Sebutkan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengomposan

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengomposan yaitu C/N bahan baku, jenis dan ukuran bahan baku, aerasi, kelembaban, suhu, mikroorganisme dan activator. Ukuran bahan baku dan kadar air merupakan salah satu factor keberhasilan proses pengomposan.

Mengapa suatu bahan perlu dikomposkan?

4. Bahan-Bahan yang Dapat Dikomposkan Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi tanah, dan meningkatkan daya ikat air.

Kendala apa saja yang dihadapi saat pembuatan kompos?

Jika Anda ingin membuat kompos sendiri di rumah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ini termasuk beberapa masalah umum yang kerap terjadi saat pengomposan….

  • Kompos tidak terurai dengan baik.
  • Kompos berbau.
  • Kompos berlendir.
  • 4. Ada gulma di kompos.
  • Anda tidak yakin bagaimana dan kapan harus menggunakan kompos.

Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pengomposan brainly?

Sebutkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pengomposan?

  • rasio.
  • areasi pengemposan.
  • porositas.
  • kelembaban.
  • temperatur.
  • kandungan hara.
  • kandungan bahan berbahaya.
  • lama pengemposan.

Apa manfaat kompos organik?

Kandungan organik yang merupakan proses pengomposan di tanah juga membantu menjaga kualitas air dan tanah. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

Mengapa bahan baku kompos sebaiknya dicacah terlebih dahulu?

Sebelum digunakan sebagai bahan baku kompos sebaiknya bahan-bahan dicacah terlebih dahulu untuk memudahkan proses pengomposan. Kandungan limbah tanaman sangat bervariasi, dari yang rendah hingga yang tinggi. Demikian pula dengan zat hara yang terkandung di dalamnya.

Jelaskan apa saja yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan pupuk kompos?

Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Pembuatan Kompos

  • Bahan tidak terdekomposisi.
  • Banyak lalat dan larva.
  • Mengeluarkan aroma amoniak.
  • Didatangi tikus, anjing, dan kucing.

Apa saja yang dilakukan dalam tahap perlakuan awal pembuatan kompos?

Menyiapkan aktivator/bumbu kompos yang dimasukkan dalam tempat tersendiri dan diletakkan dekat dengan komposter. Menyediakan bahan-bahan yang akan dikomposkan yaitu sampah organik. Melakukan pengomposan dan perawatan (penaburan aktivator/bumbu kompos atau penyiraman dan pengadukan). Pemanenan dan pemanfaatan kompos.

Apa perubahan yang terjadi pada pengomposan?

Proses pengomposan akan menguraikan unsur C pada bahan sehingga bahan akan menjadi remah dan akan mudah hancur menjadi partikel yang lebih kecil.

Sebutkan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengomposan
Ternyata dalam membuat pupuk kompos harus memperhatikan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi proses penguraian limbah organik menjadi kompos oleh bakteri. Dalam buku "Mengolah Samapah Menjadi Kompos" yang ditulis oleh Edi Warsidi dijelaskan, ada 10 faktor yang mempengaruhi proses berlangsungnya pengomposan. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Rasio C/N

Rasio C/N (Karbon dan Nitrogen) yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C (Karbon) sebagai sumber energi dan menggunakan N (Nitrogen) untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup karbon tunkuk energi dan nitrogen untuk sintesis protein.

2. Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

3. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondosi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara uang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kelembaban. Apabila aerasi terhambat, akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

4. Porositas

Porositas adalah ruang di antara partukel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan.

5. Kelembaban

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk metabilisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan apabila di atas 60% maka volume udara akan berkurang dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

6. Temperatur/Suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas (fermentasi) mikroba (yang menghasilkan energi berupa kalor/panas). Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur, semakin banyak konsumsi oksigen dan semakin cepat pula proses dekomposisi. Temperatur yang berkisar antara 30-60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.

7. pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar.Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati normal.

8. Kandungan Hara

Kandungan P (Phosphor) dan K (Kalium) juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pembentukan kompos.

9. Kandungan Bahan Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam seperti Mg, Cu, Zn, Ni, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk dalam kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

10. Lama Pengomposan

Lama waktu pengomposan bergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun.

Referensi:

Warsidi, Edi. 2010. Mengolah Sampah Menjadi Kompos. Jakarta: 2010.

Pertanianku – Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan, yaitu nilai C/N bahan, ukuran bahan, campuran bahan, mikroorganisme yang bekerja, kelembapan dan aerasi, suhu, dan keasaman (pH). Hal-hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat antara lain sebagai berikut.

Sebutkan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengomposan

Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin singkat.

Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5—1 cm, sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik karena kelembapannya menjadi tinggi.

Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambahkan bahan makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme. Dengan demikian, mikroorganisme juga akan mendapatkan bahan makanan lain selain dari bahan organik.

Dalam proses pengomposan, yang akan berperan adalah bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Selain itu, harus sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam bahan yang akan dikomposkan. Dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat.

Pada umumnya, mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40—60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembapan yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut, baik secara aerobik maupun anaerobik.

Suhu optimal untuk pengomposan sekitar 30—50° C. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian mikroorganisme. Bila suhu relatif rendah, mikroorganisme belum dapat bekerja atau berada dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganisme dalam proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan. Namun, ada mikroba yang bekerja pada suhu yang relatif tinggi, yaitu 80° C, seperti Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp. Kedua jenis mikroba ini digunakan sebagai aktivator dalam proses pengomposan skala besar atau skala industri, seperti pengomposan tandan kosong kelapa sawit.

Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik untuk pengomposan sekitar 6,5—7,5 (netral). Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan pH. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator. Beberapa aktivator yang tersedia di pasaran antara lain OrgaDec, Stardec, EM4, dan Fix–Up Plus. Semua aktivator tersebut sudah dikemas dalam berbagai ukuran yang siap dipasarkan dalam Proses pengomposan ternyata juga dapat melibatkan hewan lain (organisme makro), seperti cacing tanah yang bekerja sama dengan mikroba dalam proses penguraian. Dalam hal ini, cacing memakan bahan organik yang tidak terurai, mencampur bahan organik, dan membuat rongga-rongga udara sebagai aerasi. Kehadiran cacing tanah dapat mempercepat penghancuran bahan organik oleh mikroorganisme. Penguraian oleh mikroorganisme disebut pengomposan atau composting, sedangkan keterlibatan cacing (vermes) dalam proses pengomposan disebut vermicomposting dan hasilnya disebut casting atau kascing.