Show tirto.id - Sejarah masuknya agama Islam ke Nusantara memiliki dampak yang besar dalam berbagai sektor kehidupan. Pengaruh Islam di Nusantara atau yang kemudian menjadi negara bernama Indonesia juga merasuk dalam bidang politik dan ekonomi. Ada beberapa teori terkait masuknya Islam ke Nusantara. Dari berbagai teori tersebut, Islam diperkirakan masuk ke Nusantara melalui berbagai jalur, seperti perdagangan, pernikahan, atau migrasi. Sebelum ajaran Islam hadir, masyarakat Nusantara berada dalam peradaban Hindu-Buddha. Maka, ketika Islam masuk dan mulai menebarkan pengaruh, maka terjadi penyesuaian dalam berbagai aspek kehidupan.Dikutip dari modul Sejarah: Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam (2020) yang diterbitkan Kemendikbud, masuknya Islam berdampak terhadap bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan lainnya. Pengaruh Islam di Nusantara dalam Bidang Politik1. Konsep Raja Sebagai Utusan TuhanPada masa Hindu-Buddha, kerajaan menganut konsep dinasti, sebuah sistem pemerintahan berdasarkan garis keturunan. Raja memiliki kuasa agung yang kerap diasosiasikan dengan dewa, atau yang disebut dengan konsep Devaraja. Raja dalam konsep ini akan dianggap sebagai titisan dewa di bumi. Raja biasanya dibuatkan candi, arca, atau prasasti lainnya yang menyerupai dewa. Contohnya adalah Raja Airlangga, pemimpin Kerajaan Kahuripan yang dicandikan serupa dengan Dewa Wisnu. Masuknya Islam mengubah sistem Devaraja. Hal ini karena Tuhan dalam agama Islam tak dapat menyerupai ciptaan-Nya. Akan tetapi, Tuhan mengirimkan khalifah (pemimpin) di bumi yang bertanggung jawab terhadap keselarasan dan keteraturan dunia. Oleh karena itu, konsep Devaraja pada masa Hindu-Buddha berganti menjadi raja atau pemimpin sebagai khalifah (wakil Tuhan sebagai pemimpin) di bumi. 2. Penyebarluasan Islam oleh Raja Para ulama yang menyebarkan syiar Islam di Nusantara pada masa awal memiliki strategi jitu dalam menjalankan dakwahnya. Pertama-tama, mereka akan terlebih dahulu melakukan pendekatan secara politis terhadap raja-raja di Nusantara agar memeluk Islam.Dalam modul Islam Nusantara yang diterbitkan Kemendikbud (2017: 12), para ulama tersebut menyebarkan ajaran Islam kepada raja-raja di Nusantara melalui beberapa pendekatan, yaitu:
Pengaruh Islam di Nusantara dalam Bidang EkonomiNusantara dikenal memiliki beragam julukan tentang kekayaan alamnya. Contohnya, Yawadwipa yang berarti Pulau Jelai, istilah untuk menyebut Pulau Jawa dengan kekayaan hasil buminya. Nusantara juga populer dengan julukan kepulauan emas atau perak (Argyre) karena menjadi salah satu penghasil logam mulia. Kekayaan alam yang melimpah dan wilayah yang luas mendorong sejumlah pedagang Islam dari Cina, India, Arab, dan berbagai belahan dunia lainnya melakukan transaksi dagang di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Penyebarluasan Islam melalui jalur perdagangan menyebabkan munculnya kota-kota pelabuhan di pantai timur dan barat Sumatera serta pantai utara Jawa. Kota pelabuhan perlahan menjadi makin besar dan berubah menjadi perkampungan. Akibatnya, komoditas yang diperlukan untuk menghidupi populasi pun bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sejumlah daerah di Pulau Jawa yang mengekspor hasil bumi dari pedalaman ke wilayah lain di Nusantara. Di antara berbagai kota pelabuhan tersebut, ada pula yang berkembang menjadi wilayah kerajaan seperti yang terjadi di kawasan Banten, Cirebon, Demak, Aceh, Ternate. Kerajaan-kerajaan ini muncul sebagai efek atas tingginya aktivitas ekspor dan penguasaan sumber daya di wilayah daratan.
