MTPJ 27 Juni – 3 Juli 2021 ALASAN PEMILIHAN TEMA Segala yang berhubungan dengan sikap dan tindakan orang beriman membutuhkan hikmat seperti Amsal 4:7a mengatakan permulaan hikmat, ialah perolehlah hikmat. Hikmat adalah penerapan praktis dari pengetahuan yang dimiliki seseorang ke dalam kehidupan sehari-hari. Karena orang percaya yang memiliki hikmat mampu bertindak yang baik dan bisa menghindari hal-hal yang jahat. Hikmat Ilahi bukan semata-mata hikmat pada akal budi secara rasional, melainkan hikmat yang dikaruniakan Allah yang menjadikan orang percaya bersikap benar dan adil. Sebab kalau hikmat yang menekan ratio itu tidak cukup, haruslah seseorang memiliki kepekaan terhadap hati sesama yang menunjuk pada kasih. Hendaklah dengan memahami hikmat orang percaya mampu menjawab persoalan dalam kehidupannya supaya bertindak seperti yang dikehendaki Allah. Karena itu tema minggu ini adalah “Hikmat Allah Menuntun untuk Bertindak Benar”. PEMBAHASAN TEMATIS Kitab 1 Raja-raja menceritakan sejarah para raja Israel dan Yehuda yang ditulis sekitar tahun 1050-586 SM sedangkan raja Salomo tampil di tahun 970 SM hingga masa pembuangan di Babel yang memerintah selama 40 tahun. Salomo meminta hikmat dari Tuhan untuk menimbang perkara yang baik dan jahat (1 Raja-raja 3:9). Khusus bacaan minggu ini 1 Raja-raja 3:16-28 mence-ritakan sebuah keputusan yang berhikmat dimana Salomo akan menentukan mana yang adil dan yang tidak. Pada waktu itu ada dua perempuan sundal yang hampir bersamaan melahirkan seorang bayi masing-masing dalam satu rumah dengan tidak ada saksi. Namun karena kecerobohan dari seorang perempuan sundal yang pada waktu saat malam, dalam pertiduran ia menindih anaknya sampai mati. Dalam keadaan kalut maka perempuan ini menukarkan bayi yang sudah mati tersebut dengan bayi atau anak yang masih hidup. Ia mengambilnya dan menaruh dalam pengkuannya sedangkan anaknya yang sudah mati ditaruhnya dalam pangkuan perempuan sundal yang pertama. Keesokan harinya karena mempunyai hubungan batin yang sangat kuat, saat perempuan sundal pertama bermaksud untuk menyusui anaknya maka ia mengamat-ngamati bahwa bayi yang sudah mati tersebut bukanlah anaknya sebab ia menyakini bahwa anaknyalah yang hidup. Mereka saling mengklaim dan bertengkar bahwa “anakkulah yang hidup sedangkan anakmulah yang mati” (Ayat 16-22) Untuk menentukan siapa pemilik bayi atau anak tersebut maka tidak ada pilihan selain menghadap Raja Salomo untuk mengambil keputusan siapa sebenarnya ibu kandung dari anak yang sedang diperebutkan itu. Karena saling mempertahankan masing-masing, maka Salomo meminta untuk diambilkan pedang dengan maksud membagi dua anak tersebut. Kedengaran adil tetapi konsekwensinya anak tersebut tidak akan hidup. Dengan mengambil pedang menggambarkan sikap yang harus dilakukan oleh seorang raja Salomo pada situasi yang sulit. Keputusan dengan memenggal anak yang hidup itu menjadi dua bagian merupakan pengujian kebenaran. Maka timbullah rasa belas-kasihan dari seorang ibu yang merasakan bahwa anak itu adalah anaknya. Asalkan anak itu tidak mati ia berkata:”Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia”. Tetapi perempuan sundal lainnya tidak mempunyai belaskasihan sehingga ia berkata“ supaya jangan untuk aku ataupun untukmu, penggallah. (ayat 23-26) Hikmat Allah menuntun untuk bertindak benar seperti yang dilakukan oleh Raja Salomo dalam pengambilan kepu-tusan kepada siapa yang berhak atas anak itu. Hikmat Allah yang diberikan kepada Salomo menjadikannya mampu mengerti bahasa suara hati seorang ibu sehingga Salomo berkata “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya. Hikmat dan keputusan yang sangat tetap karena diyakini hal tersebut berasal dari hikmat keadilan Allah kepada Salomo. Dengan hikmat yang Allah berikan kepada Salomo dengan benar mengambil keputusan siapa sesungguhnya pemilik anak yang hidup tersebut yang diperebutkan oleh dua orang perempuan sundal maka seluruh orang Israel menjadi takut kepada Raja Salomo yang melihat hikmat daripada Allah ada dalam hati Salomo. Ayat 27-28. Bahkan hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir. 1 Raja-raja 4:30. n Makna dan Implikasi Firman Hikmat menunjuk pada kasih yang menerima dan member-lakukan keadilan Allah harus dipraktekkan dengan benar sehingga mendatangkan rasa takut dan hormat kepada Allah. Sesungguhnya orang beriman hendaklah memiliki hikmat dengan mengandalkan Allah atau petunjuk Allah. Hikmat memberikan keuntungan bagi kita yang cerdas, berpengetahuan, benci terhadap kejahatan, kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat dan mulut yang penuh tipu muslihat, ada nasihat, pertimbangan, pengertian dan ada kekuatan (band Ams 8:11-15). Sebagai pemimpin dalam keluarga atau pemimpin dalam pelayanan gereja dan pemerintah selalu diperhadapkan dengan pengambilan keputusan untuk kepentingan orang banyak. Keputusan harus dilandasi dengan hikmat yang berasal dari Tuhan Allah dalam Yesus Kristus sehingga menghasilkan tindakan yang benar. Yak. 1:5: ”Tetapi apabila kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati”. Setiap tindakan dan perbuatan yang melawan kehendak Allah berarti melawan keadilan Allah. Berbicara tentang keadilan Allah tidak hanya soal memilih mana yang baik saat pengambilan keputusan, tetapi keadilan Allah juga menyangkut bagaimana seseorang melakukan segala aturan dan ketetapan Allah, aturan gereja serta organisasi apapun hendaknya berdasakan hikmat Allah. Tuhan Yesus selalu menunjukkan belaskasihan kepada siapa Ia menunjukkan belaskasih-Nya. Begitu juga kita dengan memilki belaskasihan sebagai orang percaya hendaknya mampu memberlakukan yang adil dan benar. Sedangkan yang tidak adil akan membawa pada perbuatan yang menyakiti orang lain dan mendatangkan dosa.
|