Apa yg dimaksud dengan sudut pandang

Sudut pandang adalah pengarang/penulis menempatkan atau menampilkan dirinya terhadap cerita yg dibuatnya dan juga merupakansesuatu yang tidak bisa ditinggalkan dalam Cerpen ( Cerita Pendek ). contohnya yah seperti sudut pandang pertama, kedua, ketiga…

Apa yang dimaksud dengan sudut pandang pengarang?

Sudut pandang adalah arah pandang seorang pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita tersebut menjadi lebih hidup dan bisa disampaikan dengan baik kepada pembaca atau pendengarnya. Sederhananya, sudut pandang ialah cara penulis dalam memandang atau menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.

Sudut pandang itu apa saja?

Mengenal Jenis-Jenis POV atau Sudut Pandang dalam Sebuah Cerita

  1. Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1) POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah si penulis. Sudut pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama.
  2. Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)
  3. Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

Sudut pandang orang pertama ada berapa?

Sudut pandang orang pertama terbagi lagi menjadi dua, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dan sudut pandang orang pertama jamak.

Apa yang dimaksud sudut pandang orang pertama pelaku utama?

Sudut pandang orang pertama tokoh utama Sudut pandang dalam cerpen yang menempatkan orang pertama sebagai pelaku utama biasanya menggunakan kata ganti orang pertama, yakni “aku” atau “saya” dalam ceritanya.

Apa yang dimaksud sudut pandang dan sebutkan pembagiannya?

Sudut pandang adalah teknik bercerita pengarang dalam menyajikan suatu cerita fiksi. Sudut pandang atau pusat pengisahan (point of view) berfungsi untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh.

Apa yang dimaksud sudut pandang pertama?

Sudut pandang orang pertama tokoh utama: dalam sudut pandang orang pertama tokoh utama, tokoh “aku” menjadi tokoh utama. Tokoh “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya. Baik yang bersifat batiniah (dalam diri sendiri), maupun fisik (hubungan dengan sesuatu di luar dari dirinya sendiri).

Kami sudut pandang ke berapa?

Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang sedang dibuat. Si pembaca pun akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan.

Apa itu Sudut Pandang ke 3?

Sudut pandang orang ketiga adalah kondisi dimana penulis meletakkan tokoh utama sebagai orang dengan kata ganti orang ketiga, yakni “ia” atau “dia”. Dalam sudut pandang orang ketiga, penulis seolah-olah berada di luar cerita yang mengisahkan cerita tokoh utama kepada pembacanya.

Sudut pandang orang ketiga ada berapa?

Sudut pandang orang ketiga juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu sudut pandang orang ketiga tunggal dan jamak yang akan dijelaskan lebih rinci berikut ini. Dalam jenis sudut pandang ini, penulis menyebut para tokoh dengan kata ganti “dia” atau “ia”.

Bagaimana sudut pandang orang ketiga pelaku utama?

Apa yang dimaksud sudut pandang orang pertama dan ketiga?

Pada sudut pandang orang pertama, pembaca akan merasa lebih dekat dengan segala peristiwa yang tersaji dalam cerita fiksi tersebut. Sebaliknya, pada sudut pandang orang ketiga, pembaca terasa agak berjarak dengan segala peristiwa yang tersaji dalam cerita fiksi tersebut.

Apa yang anda lihat dan rasakan ketika menonton sepak bola? Sebagai penonton, perasaan anda jelas berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasa oleh si pemain yang timnya menang atau malah si pemain yang timnya kalah. Akibat dari kejadian itupun akan berbeda bagi anda, si pemain yang menang, dan si pemain yang kalah. Oleh sebab itu sudut pandang adalah krusial dalam mempengaruhi penyajian cerita dan alurnya. Sudut pandang (point of view) sendiri memiliki pengertian sebagai cara penulis menempatkan dirinya di dalam cerita. Secara mudah, sudut pandang adalah teknik yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.

Apa yg dimaksud dengan sudut pandang

Pengertian Sudut Pandang

Daftar Baca Cepat tampilkan

1. Pengertian Sudut Pandang

2. Jenis Sudut Pandang Dalam Cerita

2.1. Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal

2.2. Sudut Pandang Orang Pertama Jamak

2.3. Sudut Pandang Orang Kedua

2.4. Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal.

2.4.1. Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu.

2.4.2. Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas.

2.4.3. Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif

2.5. Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak

2.6. Sudut Pandang Campuran

2.7. Sebarkan ini:

Sudut Pandang (point of view) adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.

Sudut Pandang adalah salah satu unsur fiksi yang menjadi kunci kesuksesan cerita. Sebelum kita menulis cerita, harus memutuskan untuk memilih dan menggunakan sudut pandang tertentu di dalam cerita yang akan kita buat. Kita harus sudah bisa mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh seorang narator yang diluar cerita itu sendiri.


Jenis Sudut Pandang Dalam Cerita

Apa yg dimaksud dengan sudut pandang

Sudut pandang umumnya dibagi kedalam empat jenis diantaranya sebagai berikut ini:

  1. Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal

Penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku’.

