Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau

Hutan mangrove dikenal juga sebagai hutan bakau. (Unsplash/Rod Long)

adjar.id - Hutan mangrove atau hutan bakau adalah salah satu sumber daya yang dimiliki oleh laut.

Nah, hutan mangrove dikenal masyarakat sebagai hutan bakau. 

Hutan bakau merupakan tipe hutan yang terletak di daerah pasang surutnya air laut. 

Umumnya, hutan mangrove berkembang dengan baik pada pantai, muara, dan laguna yang terlindung.

Baca Juga: Potensi dan Persebaran Sumber Daya Laut (Perikanan)

O iya, tumbuhan yang hidup di sekitar hutan mangrove juga tahan terhadap kandungan garam yang dimiliki oleh air laut, lo. 

Hutan mangrove atau hutan bakau juga memiliki banyak sekali fungsinya. 

Apa sajakah fungsi hutan bakau?

Sekarang, yuk, kita simak informasi lebih lengkap mengenai potensi dan persebaran sumber daya laut hutan mangrove di bawah ini!

"Hutan bakau berkembang dengan baik pada pantai, muara, dan laguna yang terlindung."


Page 2

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau

Hutan mangrove dikenal juga sebagai hutan bakau. (Unsplash/Rod Long)

Potensi dan Persebaran Sumber Daya Laut Hutan Mangrove

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau

Fungsi ekologis dari hutan mangrove adalah melindungi pantai dari abrasi. (Unsplash/Waranont (Joe))

Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis.

Nah, fungsi ekologis dari hutan mangrove adalah sebagai habitat atau tempat hidup hewan laut untuk berlindung, mencari makanan, dan berkembang biak. 

Baca Juga: Mengenal Potensi Kemaritiman Indonesia, Materi IPS Kelas 7 SMP

Selain itu, fungsi ekologis lain dari hutan mangrove adalah melindungi pantai dari abrasi air laut. 

Sedangkan, untuk fungsi ekonomis hutan mangrove atau hutan bakau berupa nilai ekonomi dari kayu dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. 

Penduduk umumnya memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar dan juga bahan pembuat arang. 

"Sebagian masyarakat banyak memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar."


Page 3

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau

Hutan mangrove dikenal juga sebagai hutan bakau. (Unsplash/Rod Long)

Kayu bakau juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuat kertas. 

Selain dapat menghasilkan kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beraneka ragam jenis hewan yang memiliki nilai ekonomi tersendiri.

Misalnya, udang dan ikan yang berkembang biak di area ini.

Nah, beberapa hutan mangrove di Indonesia dapat kita jumpai di pesisir barat Pulau Sumatra, Pulau Jawa, sepanjang pesisir Kalimantan. 

Baca Juga: Mengenal Kondisi Fisik Wilayah Indonesia, Materi IPS Kelas 7

Selain itu, hutan bakau juga terdapat di Pulau Sulawesi, Pesisir Selatan Papua, dan lainnya. 

Untuk hutan mangrove atau hutan bakau terbesar di Indonesia berada di Pulau Papua. 

Luas hutan bakaunya mencapai 3.716.100 hektare, lo.

Nah Adjarian, itulah potensi dan persebaran sumber daya laut hutan mangrove yang perlu kita pelajari.

Sekarang, yuk, coba jawab soal di bawah ini!

Pertanyaan

Sebutkan salah satu fungsi hutan bakau secara ekologis!

Petunjuk: Cek halaman 2.

Jangan lupa untuk tonton video ini, ya!

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau
Ilustrasi hutan mangrove

puti aini yasmin Rabu, 12 Januari 2022 - 16:41:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Hutan mangrove banyak tumbuh di pesisir pantai Indonesia. Namun, hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yakni apa saja?

Dikutip dari buku 'Geografi' terbitan grasindo, hutan mangrove adalah tipe hutan yang terletak di daerah pasang surut air laut. Di Indonesia, hutan ini banyak tumbuh di pesisir Barat pulau Sumatera, pantai Utara pulau Jawa dan sepanjang pesisir Kalimantan hingga pesisir Selatan Papua.

Hutan Mangrove Memiliki Fungsi Ekologis Yakni...

Fungsi hutan mangrove terbagi menjadi dua, yakni fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Adapun, hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yakni sebagai habitat atau tempat hidup, berlindung, mencari makan atau berkembang biak binatang laut.

