Apakah pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kepercayaan

tirto.id - Kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu termasuk bagian dari zaman pra-sejarah. Di masa itu, manusia belum mengenal tulisan. Mereka yang berada di zaman pra-aksara itu dikenal sebagai manusia purba.

Satu-satunya cara menengok kehidupan di masa itu adalah dengan melihat peninggalan mereka berupa fosil, alat-alat kehidupan, fosil tumbuhan maupun hewan, dan lainnya, seperti dikutip dari buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia (2017) yang diterbitkan Kemendikbud.

Sistem sosial, budaya, dan ekonomi manusia pada masa berburu dan meramu amat sederhana, serta sesuai dengan kebutuhan mereka di masa itu yang belum kompleks.

Pada masa berburu dan meramu, manusia menggunakan tradisi lisan yang menjadi fondasi untuk kehidupan zaman sekarang. Keterampilan dan alat-alat yang digunakan pada masa itu juga masih dalam proses perkembangan dan penyempurnaan.

Sebagai misal, awalnya mereka membuat kapak genggam, yang di masa berikutnya berkembang menjadi kapak lonjong yang lebih fleksibel dan efektif digunakan.

Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu

Ciri-ciri kehidupan di masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan ini terdiri dari ciri kepercayaan, ciri sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan sebagainya.

Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari buku Sejarah (2020) yang ditulis Irma Samrotul Fuadah.

A. Ciri Kepercayaan

Ciri utama kepercayaan manusia masa berburu dan meramu ada;ah masih meyakini kemampuan mistis dari benda-benda dan alam yang dianggap memiliki kekuatan supranatural. Kepercayaan yang dianut masyarakat berburu meramu terdiri dari keyakinan animisme, dinamisme, dan totemisme

1. Animisme

Kepercayaan animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda memiliki roh atau jiwa, seperti pohon, batu, gunung, dan lain sebagainya.

2. Dinamisme

Kepercayaan dinamisme meyakini bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya usaha manusia.

Orang-orang di masa berburu dan meramu percaya bahwa kekuatan itu dapat menolong dan membantu mereka. Kekuatan itu bersemayam pada benda-benda magis seperti keris, jimat, pohon besar, dan lain sebagainya.

Untuk meraih kekuatan dan pertolongan dari benda-benda itu, lumrahnya, mereka menghaturkan sesaji atau ritus tertentu pada benda-benda tersebut.

3. Totemisme

Orang yang berpaham totemisme meyakini bahwa ada hewan tertentu yang dianggap sakral dan berkekuatan magis. Hewan yang dianggap suci itu misalnya adalah sapi, ular, dan lain sebagainya.

B. Ciri Sosial

Ciri utama kehidupan sosial masyarakat masa berburu dan meramu adalah dengan berkelompok dalam lingkup kecil sekitar 10-15 orang. Setiap kelompok kecil itu memiliki pemimpin yang ditaati oleh anggotanya.

Hidup mereka masih nomaden, berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memperoleh sumber daya, guna memenuhi kebutuhan akan makanan dan tempat tinggal. Adapu sejumlah ciri sosial lainnya dari masyarakat berburu meramu adalah sebagai berikut.

1. Tidak bisa bercocok tanam

Manusia di masa berburu dan meramu belum bisa bercocok tanam, mereka hanya mengandalkan keterampilan berburu dan mengumpulkan makanan.

2. Hidup dengan cara nomaden dalam kelompok kecil

Dengan cara nomaden, mereka mengumpulkan makanan dari sumber alam langsung, seperti buah-buah liar, ikan, kerang, dan sebagainya.

Bila sumber makanan habis, mereka akan berpindah ke tempat baru yang menawarkan sumber alam lainnya.

3. Tidak ada pembagian kerja dan stratifikasi sosial

Sistem sosial pada masa berburu dan meramu masih sangat sederhana. Tidak ada batasan antara pemimpin dan pekerja. Cara bersosialisasinya amat fleksibel, cair, dan tidak bersekat.

Berbeda halnya ketika manusia sudah menetap, mereka hidup di pemukiman tertentu dan ada stratifikasi sosial antara kalangan atas dan kalangan bawah, kelompok pekerja, ahli tertentu, masyarakat awam, dan sebagainya.