A.    “Aku” sebagai tokoh utama.

Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.


Contoh :

Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah)


Catatan:

Tokoh “aku” tak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh lain kecuali dengan perkiraan.

Penulis harus memahami tokoh “aku” sesuai karakternya. Misalnya soal bahasa,  perlu dilihat apakah “aku” adalah orang tua atau anak muda. Itu akan mempengaruhi gaya bahasa yang diucapkan.

Mengenali dengan baik karakter “aku” adalah keharusan..


B.  “Aku” sebagai tokoh bukan utama.

Penulis adalah “aku ” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama.


Contoh:

Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama, sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap tertawa saat ingat kali pertama aku melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak mutiara jatuh dalam kotoran dan ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya saja sebelum moncernya kembali. Dan rupanya dia tahu bagaimana cara memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri. (Mimpimu Apa? – Ardyan Amroellah)


Catatan:

Teknik ini hampir mirip dengan Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat sebagai tokoh.

“Aku” hanya mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. “Aku” bisa mengungkap apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh utama, tapi hanya berupa dugaan dan kemungkinan berdasar apa yang “aku” amati dari tokoh utama.


  1.  Sudut Pandang Orang Pertama Jamak

Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti “kami”. Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang.
Contoh:
Siang itu kami berkerumun di teras masjid, membahas isu hangat yang merebak di pondok. Secara beruntun, barang-barang kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga celana dalam. Hal terakhir itu sangat keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya sarung yang kami pakai saat ini. (Ronaldo Dari Brazil – Anin Mashud)

  1.  Sudut Pandang Orang Kedua

Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”.
Contoh:
Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. (Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank)
Catatan;

Pembaca diperlakukan sebagai pelaku utama sehingga membuatnya menjadi merasa dekat dengan cerita karena seolah menjadi tokoh utama

Penulis harus konsisten tak menyebut “aku” untuk berbicara dengan tokoh utama.

  1.  Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal.

Penulis ada di luar cerita tak terlibat dalam cerita. Penulis juga menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”.

  •  Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu.

    Penulis seperti Tuhan dalam karyanya, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk motif. Penulis juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya.


    Contoh:
    “Ibrahim?!”
    “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…”
    Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. (Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah)


  •  Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas.

    Penulis melukiskan segala apa yang dialami tokoh hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Penulis tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja.


    Contoh:
    Selalu ada cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga menuju penginapan. Dia akan menikmati bagaimana lampu-lampu jalan berpendar seperti kunang yang bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang berderet tak putus acap kali menghilang dari pandangan; dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak yang menepi ke pantai. (Lagu Malam Braga – Kurnia  Effendi)


  •  Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif

    Narator melukiskan semua tindakan tokoh dalam cerita namun tak  mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh cerita. Penulis hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya.


    Contoh:
    Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan mengeluarkan pundi kulit dari kantung, membayar minuman dan meninggalkan persenan setengah peseta. Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar. Seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung tetapi tetap dengan penuh harga diri.
    “Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si pelayan lain. Mereka berdua menurunkan semua tirai. “Belum jam setengah dua.” lanjutnya.
    “Aku ingin cepat pulang dan tidur.” (Tempat yang Bersih Terang – Ernst  Hemingway)


  1. Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak

Penulis menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kacamata kolektif. Penulis akan menyebut para tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “mereka”.

Contoh:
Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan Don Vigiliani dan  beberapa anak lelaki dari kelompok pemuda. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di atas meja. (Ibu – Natalia Ginzburg).


  1.  Sudut Pandang Campuran

Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”.

Catatan:

Biasanya teknik ini dipakai dalam cerita yang membutuhkan halaman banyak. Perlu ketelitian dalam setiap fragmen saat penulis mengubah sudut pandang.

SUDUT PANDANG ORANG KEDUA: PENJELASAN KHUSUS

Dibandingkan unsur–unsur pembentuk cerita lainnya, penulis–penulis Indonesia cenderung lambat dalam mengeksperimen dan membarui penggunaan sudut pandang dalam penerapannya pada karya. Selama ini secara umum kita hanya mengenal dua macam sudut pandang, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama dan Sudut Pandang Orang Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan penggunaan Sudut Pandang Orang Kedua. Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis rata–rata sama. Sulit.


Sebagai gambaran singkat. Misalnya seseorang yang bernama Andi, bercerita kepada temannya, Budi. Ada dua kemungkinan: Andi menceritakan dirinya dengan berkata, “Pagi ini aku berangkat pagi.” Dalam hal ini, Andi menggunakan sudut pandang orang pertama (aku). Kemungkinan kedua, Andi menceritakan orang lain. Misalnya dengan, “Tadi siang dia makan siang.” Di sini, Andi menggunakan sudut pandang orang ketiga (dia).


MUNGKINKAH ANDI BERCERITA KEPADA BUDI TENTANG BUDI?

