Peran Wali Songo dalam membumikan Islam di Indonesia

jelaskan perilaku yang melanggar nilai yang berlaku di masyarakat​

jelaskan upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menjaga sumber daya laut Indonesia dari eksploitatif negara negara lain​

16. Perhatikan tabel berikut! Nama Hewan 1. Sapi 2. Kura-kura 3. Kelelawar 4. Ikan hiu 5. Ikan mas 15. Hewan kelinci, kambing, dan sapi berkembang bia … k dengan cara .... a. Ovipar c. Ovovivipar b. Vivipar d. Bertelur a. Nama Hewan A. Ovivar B. Vivivar C. Ovovivivar a. Jambi Pasangan hewan dengan cara perkembangbiakannya yang benar adalah... R a. 1-C, 2-A, dan 3-B b. 2-A, 3-B, dan 5-A 2-B, 4-B, dan 5-A d. 3-B, 4-C, dan 5-A C. 17. Hewan yang dilindungi di Ujung Kulon oleh pemerintah adalah .... Harimau c. Komodo b. Orang utan d. Badak bercula satu 18. Gambar diatas merupakan bunga raflesia yang dilindungi pemerintah, dan terdapat di provinsi .... c. Bengkulu 21. Negara denga a. Ma b. T 22. Neg a. I b. 23. D a 24. t 25 ​

plisssssssssssss bantuuuu​

jelaskan upaya agar kebijakan pemerintah dalam menjaga potensi sda kemaritiman negara lain dapat berjalan dengan baik​

ERAMADANI.COM, – Para ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Indonesia adalah Wali Songo atau Wali Sembilan yang disebarkan dengan jalan damai.

Wali adalah sebutan bagi orang-orang yang berpengetahuan dan penghayatan agama Islamnya sudah mencapai tingkat sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut.

Disamping mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa, Wali Songo juga berperan sebagai penasehat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati.

Nama-nama Wali Songo

Adapun daftar nama Wali Songo yang pernah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa adalah sebagai berikut.

Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)

Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) juga dikenal dengan sebutan Magribi atau Syekh Maghribi, yang merupakan tokoh keturunan Arab, putra Zainal bin Hasan Ali ra.

Ia sangat berjasa dalam berdakwah di Pulau Jawa, yang datang Jawa Timur pada tahun 1379 M dan wafat pada 12 Rabiul Awal 882 H atau pada bulan April 1419 M dan dimakamkan di Gresik.

Ia berdakwah dengan cara bergaul bersama anak negeri, berbudi bahasa lembut, ramah tamah dan berakhlak tinggi.

Ia juga mendirikan pesantren yang merupakan tempat pendidikan agama Islam guna menggembleng para siswa sebagai kader mubaligh Islam pada masa mendatang.

Raden Rahmat (Sunan Ampel)

Nama kecil Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Ia berasal dari Campa (kemungkinan wilayah Jeumpa, Aceh), ia juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1401 Saka atau 1479 M.

Sunan Ampel juga berperan sebagai perencana berdirinya Kerajaan Islam Demak di Jawa yang beribu kota di Bintar

Raden Rahmat memilih daerah Ampeldenta dekat Surabaya sebagai pusat kegiatan perkembangan agama Islam. Oleh karena itu pusat dakwahnya berada di Ampeldenta maka Raden Rahmat lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.

Sunan Ampel mulai mengembangkan agama Islam di Jawa Timur dengan mendirikan Pesantren Ampeldenta. Pesantren ini digunakan untuk mendidik para pemuda Islam sebagai kader yang nantinya disebarkan keseluruh pelosok pulau Jawa.

Diantara siswa-siswanya yang terkenal adalah Raden Paku yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri.

Raden Mahdum Ibrahim (putranya sendiri) yang terkenal dengan sebutan Sunan Bonang, Masih Maunud atau Syarifuddin (putanya sendiri) yang terkenal dengan sebutan Sunan Drajat.

Syarifuddin (Sunan Drajat)

Syarifuddin atau Masih Maunud yang di kenal dengan Sunan Drajat yang merupakan putra Sunan Ampel. Ia menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur dan ia yang berjiwa sosial serta dermawan.

Islam dengan memberikan pertolongan kepada yang sengsara, seperti membantu anak yatim piatu, orang sakit dan fakir miskin. Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Sunan Drajat adalah pencipta Gending Pangkur.

Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang)

Raden Maulana Makhdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel.

Semasa hidupnya giat sekali menyebarkan agama Islam di daerah Tuban dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan penyebaran agama Islam.

Raden Paku (Sunan Giri)

Sunan Giri disebut juga Raden Paku, Prabu Satmaka atau Sultan Fakih. Beliau putra Maulana Ishak yang pernah ditugaskan oleh Raden Rahmat untuk menyebarkan agama Islam ke daerah Blambangan.

