Mengapa perubahan harga harus memuat informasi cost history

Historical cost atau biaya perolehan menurut PSAK 16 par. 30 (2011) adalah salah satu prinsip pengukuran aset, “dimana setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan kemudian dikurangi akumulasi rugi penurunan aset”. Jika dasar pengukuran biaya perolehan (historical cost) digunakan, maka aset akan dicatat sebesar kas atau setara kas yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan; sementara kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (Dewan Standar Akuntansi Syariah IAI, 2016). Dasar pengukuran biaya perolehan (historical cost) mudah untuk diterapkan karena dapat diverifikasi/teruji dan bersifat objektif berdasarkan saat perolehannya. Pengukuran dengan metode ini juga memberikan informasi yang bemanfaat untuk memprediksi masa depan bagi para pengambil keputusan seperti para manajer dan investor (Harahap, 2011). Oleh karena itu, pengukuran dengan biaya perolehan (historical cost) masih diperkenankan oleh standar akuntansi keuangan yang berlaku saat ini.

Historical Cost Fair Value
Definisi Biaya Historis adalah biaya di mana transaksi dilakukan atau aset diperoleh Nilai wajar berarti harga pasar saat ini yang dapat diperoleh aset
Item dalam Neraca Sesuai GAAP India, Properti, Pabrik, dan Peralatan perlu diungkapkan pada biaya historis di neraca Sesuai GAAP India, Instrumen Keuangan perlu diungkapkan pada nilai wajar di neraca
Standar Akuntansi AS 16 membutuhkan penilaian berbasis biaya historis AS 30, 31, dan 32 serta IFRS 9, mensyaratkan penilaian berbasis nilai wajar
Perhitungan Perhitungan biaya historis mudah dan dapat dengan mudah diturunkan Perhitungan nilai wajar sangat kompleks
Perbandingan Perbandingan tidak mungkin dilakukan berdasarkan penilaian berbasis historis karena berbagai metode dapat diadopsi untuk penyusutan, penilaian persediaan, dll. Perbandingan dimungkinkan antara 2 entitas di bawah kata metode penilaian karena semua aset akan diungkapkan pada nilai wajar

Perbedaan Historical Cost dan Fair Value :

Dengan menggunakan historical costing dipandang akan mengurangi aspek kualitas relevansi. Sehingga laporan keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu fair value muncul untuk mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk pengambilan keputusan karena tidak memiliki reliabilitas. Baik historical cost maupun fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena perdebatan ini maka historical cost sampai sekarang masih digunakan.

Kelebihan Historical Cost:

  1. Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi.
  2. Historical cost yang berdasarkan nilai objektif dapat dipercaya, dapat diaudit, dan sulit untuk memanipulasi.
  3. Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atau exit price.
  4. Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.

Kelemahan Historical Cost:

  1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut.
  2. Terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat.
  3. Alokasi biaya untuk depresiasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba yang dihitung terlalu besar.
  4. Akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.

Sumber :

Sonbay, Y. Y. (2010). Perbandingan Biaya Historis dan Nilai Wajar. Retrieved from Jurnal Ilmiah Kajian Akuntansi Vol. 2 No. 1, Pebruari 2010.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK), efektif per 2018, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Harmony. (2021). Biaya Historis(Historical Cost) Vs Fair Value, Apa Perbedaan keduanya dalam Pembukuan?. Retrieved from www.harmony.co.id:

https://www.harmony.co.id/blog/biaya-historis-vs-fair-value

Post navigation

Tahukah Anda istilah biaya historis dalam dasar prinsip akuntansi? Nah secara umum biaya historis ini berlaku dan dipakai dalam laporan keuangan dan termasuk prinsip yang berlaku umum (GAAP).

Di mana biaya historis atau historical cost adalah sebuah nilai historis yang menggunakan harga pada saat terjadinya transaksi dan menganggap bahwa harga tersebut tetap akan stabil.

Maka dari itulah dalam menyusun laporan keuangan secara prinsip biaya historis dikatakan kurang mampu menjelaskan keadaan sebenarnya, karena perubahan daya beli tersebut mempengaruhi laporan keuangan sehingga menyebabkan ketidaktelitian dan ketidakakuratan.