KOMPAS.com - Sejarah Indonesia baru meliputi perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan Islam di Indonesia mulai abad ke-13 yang menunjukkan intensitas tinggi. Pengaruh Islam terlihat dari sistem pemerintahan, perilaku keagamaan dan bukti fisik. Sistem pemerintahanKemunculan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di Indonesia menunjukkan bukti konkrit pengaruh Islam pada sistem kemasyarakatan, dalam konteks sistem politik dan pemerintahan. Ditunjukkan dengan penggunaan gelar Sultan untuk raja. Dalam struktur pemerintahan Kraton Demak juga menunjukkan Islam telah memengaruhi pola dan tatanan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia, ditandai adanya jabatan penghulu. Baca juga: Wali Songo: Penyebar Islam di Tanah Jawa Perilaku keagamaanDi masyarakat Sumatera Barat mengakui perlunya norma-norma adat yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang ditetapkan Islam. Adanya pepatah "adat bersendi sara, dan sara bersendikan kitabullah" memperkaya norma-norma adat di Sumatera Barat Islam. Di Jawa memadukan antara upacara adat dengan dakwah Islam, ditunjukkan dengan adanya grebeg Maulud. Di berbagai tempat di nusantara banyak diadakan upacara adat dengan latar belakang terkait paham-paham tertentu dalam Islam. Misal, kenduri bubur sura, asan-usen tabut, kanji asura, dan lain-lain. Di bidang keagamaan, tasawuf memiliki pengaruh cukup penting. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara Ritual-ritual keagamaan masyarakat didasarkan atas ajaran tarekat. Tokoh-tokoh tarekat seperti Hamsah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, Nuruddin Ar Raniri. Mereka adalah pengembang tarekat yang punya banyak pengikut di Sumatera dan menjadi rujukan masyarakat dalam menjalankan ritual keagamaan. Dalam perilaku keagamaan, ajaran tasawuf dapat diterima di Indonesia karena ada titik temu dengan kepercayaan masyarakat terdahulu. Sehingga dalam perkembangan Islam di masyarakat bentuk-bentuk ritual tasawuf mewarnai perilaku keagamaan masyarakat. Beberapa tarekat berkembang di Indonesia dengan baik antara lain Wodiriyah, Naqsabandiyah, Satariyah, Rifaiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah, Syadziliyah, Khalwatiyah dan Tijaniyah. Di Jawa ada Wali yang menggunakan saluran kesenian untuk menyebarkan Islam. Yang populer adalah Sunan Kalijaga yang menjadikan pertunjukan wayang sebagai sarana dakwah efektif. Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara Bukti fisikBukti fisik masuknya pengaruh Islam terlihat pda bidang seni bangunan (arsitektur) dan seni sastra. Berikut ini penjelasannya: Seni bangunanBukti adanya pengaruh Islam pada seni bangunan ada pada masjid dan makam. Masjid adalah bangunan tempat ibadah shalat bagi umat Islam. Dalam bangunan masjid pengaruh Islam terlihat dari seni ukir di dalam relief di Masjid Mantingan Jepara Jawa Tengah. Selain di masjid juga ada seni ukir kayu di Cirebon Jawa Barat. Pengaruh Islam pada makam terlihat dari nisan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik Jawa Timur, makam Al Malikussaleh di Beuringen, Samudera, Aceh Nanggroe Darussalam dan makam Troloyo di Mojokerto, Jawa Timur. Seni sastraBukti pengaruh Islam pada seni sastra sangat banyak. Di Sumatera muncul karya sastra yang berbentuk hikayat, syair, tambo dan silsilah. Di Jawa muncul karya sastra seperti suluk, babad, tembang dan kitab. Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa Kerajaan Islam di IndonesiaPerkembangan kerajaan Islam di Indonesia terlihat dari ada sejumlah kerajaan yaitu:
Perkembangan agama Islam di Indonesia memberikan pengaruh dalam bidang politik dan pemerintahan. Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan, hal ini nampak dalam penggantian gelar raja berganti menjadi sultan, pemimpinnya disebut khalifah, dalam sistem kesultanan nilai-nilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan.Pada masa Islam, raja menggunakan gelar sultan, sunan, susuhunan, panembahan dan maulana. Nama raja juga disesuaikan dengan nama-nama Islam (Arab). Islam menolak anggapan kedudukan manusia sama dengan Tuhan sehingga kultus raja sebagai dewa (konsep dewa-raja) pada masa Hindu-Buddha dihilangkan. Ajaran Islam menyebutkan manusia merupakan wakil Tuhan di dunia (khalifatullah). Dalam menjalankan roda pemerintahan, sultan didampingi oleh ulama. Dengan demikian, pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang Politik nampak dalam penggantian gelar raja berganti menjadi sultan, pemimpinnya disebut khalifah, dalam sistem kesultanan nilai-nilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan. |