Pada waktu itu masih memeluk agama Hindu. Di Giri ia kemudian mendirikan sebuah mesjid dan pesantren yang menampung banyak murid dari berbagai wilayah.

Sunan Giri pernah mengirimkan utusan keluar Jawa, seperti Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, serta ke Ternate dan Haruku (kepulauan Maluku) untuk menyebarkan agama Islam.

Ia banyak menciptakan permainan anak-anak yang bernuansa Islam, seperti Ilir-ilir, jamuran dan cuplak-cuplak suweng.

Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga)

Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Mas Syahid adalah putra Tumenggung Sahur Wilantika, Bupati Tuban.

Sunan Kalijaga selai seorang wali, juga dikenal sebagai mubalig, pejuang, pujangga dan filusufi yang berjiwa besar, ia termasuk mubalig keliling sehingga daerah penyebarannya tidak terbatas.

Ia menyebarkan Islam adalah dengan melalui cerita-cerita wayang yang sudah banyak dimasuki ajaran-ajaran Islam.

Ja’far Shodiq (Sunan Kudus)

Sunan Kudus yang mempunya nama kecil Ja’far Shodiq adalah putra Raden Mas Usman Haji atau Sunan Ngundung di Jipang Panolan (sebelah utara Blora).

Daerah penyebaran Islamnya meliputi daerah pesisir sebelah utara Jawa Tengah. Dalam mengajarkan agama Isla, Suan Kudus berusaha mengikis habis pengaruh Hindu. Tempat beliau mengajar agama diberi nama Kudus yang berasal dari bahasa Arab, quds yang berarti suci.

Raden Prawata (Sunan Muria)

Suanan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawata. Daerah penyebaran dakwah islamnya berada di sekitar lereng Gunung Muria.

Cara dakwah yang dilakukan adalah member kursus kepada rakyat jelata. Sunan Muria wafat dan dimakamkan di puncak Gunung Muria.

Fatahillah (Sunan Gunung Jati)

Sunan Gunung Jati mempunyai nama yang sangat banyak antara lain Fathillah, Muhammad Nurudin, Faletehan, Syah Nurullah, Syarif Hidayatullah, Makhdum Jati, dan Makhdum Rahmatullah.

Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh dan masih keturunan raja. Setelah menamatkan pelajarannya di Mekah, Fatahillah dating ke Demak karena pasai sudah diduduki Portugis.

Kedatangan Fatahillah di Jawa diterima baik oleh kerajaan Islam Demak yang pada masa itu diperintah oleh Sultan Trenggana (1521-1546 ). Fatahillah diangkat sebagai panglima yang ditugaskan ke Jawa Barat.

Di Jawa Barat dapat menududki tempat-tempat penting, seperti pantai Sunda Kelapa. Beliau mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Kota Kemenangan) pada tahun 1527.

Usaha Fatahillah selanjutnya adalah mendirikan kerajaan Banten dan Kerajaan Cirebon.

Perjuangan Fatahillah di Jawa Barat bukan hanya menyebarkan agama Islam tetapi juga melawan kedatangan kaum Portugis dari Malaka. Fatahillah wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon. (HAD)

Peran Wali Songo dalam membumikan Islam di Indonesia
lihat foto
Peran Wali Songo dalam membumikan Islam di Indonesia

TRIBUN JATENG/HEMAWAN HANDAKA

MASJID Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang dibangun abad 15 masehi. Dulu merupakan tempat musyawarah para wali (walisongo) dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. 

TRIBUNNEWS.COM - Tokoh Walisongo pasti dikaitkan dengan kegiatan penyebaran agama Islam di Indonesia.

Di tanah Jawa, Walisongo sukses menyebarkan agama Islam melalui dakwah dan kebudayaan.

Persebaran agama Islam oleh Walisongo dimulai di daerah Demak.

Dikutip dari bobo.grid.id, masjid Demak dipercaya sebagai tempat berkumpulnya para Walisongo yang bertugas menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah, raja pertama dari Kesultanan Demak.

Baca juga: Sejarah Keberadaan Orang Jawa di Kaledonia Baru Sejak 125 Tahun Silam, Datang Sebagai Kuli Kontrak

Baca juga: Apa Itu Lambang Negara? Ini Makna Jumlah Bulu di Burung Garuda Pancasila

Masjid yang sudah ada sejak 1474 ini memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru.

Bagian atapnya berbentuk limas yang ditopang oleh delapan tiang yang disebut saka majapahit.

Masjid Demak termasuk dalam daftar masjid tertua di Indonesia.

Dikutip dari buku Sejarah Islam di Nusantara (2015), agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan  pegunungan.

Pada saat melakukan pendekatan dengan masyarakat para wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama.

Mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis.

Pada masa awal perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut "gurukula", yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar.

Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.

Ketika melakukan penyebaran Islam, mereka menggunakan berbagai cara, yakni kebudayaan, kesenian dan pendidikan.