4. Alat kerja sehari-hari adalah batu besar dan kasar

Alat yang digunakan adalah batu besar dan kasar, seperti yang ditemukan dalam peninggalan manusia masa berburu dan meramu, yaitu kapak batu, kapak penetak, dan sebagainya.

Salah satu alat di masa berburu dan meramu adalah kapak genggam. Bentuknya kasar dan primitif, serta cocok di tangan.

Berbeda halnya dengan kapak lonjong dari zaman cocok tanam di masa Neolithikum yang lebih maju. Bentuk kapak lonjong lebih halus dan dapat diikat di batang kayu sehingga lebih efektif digunakan.

C. Ciri Budaya

Ciri budaya masyarakat berburu dan meramu bisa dilihat dari cara mereka memenuhi kebutuhan pokoknya untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan berkelompok. Berikut ciri-ciri budaya di masyarakat berburu dan meramu.

1. Peralatan sangat sederhana

Peralatan yang digunakan manusia di masa berburu dan meramu sangat sederhana. Awalnya mereka membuat rakit, namun lambat-laun mereka membuat perahu.

2. Belum mengenal ragam teknik memasak

Manusia di masa berburu dan meramu belum mengenal ragam teknik memasak. Masyarakat pada masa berburu dan meramu biasa mengonsumsi makanan secara mentah atau dibakar saja.

3. Perhiasan sangat primitif

Manusia di masa berburu dan meramu sudah mengenal perhiasan, kendati sangat primitif, yaitu merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.

4. Alat-alat langsung dari alam

Untuk membantu penghidupan, mereka membuat alat-alat dari alam, seperti batu, tulang, kayu, dan sebagainya. Sebagai misal, peninggalan alat-alat dari masa berburu dan meramu ialah kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan alat-alat dari tulang.

5. Tinggal di gua-gua

Masyarakat berburu dan meramu lebih memilih tinggal di gua-gua untuk berlindung dari hempasan alam. Mereka belum bisa membuat rumah. Selain itu, mereka sering kali tinggal berpidah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

D. Ciri Ekonomi

Manusia di masa berburu dan meramu menggunakan sistem ekonomi yang amat sederhana, yaitu dengan cara barter. Artinya, mereka melakukan tukar-menukar barang untuk memperoleh barang yang berbeda.

Untuk memperoleh sumber daya tertentu, mereka akan saling bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup dengan bergantung dari alam. Jika sumber daya di suatu wilayah habis, mereka pindah ke lokasi lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

E. Ciri Teknologi

Ciri teknologi manusia di masa berburu dan meramu sangatlah sederhana. Peninggalannya adalah batu-batu yang diruncingkan sebagai senjata berburu.

Selain itu, sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengembangkan teknologi baru dengan memakai teknik yang sangat rendah, seperti teknik tangan, teknik pukulan, teknik goresan, roda berputar, serta teknik tatap batu.

Baca juga artikel terkait MANUSIA PURBA atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/add)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Masa berburu dan mengumpulkan makanan [food gathering and hunting period] adalah salah satu ciri-ciri zaman batu tua [paleolitikum] dimana manusia purba memenuhi kebutuhan akan pangan dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan makanan dari alam. Pada masa ini juga telah mengenal sistem kepercayaan yang sederhana dan alat-alat pemenuh kebutuhan hidup yang sederhana. Hidup mereka berkelompok dengan anggota yang tidak banyak, antara 20 sampai 50 orang. Hidup mereka masih nomaden dan sangat bergantung pada ketersediaan alam. Perburuan dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan pengumpulan makanan dilakukan oleh kaum perempuan.

1. Keadaan Lingkungan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Keadaan lingkungan pada masa itu masih sangat liar, belum stabil, dan berbahaya. Manusia masih belum mampu menciptakan alat untuk mempermudah hidupnya seperti senjata untuk membunuh hewan buas dan rakit untuk menyeberangi sungai. Bahkan mereka masih tinggal di goa-goa alam. Manusia masih sangat bergantung pada ketersediaan alam. Sehingga jika lingkungan alam di sekitar gua sudah tidak memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, mereka akan mengembara dan mencari tempat baru. Mereka biasanya tinggal di dekat sumber air seperti sungai atau pantai karena disana lebih banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang bisa dimakan.