Selain itu, fungsi ekologis hutan mangrove sebagai stabilisator garis pantai, mencegah erosi akibat hantaman ombak dan berperan sebagai penambah lahan pantai

Sedangkan, hutan mangrove memiliki fungsi ekonomis yaitu dari kayu dan makhluk hidup di dalamnya. Kayu hutan mangrove dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup, misalnya kayu bakar, arang hingga obat-obatan.

Selain itu, ada berbagai hewan yang berkembang biak di sana, seperti ikan dan udang. Indonesia diketahui sebagai salah satu pengekspor hewan laut ke China, Jepang hingga Amerika.

Lantas, apa yang Dimaksud dengan Fungsi Ekologis?

Melansir buku 'Ekologi Industri' terbitan Penerbit Deepublish, fungsi ekologis adalah hal yang bisa menentukan pembangunan berkelanjutan. Selain ekologis, biasanya pembangunan berkelanjutan juga ditentukan dari sisi sosial budaya.

Jadi, sudah jelaskan hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yakni sebagai habitat atau tempat hidup, berlindung, mencari makan atau berkembang biak binatang laut ya!


Editor : Puti Aini Yasmin

TAG : hutan hutan mangrove fungsi mangrove mangrove Taman Wisata Mangrove

Apa sajakah fungsi ekologis hutan bakau
​ ​

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah kumpulan pohon dan semak yang tumbuh pada lahan dengan kadar garam tinggi atau air payau seperti di daerah pantai, rawa, atau tepi sungai. Melansir dari situs American Museum of Natural History, ada sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman bakau.

Untuk bertahan hidup, beberapa spesies tanaman bakau mampu menyaring sebanyak 90% garam lewat akarnya. Sementara spesies lain mengeluarkan garam melalui kelenjar pada daun dan kulit pohon.

Indonesia memiliki area hutan bakau yang cukup luas. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2019, total luas hutan bakau nasional mencapai 3,31 juta hektare dengan kawasan Papua sebagai area hutan bakau terluas yaitu sebesar 1.497.724 hektare.

Jenis tanaman bakau

Dalam ekosistem hutan bakau ada tiga kategori tanaman bakau yaitu:

  • Mangrove sejati utama (mayor), yaitu tanaman bakau yang tumbuh pada wilayah pasang surut dan membentuk tegakan murni.
  • Mangrove sejati tambahan (minor), yaitu bagian tanaman bakau yang biasanya ditemukan di daerah tepi dan jarang membentuk tegakan sehingga dianggap sebagai komponen yang tidak penting.
  • Mangrove ikutan (associate), yaitu tanaman bakau yang tidak pernah tumbuh dalam lahan mangrove sejati dan biasanya tumbuh pada daratan. 

Dari ketiga jenis tanaman bakau, jenis mangrove sejati merupakan jenis yang paling penting untuk wilayah pesisir karena jenis tersebut tumbuh pada wilayah pasang surut sehingga dapat mencegah kerusakan langsung.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), jenis tanaman bakau di Indonesia tercatat sebanyak 202 jenis, yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis tanaman pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit (tumbuh pada tanaman lain), dan 1 jenis paku.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis termasuk dalam kategori mangrove sejati (mayor), sementara sisanya masuk dalam kategori mangrove ikutan (associate). Jenis tanaman bakau tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan rincian sebanyak 166 jenis di Jawa, 157 jenis di Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis di Papua, 135 jenis di Sulawesi, 133 jenis di Maluku, dan 120 jenis di Kepulauan Sunda Kecil.

Sebagai negara kepulauan, hutan bakau membawa banyak manfaat bagi wilayah Indonesia. Apa saja manfaat hutan bakau? Simak pembahasan berikut.

Manfaat hutan bakau

Hutan bakau memiliki banyak manfaat dalam berbagai sektor yang menunjang keberlangsungan kehidupan, terutama pada daerah pantai dan sungai. Adapun manfaat hutan sebagai berikut.

1. Mencegah abrasi air laut

Abrasi adalah proses terjadinya pengikisan daratan oleh gelombang sehingga menyebabkan pengikisan daratan. Wilayah pantai dapat mengalami proses abrasi secara cepat apabila tidak ada penahan pada kawasan tersebut. Hutan bakau bermanfaat sebagai penahan abrasi karena dapat menghalangi air laut sehingga tidak mengikis daratan.