Dalam keadaan normal, kejadian semacam ini mustahil terjadi sebab apa yang dialami Budi tentunya Budi sendiri yang lebih tahu. Hal itu seperti mengharapkan dalang bercerita soal Arjuna kepada Arjuna yang menontonnya. Jelas Arjuna lebih tahu kisah dirinya sendiri dibanding dalang. Itu jika normal. Jika tak normal apakah bisa? Dan bagaimana praktiknya jika bisa?


Kembali ke pengandaian diatas. Jawabannya adalah bisa saja ketika Arjuna kehilangan informasi tentang dirinya atau kejadian yang dialaminya, karena mungkin dia pingsan atau tidur, lalu Arjuna minta keterangan dalang sehingga dalang akan menginformasikan, “Waktu tidur tadi kau berjalan keluar kamar, tapi matamu meram.” Kondisi terakhir ini dapat melahirkan sudut pandang orang kedua (kau, kamu) asalkan dalang konsisten tak menyebut dirinya sebagai “aku”.


Dalam bentuk cerita, pembaca hanya akan melihat Arjuna yang disapa dengan kata ganti ”kau”, sedangkan dalang tak terlihat dan dianggap oleh pembaca sebagai penulis cerita. Jika dalang tergoda untuk memasukkan dirinya ke dalam peristiwa, misalnya dengan menambahkan, “Lalu aku menepuk pundakmu,” maka sudut pandang berubah menjadi orang pertama. Tetapi sudut pandang akan tetap orang kedua jika dalang menceritakan dirinya tidak dengan kata ganti orang pertama, misalnya dengan mengatakan, “Lalu seseorang menepuk pundakmu.”


Dari pengertian ringkas di atas, dapat dimengerti jika sudut pandang orang kedua jarang sekali dipraktikkan oleh para penulis. Tapi bukan berarti tak ada. Coba baca Dadaisme karya Dewi Sartika, Cala Ibi karya Nukila Amal, dan Kabar Buruk dari Langit buatan Muhiddin M. Dahlan. Meski sudut pandang orang kedua pada ketiga novel ini tidak utuh atau tidak sepenuhnya dipakai dalam keseluruhan novel.


Sudut pandang yang digunakan dalam sastra biasanya hanya sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Untuk sudut pandang orang pertama dibagi dua yaitu sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan orang pertama sebagai pelaku sampingan. Sedangkan sudut pandang orang ketiga dibagi dua yaitu orang ketiga sebagai mahatahu/serbatahu dan orang ketiga sebagai pengamat. Jadi sudut pandang orang ketiga pelaku utama dan orang ketiga pelaku sampingan tidak ada.


kalau perbedaan yang mudah diingat antara sudut pandang orang ketiga serba tahu & pengamat, bagaimana ya ?

kalau orang ketiga serbatahu berarti bisa tahu segalanya bahkan sampai pikiran tokohpun tahu, tetapi kalau orang ketiga sebagai pengamat maka hanya melukiskan apa yang dilihat atau sebatas indranya.

Mohon maaf sebelumnya, tp knp dalam soal2 bahasa indonesia msh ada sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh atau pelaku utama? Mohon penjelasannya… terima kasih..

didalam soal penggunaan sudut pandang tersebut digunakan sebagai pengecoh saja.

Kak,ap yag d’maksud sudut pandang orang pertama sebagai pengamat beserta cntoh’x

sudut pandang orang I sebagai pengamat tidak ada. Sudut pandang orang pertama hanya dibagi menjadi orang I sebagai pelaku utama dan orang I sebagai pelaku sampingan. sudut pandang orang ketiga dibagi menjadi orang III sebagai pengamat dan orang III maha tahu.

Apa yang dimaksud dari sudut pandang?

Liputan6.com, Jakarta Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita fiksi kepada pembaca. Sederhananya, sudut pandang adalah ara penulis dalam memandang atau menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang merujuk pada sebuah cerita yang dikisahkan.

Apa saja contoh sudut pandang?

Contoh sudut pandang orang pertama adalah, “Aku berlari menuju ruangan yang berada di ujung dengan cepat. Buku-buku milikku sudah jatuh berserakan, dst.”. Contoh sudut pandang orang ketiga adalah, ”Budi sudah lama bermain gitar. Seluruh keluarganya sangat mendukung talenta bermusik yang ia miliki.

Bagaimana cara menentukan sudut pandang dari sebuah cerita?

Cara menentukan sudut pandang pengarang dalam cerita pendek adalah dengan melihat penggunaan kata ganti orang. Jika menggunakan kata ganti 'aku' berarti menggunakan sudut pandang orang pertama. Sementara itu, jika menggunakan kata ganti 'dia' berarti menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang ada 3 apa saja?

Jenis-jenis sudut pandang:.
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Sudut pandang ini umumnya menggunakan kata ganti seperti "aku" ataupun "saya" pada tokoh utama cerita. ... .
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. ... .
Sudut pandang orang ketiga serba tahu. ... .
Sudut pandang orang ketiga pengamat..