2. Kehidupan Ekonomi pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa itu belum ada sistem ekonomi yang kompleks. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya dan tidak pernah ada transaksi dengan kelompok lain. Mereka masih sangat bergantung pada alam dan akan mencari tempat lain jika tempat tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pengolahan makanan masih sebatas dibakar saja. Pada masa itu manusia telah mengenal api. Untuk makanan yang berasal dari tumbuhan, mereka memakannya mentah-mentah. Mereka juga belum mengenal teknik menanak nasi.

3. Kehidupan Sosial pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Mereka selalu hidup berkelompok yang anggotanya berjumlah 20 sampai 50 orang yang terdiri dari satu atau dua keluarga. Tujuan hidup berkelompok adalah untuk menghadapi binatang buas dan saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka juga sudah mengenal kerja sama terutama dalam hal berburu. Hasil buruannya dibagikan kepada seluruh anggota kelompok.

Mereka belum mengenal teknik berkomunikasi lisan. Mereka hanya menggunakan bahasa tubuh, gambar, atau bunyi-bunyian untuk menyampaikan sesuatu.

4. Teknologi pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Manusia pada masa itu lebih memilih gua sebagai tempat tinggal karena mereka belum mampu membangun tempat tinggal. Mereka sudah mengenal beberapa peralatan yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bentuk alat-alat tersebut masih kasar [belum diasah atau dihaluskan] dan sederhana. Peralatan tersebut biasanya berasal dari batu, serpihan, dan tulang hewan yang memiliki bentuk sesuai dengan fungsinya. Beberapa alat tersebut diantaranya kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan peralatan dari tulang.

4.1. Kapak Perimbas

Kapak perimbas adalah kapak yang digunakan dengan cara digenggam dan tidak memiliki tangkai. Kapak ini ditemukan di beberapa tempat di Indonesia dan beberapa negara lain seperti Malaysia, Tiongkok, Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar, dan Filipina.

4.2. Kapak Penetak

Kapak penetak adalah kapak yang memiliki bentuk lebih besar daripada kapak perimbas dan berfungsi untuk membelah bambu dan kayu. Kapak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

4.3. Kapak Genggam

Kapak genggam adalah kapak yang berukuran lebih kecil daripada kapak perimbas dan memiliki ujung kecil untuk tempat menggenggam alat tersebut. Kapak ini juga ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia.

4.4. Pahat Genggam

Pahat genggam adalah alat yang memiliki ukuran lebih kecil dari kapak genggam dan berfungsi untuk menggali tanah untuk mencari umbi-umbian.

4.5. Alat Serpih

Alat serpih adalah peralatan yang memiliki bentuk yang sederhana berupa serpihan. Alat ini memiliki fungsi sesuai bentuknya seperti pisau dan alat penusuk. Manusia dapat menggunakan alat ini untuk mengupas, memotong, dan menggali makanan. Alat serpih memiliki ukuran sekitar 10 sampai 12 cm dan banyak ditemukan pada goa-goa di Sangiran [Surakarta], Cabbenge [Sulawesi Selatan], Maumere [Flores], dan Timor.

4.6. Peralatan dari Tulang

Selain dari batu dan serpihan, manusia juga menggunakan tulang hewan untuk dijadikan alat. Peralatan yang berasal dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dll.

5. Keadaan Manusia Indonesia pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Terdapat dua ras yang mendiami Indonesia pada masa ini yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Ras Austromelanesoid yang berasal dari Australia [yang dulunya pernah menyatu dengan Papua] mendiami kawasan timur Indonesia. Ras Mongoloid yang berasal dari Asia [yang pernah menyatu dengan kawasan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan] mendiami kawasan barat Indonesia.

6. Sistem Kepercayaan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa ini manusia telah mengenal sistem kepercayaan. Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah meninggal dan benda-benda besar [seperti batu besar dan pohon besar] memiliki kekuatan gaib. Mereka percaya bahwa ada kekuatan alam yang telah membantu kehidupan mereka. Pada masa ini juga telah terdapat ritual penguburan jenazah dan pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Mereka juga sering menggambar sesuatu di dinding gua yang bertujuan untuk menghormati dan mengingat kekuatan gaib yang diyakininya.

Anda bisa request artikel tentang apa saja, kirimkan request Anda ke

Page 2

Zaman dulu itu nggak kayak sekarang. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia perlu effort lebih buat dapat makan, nggak seperti sekarang yang tinggal klik-klik hp, eh makanan nyampe depan rumah.