Hutan bakau juga dapat memperbaiki kondisi pantai serta mengembalikan keseimbangan ekosistem pantai. Dengan kembalinya kondisi ekosistem pantai yang utuh maka masyarakat sekitar dapat memanfaatkannya sebagai tempat pariwisata edukasi, kawasan konservasi dan sebagainya.

2. Hutan bakau sebagai tempat hidup biota laut

Kawasan hutan bakau adalah salah satu tempat yang paling nyaman bagi beberapa jenis makhluk hidup dan organisme. Beberapa spesies seperti udang, ikan dan kepiting banyak berkembang biak di kawasan hutan bakau.

Baca Juga

Tanaman bakau juga bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan ternak. Tanaman bakau dapat dihancurkan dan digiling menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak seperti sapi, kambing atau unggas.

4. Hutan bakau sebagai sumber pendapatan bagi nelayan

Mayoritas masyarakat yang tinggal di kawasan pantai bekerja sebagai nelayan. Mereka mencari ikan dan berbagai sumber daya untuk menopang ekonomi keluarga. Hutan bakau adalah tempat yang paling sesuai untuk pembibitan ikan, udang dan berbagai potensi habitat laut lainnya. Sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan nelayan sebagai sumber mata pencahariannya.

5. Bahan penghasil obat-obatan

Kulit pohon bakau, daun, buah, akar, bibit, dan batang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi. Beberapa kondisi tersebut antara lain penyembuhan luka, diare, sakit perut, diabetes, peradangan, infeksi kulit, konjungtivitis (mata merah), dan sakit gigi. Bahkan bisa digunakan sebagai pengusir nyamuk.

Baca Juga

Hutan bakau yang terdiri dari banyak tanaman bakau yang lebar dapat bermanfaat dalam menahan badai dan angin. Tanaman bakau juga dapat mengurangi banjir akibat badai dengan memperlambat aliran air dan mengurangi gelombang air laut sehingga tidak mencapai daratan.

Selain itu, satu kilometer hutan bakau mampu mengurangi 75% dampak badai dan secara signifikan mengurangi tingkat banjir di daerah pesisir.

7. Mencegah Tsunami

Tsunami adalah gelombang raksasa yang disebabkan oleh gempa bumi atau letusan gunung berapi di bawah laut. Hutan bakau yang lebat dengan akar yang kuat mencengkeram tanah dapat bermanfaat untuk mengurangi dampak tsunami dengan mengurangi kerusakan akibat air yang mengalir ke daratan. Hutan bakau dengan lebar beberapa ratus meter telah terbukti mengurangi ketinggian tsunami antara 5-30%.

8. Penyerap karbon dioksida

Penelitian oleh Dr. ‪Nugroho Tri Waskitho dari Universitas Muhammadiyah Malang‬ dalam IOP Conference Series: Material Science and Engineering menunjukkan bahwa hutan mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap karbon.

Studi lain menunjukan bahwa umur dewasa tanaman bakau rata-rata sebesar 25 tahun. Satu hektar hutan bakau dewasa mampu menyerap 840 metrik ton karbon dioksida. Artinya, satu pohon bakau mampu menyerap 308 kg (0,3 ton) karbon dioksida dari atmosfer selama masa pertumbuhannya, yaitu 12,3kg per tahun.

Penyebab utama perubahan iklim adalah jumlah karbon dioksida yang berlebihan akibat penggunaan bahan bakar fosil. Dengan adanya hutan bakau, lebih banyak karbon dioksida yang diserap sehingga mampu mencegah perubahan iklim.

Baca Juga

Kawasan hutan bakau bisa dikembangkan menjadi tempat pariwisata yang indah dan juga edukatif. Dengan demikian, hutan bakau dapat menjadi tujuan wisata dari berbagai daerah maupun mancanegara. Pariwisata hutan bakau juga dapat memberikan dampak ekonomi yang sangat baik untuk masyarakat di sekitarnya.

10. Menjaga Kualitas Air dan Udara

Hutan bakau yang rimbun dapat membantu manusia untuk mendapatkan air bersih dan udara yang segar. Tanaman bakau memiliki fungsi untuk menyerap semua kotoran yang berasal dari sampah manusia maupun kapal yang berlayar di laut. Manfaat hutan bakau bagi kehidupan adalah menyerap semua jenis logam berbahaya sehingga membuat kualitas air menjadi lebih bersih.