Dengan adanya kekurangan dari historical cost, maka muncul pengukuran fair value yang dianggap untuk mengatasi biaya historis.Click to Tweet

Di sisi lain prinsip laporan keuangan juga bisa menggunakan pengukuran nilai wajar atau yang biasa disebut fair value adalah harga yang diterima untuk menjual sebuah aset, maupun harga yang dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam sebuah transaksi antar pelaku pasar serta pada tanggal pengukuran.

Namun untuk mengambil suatu keputusan fair value adalah sebuah hal yang tidak sepenuhnya berguna bagi laporan keuangan karena tidak memiliki reliabilitas. 

Sedangkan dalam biaya historis laporan keuangan tersebut akan dipandang sebagai pengurangan kualitas secara relevansi. Lalu harus memilih yang mana? Agar mengetahui perbedaan dari kedua hal lebih lanjut sebaiknya ikuti ulasannya di bawah ini.

Mengenal Istilah Biaya Historis (Historical Cost) dan Fair Value

Pada dasar akuntansi, biaya historis atau historical cost adalah nilai suatu aset yang mengacu pada harga beli maupun nilai moneter secara real. Hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi debit dan kredit dalam pembukuan dengan menggunakan pencatatan biaya historisnya.

Mengapa perubahan harga harus memuat informasi cost history
Pin

Sedangkan istilah fair value adalah nilai wajar yang disebut sebagai harga yang akan diterima dalam menjual suatu aset, ataupun harga yang dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas secara transaksi antara pelaku pasar dengan tanggal pengukurannya.

Oleh karena itu konsep ini juga berkaitan dengan prinsip biaya yang mencatat harga perolehan dari aset, utang, modal, dan biaya. Di sisi lain harga perolehan ini dimaksudkan harga dari pertukaran barang dengan uang yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam transaksi.

Pengukuran historical cost ini sangat mudah untuk memperoleh harga suatu aset secara real, apabila pencatatan ini disimpan. 

Adapun pencatatan tersebut didapat dari penjualan, perdagangan, hingga pembelian yang digunakan untuk menentukan biaya historis dalam suatu aset.

Akan tetapi historical cost adalah suatu biaya yang belum tentu dapat mencerminkan biaya sebenarnya dibandingkan dengan pengukuran nilai wajar suatu aset.

Tentunya akan terjadi penyimpangan nilai aset dalam biaya historis terhadap harga pembelian secara aslinya bisa dilihat dari waktu ke waktu, contohnya seseorang menjual gedung perkantoran senilai Rp 500.000.000. Akan tetapi setelah penjualan tersebut sudah lewat dari 15 tahun yang lalu, maka di pasaran gedung perkantoran ini menjadi senilai Rp1.200.000.000.

Point Penting Dalam Biaya Historis

  • Biaya historis dalam suatu aset akan mengacu pada harga beli atau nilai moneter aslinya.
  • Untuk dasar prinsip biaya historis, transaksi bisnis akan cenderung mencatat biaya perolehan aslinya
  • Prinsip biaya historis juga memperhitungkan dan mencatat semua aset perusahaan dengan harga/biaya asli maupun harga pembelian yang tercatat di neraca, serta berlaku juga untuk pencatatan pada kewajiban.

Baca Juga: Pengertian Chart Of Account Dan Jenis-Jenisnya Dalam Perusahaan

Seperti Apa Prinsip Biaya Historis?

Penerapan prinsip biaya historis ini juga berdampak pada jalannya siklus akuntansi, contohnya dalam pembuatan laporan keuangan.

Prinsip biaya historis yang digunakan oleh perusahaan harus dapat mencatat dan memperhitungkan semua aset dengan harga pembelian atau biaya secara real di neraca.

Di mana prinsip ini ternyata tidak mencerminkan penyesuaian harga yang secara fluktuasi di pasar, sehingga akibatnya ada perubahan akibat fluktuasi inflasi. 

Maka dari itu prinsip biaya historis ini juga merupakan dasar dari trade-off yang secara berkelanjutan sebagai keandalan dan kegunaan pada suatu aset.

Sementara itu tanpa adanya penyesuaian pun, biaya historis dalam suatu aset dapat diandalkan, walaupun tidak sepenuhnya berguna untuk jangka panjang. 

Contohnya jika perusahaan telah membeli gedung perkantoran seharga Rp 500.000.000 saat 15 tahun yang lalu, maka prinsip ini tidak dapat memberikan gambaran secara umum mengenai nilai wajar aset saat ini.