Zaman sekarang sudah enak, kalau elo kelaparan nggak perlu repot lagi. Tinggal buka aplikasi, terus order deh, makanan apapun yang mau elo makan.

Tapi, elo kepo nggak sih, bagaimana awal kehidupan manusia purba di Indonesia kalau mau cari makan? Boro-boro mau beli makanan, kayaknya masak sendiri aja butuh effort besar. Sebelum bisa makan, mereka perlu berburu dan mengumpulkan makanannya sendiri.

Nah, biar nggak penasaran lagi, gue mau ceritain bagaimana cara pemenuhan makanan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. 

Tenang, nggak cuma itu, gue juga akan menjelaskan teknologi, kehidupan sosial, dan kepercayaan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Yuk, simak terus

Apa Itu Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan?

Jadi, masa berburu dan mengumpulkan makanan ini terjadi pada zaman Praaksara. Lebih tepatnya terjadi pada periodisasi Paleolitikum dan Mesolitikum.

Sebentar, biar makin jelas gue kasih tahu dulu apa maksud kata “litikum” dalam kata Paleolitikum dan Mesolitikum.

Kata “litikum” berasal dari kata lithos, yang dalam bahasa Yunani artinya adalah batu.

Nah, sementara dalam bahasa Yunani, paleo berarti kuno dan meso berarti tengah. Jadi, bisa diartikan bahwa Paleolitikum adalah Zaman Batu Kuno, sedangkan Mesolitikum adalah Zaman Batu Tengah.

Kenapa ya, kok, disebutnya masa berburu dan mengumpulkan makanan?

Oke, elo kalau mau bertahan hidup pasti perlu yang namanya makan, dong. Nah, salah satu cara mereka untuk bertahan hidup adalah mengumpulkan makanan dengan cara berburu.

Pada masa itu, cara mendapat bahan makanan nggak semudah sekarang. Dari nama zamannya aja sudah ketahuan ya, kalau mereka hidup di Zaman Batu yang belum kenal teknologi secanggih sekarang.

Cara manusia purba bertahan hidup. [Arsip Zenius]

Selain itu, pada zaman Paleolitikum dan Mesolitikum belum kenal yang namanya sistem pertanian, sehingga yang mereka lakukan untuk mendapatkan bahan makanan adalah dengan cara berburu hewan di sekitar mereka.

Dilansir dari Historia, hewan yang diburu manusia purba antara lain rusa, banteng, kerbau, kambing, ikan, dan masih banyak hewan lainnya.

Aduh, nggak kebayang deh, kalau gue udah lapar, tapi harus berburu dulu.

Baca Juga: Pengertian Zaman Paleozoikum, Ciri-Ciri, dan Pembagiannya

Teknologi pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Eh, tapi elo penasaran nggak sih, mereka berburunya pakai apa, ya? Kan, teknologinya belum secanggih sekarang?

Nah, inilah yang membuat manusia purba lebih spesial dari manusia modern. Karena harus bertahan hidup di alam liar, mereka memiliki kecerdasan yang berbeda dengan manusia modern.

Kira-kira bedanya tuh kayak gimana, sih? Yuk, kita coba telaah sedikit.

Manusia modern saat ini mungkin kecerdasannya bisa mengembangkan berbagai teknologi canggih seperti robot, smartphone, dan berbagai gadget lainnya. Namun, kalau mereka disuruh bertahan hidup tanpa teknologi tersebut di tengah-tengah alam liar, apakah mereka bisa bertahan? Belum tentu, kan?

Nah, perbedaannya di sini. Manusia purba bisa bertahan hidup di tengah alam liar meski tanpa teknologi canggih. Mereka memanfaatkan berbagai sumber daya yang disediakan oleh alam.

Contohnya, alat yang mereka gunakan untuk berburu adalah batu yang dibentuk menjadi berbagai macam bentuk menyesuaikan kebutuhan mereka.

Ya sudah, biar elo nggak makin bingung mikirin bentuk batunya, nih simak ya, teknologi yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.

1. Kapak Perimbas

Alat ini dipakai pada zaman Paleolitikum. Bisa dilihat juga kalau bentuknya masih sederhana dan permukaannya juga cenderung kasar. Alat ini dipakai mereka untuk memecahkan sesuatu.

2. Alat Serpih [Flakes]

Masih sama kayak kapak perimbas, alat serpih juga dipakai saat zaman Paleolitikum. Bahkan bentuknya agak mirip sama kapak perimbas, tapi alat serpih ini kayak versi kecilnya gitu. Alat ini mereka pakai untuk menusuk.