Ragam manfaat tersebut membuat hutan bakau menjadi ekosistem penting dalam kehidupan di wilayah pesisir dan kelautan. Dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengelolaan Mangrove Nasional yang diadakan pada 11 Januari 2021, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa manfaat ekosistem hutan bakau mampu mengurangi 10-31 % emisi tahunan dari sektor penggunaan lahan.

Baca Juga

Namun, ekosistem hutan bakau di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO), dalam tiga dekade terakhir, hutan bakau di Indonesia telah berkurang sebesar 40% menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kecepatan kerusakan hutan bakau terbesar di dunia.

Menteri KLHK, Siti Nurbaya, dalam Rakor tersebut mengatakan bahwa seluas 637 ribu hektar lahan kritis hutan bakau telah direhabilitasi seluas 17 ribu hektar pada 2020, sehingga sasaran indikatif hingga tahun 2024 adalah 620 ribu hektar lahan.

Upaya perlindungan hutan bakau

Pada 22 Desember 2020, Pemerintah Indonesia dan Jerman menandatangani perjanjian kerja sama keuangan berbentuk hibah senilai EUR 20 juta untuk Program Perlindungan Hutan Mangrove termasuk Pembentukan Pusat Mangrove Dunia atau World Mangrove Center (WMC) di Indonesia.

Baca Juga

Proyek ini akan berlangsung selama 8 tahun dengan tujuan utama untuk mendukung perlindungan dan restorasi  hutan bakau pada wilayah Indonesia melalui pengelolaan yang berkelanjutan secara sosial, ekologi, dan ekonomi oleh instansi kehutanan dan masyarakat.

Pelaksanaan proyek mengambil tiga lokasi yaitu:

  • Suaka Margasatwa (SM) Karang Gading, Sumatera Utara.
  • Delta Mahakam dan Berau, Kalimantan Timur.
  • Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat.

Hasil dari proyek kerja sama tersebut mencakup 5 aspek, yaitu:

  • Konservasi, restorasi dan pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan.
  • Pemberdayaan masyarakat dan mata pencaharian.
  • Perencanaan tata ruang, kebijakan dan advokasi.
  • Riset terapan dan pengembangan yang inovatif.
  • Pembentukan World Mangrove Centre (WMC).

Selain proyek tersebut, pemerintah telah menyusun rencana rehabilitasi hutan bakau di Provinsi Kalimantan Timur yang ditargetkan seluas 27.244 hektare dengan periode waktu selama 4 tahun, yaitu tahun 2021-2024 dengan rincian tahun 2021 seluas 6.634 hektare, tahun 2022 seluas 6.870 hektare, tahun 2023 seluas 6.870 hektare, dan tahun 2024 seluas 6.870 hektare.

Baca Juga

Upaya perlindungan hutan bakau juga dilaksanakan di Pulau Jawa. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendapatkan Anggaran Belanja Tambahan Tahun 2021 sebesar Rp43,34 miliar yang dialokasikan di Ditjen Pengelolaan Ruang Laut dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang terbit tanggal 19 Maret 2021. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Kamis (8/4/2021).

Anggaran tambahan tersebut rencananya akan digunakan untuk pelaksanaan rehabilitasi hutan bakau dengan total penanaman seluas 2.008 hektare. Rehabilitasi tersebut dilakukan di empat Provinsi, yaitu 6 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, 3 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten,  10 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat, dan 12 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

Baca Juga

Selain penanaman, anggaran tambahan dipakai untuk pengadaan bibit, bantuan sarana serta kegiatan pendukung. Semua kegiatan rehabilitas hutan mangrove tersebut dilaksanakan melalui sistem padat karya dengan komponen upah yang dibayarkan sebesar Rp 9,64 miliar.

Hingga tahun 2021, KKP telah mengagendakan rehabilitasi hutan mangrove seluas 391,17 hektare dengan jumlah pekerja yang terserap dari kegiatan itu mencapai 1.673 orang. Dengan adanya penambahan luas hutan mangrove yang akan direhabilitasi, maka penyerapan tenaga kerja di masa pandemi Covid-19 juga meningkat sehingga dapat membantu ekonomi masyarakat.