Sebagai kesimpulannya, nilai wajar aset dalam pasar akan terbukti lebih bermanfaat, akan tetapi nilai wajar ini hanya bisa diasumsikan sebagai subjektif saja. 

Sedangkan dalam prinsip biaya historis mengandalkan sifat yang secara obyektif, selain itu prinsip ini juga berlaku pada kewajiban.

Berlangganan newsletter kami

Dapatkan Berbagai Tips & Update Artikel Menarik Lainnya dari Harmony, langsung di email Anda!

Bagaimana Cara Menyesuaikan Biaya Historis?

Berdasarkan prinsip akuntansi konservatif, aset yang dicatat dalam biaya historis memang harus disesuaikan dan diperhitungkan sesuai pemakaiannya.

Mengapa perubahan harga harus memuat informasi cost history
Pin

Maka untuk setiap aset tetap yang berjangka panjang pastinya akan memiliki biaya penyusutan, di mana biaya ini digunakan sebagai perhitungan atas pengurangan nilai asetnya berdasarkan masa manfaat.

Cara lainnya dalam menetapkan historical cost ke dalam suatu aset berbeda-beda yaitu adanya biaya penyesuaian inflasi atau biaya penggantiannya. 

Di mana biaya penggantian adalah sebuah nilai yang akan dibayar untuk memperoleh aset serupa. Sedangkan biaya penyesuaian inflasi adalah penyesuaian ke atas atau positif melalui biaya akuisisi aset saat terjadinya pembelian.

Adapun beberapa aset yang harus dicatat ke dalam neraca yaitu menggunakan nilai wajar dalam harga pasarnya, di mana aset jangka pendek ini terdapat pada aset lancar di neraca. Misalnya aset lancar adalah sebuah investasi yang dapat dipasarkan, harga pasar dalam suatu aset ini dicatat untuk menunjukkan nilai yang lebih akurat dari apa yang akan diterima perusahaan apabila aset tersebut telah dijual.

Nah, seperti itulah pembahasan bagaimana historical cost dengan nilai wajar pada pembukuan, yang mana prinsip biaya ini dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan serta berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan.

Maka dari itu melalui artikel ini diharapkan Anda dapat mengetahui poin penting dalam penerapan historical cost, di mana biaya ini memiliki prinsip pengukuran biaya secara real terjadinya transaksi.

Apabila Anda ingin menyusun laporan keuangan secara mudah dan mendapatkan nilai yang akurat sesuai standar akuntansi terbaru, maka Anda bisa memakai software pembukuan Harmony. 

Fitur lainnya yang bisa digunakan seperti pemantauan stok, pembuatan invoice otomatis, rekonsiliasi bank transaksi secara otomatis, penghitungan aset, dan keuangan usaha yang mudah dikelola karena terdapat 20 lebih laporan keuangan secara real time.

Yuk, coba gunakan Harmony GRATIS 30 hari di sini. Dapatkan juga update informasi dari Harmony dengan mengikuti media sosialnya di Facebook, Instagram, dan LinkedIn.

Mengapa akuntansi perlu menggunakan historical cost?

Alasan penggunaan dasar pengukuran ini adalah biaya perolehan (historical cost) mudah untuk diterapkan karena dapat diverifikasi dan bersifat objektif berdasarkan saat perolehannya Pada saat laporan keuangan disusun menggunakan dasar pengukuran biaya perolehan, maka nilai yang digunakan adalah harga pada saat transaksi ...

Mengapa dalam keadaan harga harga naik prinsip historical cost dikatakan tidak dapat menyajikan informasi yang relevan?

Dalam keadaan harga-harga yang naik, prinsip dasar historical cost dikatakan tidak dapat menyajikan informasi yang relevan karena penggunaan historical costing dipandang akan mengurangi jumlah aspek kualitas relevansi, sehingga laporan keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

Mengapa pengukuran biaya historis digunakan dalam pengukuran transaksi?

Alasan utama penggunaan biaya-biaya historis adalah karena biaya-biaya tersebut dapat diverifikasi mengingat hal tersebut menggambarkan pengeluaran perusahaan.

Mengapa laporan keuangan akan lebih baik menggunakan nilai wajar daripada menggunakan historical cost?

Nilai wajar dianggap lebih relevan dan dapat diandalkan dibandingkan historical cost karena nilai wajar memberikan informasi keuangan sesuai keadaan pasar pada saat periode pelaporan.