Namun, setelah memasuki zaman Mesolitikum, tekstur dari alat serpih ini menjadi lebih halus dan semakin runcing. Bentuknya juga semakin jelas seperti bentuk wajik.

3. Alat Tulang

Alat terakhir yang dipakai pada zaman Paleolitikum. Alat ini berasal dari tulang rusuk hewan besar pada masa itu. Karena bentuknya yang runcing, alat ini memungkinkan untuk dipakai menusuk.

4. Kapak Genggam

Alat ini ditemukan pada zaman Mesolitikum. Bisa dibilang kapak genggam ini merupakan evolusi dari kapak perimbas, namun dengan bentuk yang lebih terdefinisi dan tekstur yang lebih halus dari sebelumnya.

5. Kapak Pendek

Terakhir ada kapak pendek yang juga ditemukan pada zaman Mesolitikum. Bentuk kapak ini lebih mirip dengan cobek dapur. Namun, masih dengan tekstur yang agak kasar. Kapak ini digunakan untuk memotong buah atau daging hewan buruan.

Teknologi masa berburu dan mengumpulkan makanan. [Arsip Zenius]

Baca Juga: Pentingnya Teknologi untuk Membuat Dunia yang Lebih Baik

Keadaan Manusia Indonesia pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Nah, sekarang elo sudah tahu, apa yang dimaksud dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan beserta teknologinya pada masa itu.

Tapi elo tahu nggak sih, bagaimana awal kehidupan manusia purba di Indonesia?

Kalau belum tahu, pas banget, nih. Pada bagian ini, gue akan menceritakan kehidupan awal manusia Indonesia beserta kehidupan sosial dan kepercayaannya.

Kayak yang sudah gue mention sebelumnya, manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan itu hidup di alam liar. Selain itu, mereka juga hidup nomaden, alias hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Tujuan mereka hidup berpindah-pindah adalah untuk bertahan hidup. Apabila area yang mereka tempati saat ini mulai kehabisan bahan makanan, mereka akan mulai mencari area yang memiliki persediaan bahan makanan lebih banyak. Hal ini karena mereka belum mengenal sistem pertanian.

Nah, elo perlu tahu nih, manusia modern saat ini atau yang diketahui sebagai Homo Sapiens bukan manusia pertama yang menduduki wilayah Indonesia. Sebelumnya, ada Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus yang lebih dulu menduduki wilayah Indonesia.

Kalau elo mau tahu lebih lanjut mengenai jenis manusia purba, tonton videonya di sini, yuk!

Oke, balik lagi ke pembahasan. Karena hidup manusia purba yang nomaden, mereka juga diketahui melakukan perjalanan untuk sampai di wilayah Indonesia, contohnya kayak Homo Erectus. Sementara fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada 1941 di wilayah Ngandong dan Pacitan oleh Von Koenigswald, seorang geolog asal Jerman.

Gua peninggalan manusia purba. [Arsip Zenius]

Sekarang kita lanjut ke pembahasan tentang kehidupan sosial pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Nah, manusia purba pada waktu itu juga hidup berkelompok lho, tapi dalam skala kecil.

Namun, mengapa pada masa berburu dan mengumpulkan makanan manusia hidup berkelompok?

Oke gue jawab. Jadi, mereka hidup berkelompok dengan alasan bahwa hidup dengan kelompok kecil akan menguatkan hubungan mereka dan membuat mereka menganggap bertahan hidup akan lebih mudah.

Walaupun mereka hidup berkelompok, dulu tuh mereka nggak punya tingkatan/strata sosial lho. Selain itu, pada zaman Mesolitikum, manusia purba mulai membagi peran pekerjaan sesuai dengan gender.

Untuk laki-laki, mereka ditugaskan untuk berburu hewan. Sedangkan, perempuan ditugaskan untuk meramu atau memasak bahan makanan.

Udah ada pembagian tugas seperti zaman now, kan? Nah, yang jadi pertanyaan sekarang adalah kepercayaan yang mereka anut. Berbicara kehidupan sosial itu nggak akan jauh dari sistem beragama, iya nggak?

Pasalnya, agama ibarat perekat dalam kehidupan bermasyarakat. Nah, untuk menjawab pertanyaan, gue akan lanjut ke pembahasan berikutnya tentang kepercayaan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.

