. Berita tentang Sultan Malik as-Saleh diterangkan pada batu nisan yang terbuat dari batu pualam putih bertuliskan huruf Arab. Namun sayang, kini para pengunjung hanya bisa menatap Monumen Samudra Pasai dari kejauhan.

[Tys]