Kepercayaan mereka yang berhasil ditemukan adalah kepercayaan kubur-mengubur jenazah. Karena, masa ini terjadi pada saat belum mengenal tulisan, peninggalan yang dapat ditemukan adalah kepercayaan tentang kubur-mengubur.

Mereka percaya bahwa arwah jenazah akan lebih tenang jika dikubur. Ada dua jenis kuburan yang berhasil ditemukan setelah masa berburu selesai, kurang lebih dimulai pada masa bercocok tanam atau Zaman Neolithikum, nih, yaitu kubur batu dan kubur langsung [kubur primer].

Baca Juga: Apa Betul Hewan Purba Itu Moyangnya Hewan Sekarang? Tahu dari Mana?

Peninggalan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kalau dahulu kala ada sebuah kehidupan, pasti ada saja yang ditinggalkan. Nah, kali ini gue mau kasih tahu, apa aja sih yang menjadi peninggalan dari kehidupan manusia purba.

1. Kjokkenmoddinger

Hayo, di sini ada nggak yang belum pernah dengar tentang kjokkenmoddinger? Melansir dari Kompas, kjokkenmoddinger merupakan bahasa Denmark yang berasal dari gabungan kata, kjokken yang berarti dapur, dan modding yang berarti sampah.

Jadi, kjokkenmoddinger ini semacam tumpukan sampah dapur yang sudah ribuan tahun mengendap dan telah mengeras. Sampah ini berasal dari zaman Mesolitikum dan biasanya letaknya di tepian pantai.

Kjokkenmoddinger [Dok. Wikimedia Commons]

2. Abris Sous Roche

Kalau ini apa, ya? Nah, Abris Sous Roche ini semacam tempat tinggal yang terletak di gua. Dalam Bahasa Indonesia, Abris Sous Roche disebutnya gua ceruk karang. Dilansir dari Kompas, Abris Sous Roche pertama kali diteliti oleh seorang arkeolog bernama Van Stein Callenfels, pada tahun 1928 di Gua Lawa, Ponorogo.

Bentuk dari Abris Sous Roche [Dok.Wikimedia Commons]

Itulah beberapa peninggalan dari manusia purba yang hidup pada Zaman Batu. Wah, kayaknya sudah cukup ya materi kali ini. Sekarang gue mau coba tes apakah elo paham dengan penjelasan gue tadi.

Contoh Soal Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

1. Manakah teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan yang digunakan selama zaman Paleolitikum sampai Mesolitikum?

A. Kapak Genggam.

B. Alat Tulang.

C. Alat Serpih.

D. Kapak Perimbas.

E. Kapak Pendek.

Jawaban dan Pembahasan:

Jawaban: C. Alat Serpih.

Ingat, cuma ada alat serpih yang ditemukan di kedua zaman tersebut. Hanya saja, alat serpih mengalami perbaikan bentuk dan tekstur yang menjadi lebih jelas dan lebih halus.

2. Mengapa manusia purba hidup secara nomaden?

Jawaban dan Pembahasan: Karena, manusia purba hidup di alam liar dan bergantung kepada alam. Mereka mencari bahan makanan dengan memburu hewan di sekitar area yang mereka tempati. Jika dirasa bahan makanan di area tersebut mulai menipis, mereka akan berpindah ke tempat yang memiliki bahan makanan lebih banyak.

Nah, jadi begitulah gambaran kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan pada Zaman Batu. Kalau elo mau mendalami materi ini, elo juga bisa tonton materinya lewat aplikasi Zenius. Yuk, langsung aja klik banner di bawah ini!

Baca Juga: Pengertian Zaman Mesozoikum, Ciri-Ciri, dan Peninggalannya

Ditulis oleh: Karina Dwi Agustina dari Universitas Indonesia, bagian dari Kampus Merdeka 2022

Diperbaharui oleh: Maulia Indriana Ghani

Editor: Dionysia Mayang Rintani

Referensi:

Pengertian Abris Sous Roche dan Kjokkenmoddinger – Kompas [2022]

Kitchen midden at Elizabeth Island 1888 – Wikimedia Commons [2007]

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan – Kompas [2022]

Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya – Kompas [2021]

Serba Serbi Makanan Zaman Purba – Historia [2019]

Kjokkenmoddinger: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan – Kompas [2021]

Video yang berhubungan