Mengapa kegiatan reboisasi dapat digunakan untuk menanggulangi pemanasan global

(Kabupaten Semarang, 7/2022) Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Emisi adalah hasil kegiatan umat manusia yang meningkatkan konsentrasi gas – gas rumah kaca seperti Carbon dioxide, methane, chlorofluoro carbon dan nitron oxide. Peningkatan konsentrasi gas-gas di atas akan menaikkan efek rumah kaca yang akhirnya menambah panas suhu permukaan bumi. Bertambahnya panasnya suhu bumi di atas telah menyebabkan bertambahnya air di permukaan bumi menguap (Ramlan, M. 2002).

Kegiatan-kegiatan manusia penyebab fenomena di atas telah terjadi sejak abad 18 ketika di mulainya revolusi industri antara lain dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi dan pertanian. Banyaknya penduduk kota yang terkena penyakit karena polusi kota yang mematikan dan tidak bisa diobati kecuali dengan transplantasi organ tubuh yang tentunya sangat mahal biayanya dikarenakan banyaknya daerah-daerah yang hutannya telah digunduli yang mengakibatkan berkurangnya area penyerapan gas seperti CO2.

Berdasarkan seluruh permasalahan diatas, diperlukan adanya upaya untuk pengurangan potensi masalah – masalah tersebut. Salah satu upaya tersebut adalah adanya reboisasi seperti yang telah dilaksanakan oleh para mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro. Kegiatan reboisasi ini difokuskan di wilayah Dusun Jetis, Desa Leyangan terutama di area sekitaran TPS (Tempat Pembuangan Sampah) Dusun Jetis. Kegiatan reboisasi ini diikuti oleh para mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro, Kepala Dusun Jetis, dan Para Warga RW 6 Dusun Jetis. Kegiatan ini dibuka dengan pemberian bibit reboisasi secara simbolis kepada Kepala Dusun Jetis dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penanaman bibit reboisasi. Beberapa bibit tanaman yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. 25 Buah Bibit Pucuk Merah 2. 25 Buah Bibit Sirsak 3. 25 Buah Bibit Ketapang Kencana

4. 25 Buah Bibit Pachira

Bibit – bibit tersebut didapatkan dari Kebun Bibit Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Desa Kalongan dekat Kantor Kecamatan Ungaran Timur. Pelaksanaan program ini bertujuan untuk membentuk suatu area hijau yang berfungsi menjaga kelestarian dan keasrian lingkungan warga serta sebagai bentuk upaya pencegahan pemanasan global atau global warming. Dari program ini juga diharapkan pada wilayah warga memiliki area resapan air yang dapat bermanfaat dalam pencegahan potensi bencana alam salah satunya yaitu tanah longsor serta pengurangan area genangan air yang juga berfungsi sebagai pencegahan penyebaran berbagai macam penyakit terutama demam berdarah.

Penulis : Muhammad Muin Hasbullah / 211000119120027 / Teknik Geologi, Fakultas Teknik DPL : Ir. Sutrisno, M.P.

Lokasi KKN : Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Pohon mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upaya meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Seperti spons/busa, pohon menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsi pohon ini dijalankan dengan sangat masif oleh hutan.

Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung karena Indonesia memiliki wilayah hutan tropis yang sangat luas. Akan tetapi, sangat disayangkan, hutan di Indonesia terdegradasi akibat pembalakan liar, perambahan hutan, pengurangan kawasan hutan (deforestasi) untuk kepentingan pembangunan dan penggunaan lahan yang dilakukan dengan masif dan tidak didasarkan pada prinsip keberlanjutan. Hutan menjadi rusak dan tidak dapat lagi menyerap karbon dengan baik.

Jumlah hutan yang semakin menyusut ditambah dengan produksi emisi yang semakin banyak semakin membuat atmosfer bumi panas dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Pemerintah Indonesia mengambil tindakan untuk menanggulangi kerusakan hutan ini dengan mengajak masyarakat Indonesia menanam pohon.

Tidak hanya sekedar mengajak, pada tahun 2008, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 24 untuk menetapkan tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia. Amanat Presiden pada saat pencanangan tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia menanam minimal 1 pohon.

Presiden Joko Widodo secara seremoni telah melakukan kegiatan ini. Kemudian diikuti oleh berbagai pihak dan masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam program Perhutanan Sosial di Desa Tasikharjo, Tuban, jaha Timur. Ada sekitar 36 ribu pohon jati dan 200 ribu pohon Kaliandra ditanam di lahan seluas 23 hektar milik rakyat yang nantinya akan dijadikan sebagai Hutan rakyat.

Mengapa kegiatan reboisasi dapat digunakan untuk menanggulangi pemanasan global

Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Widod dan Mentir LHK Siti Nurbaya menanam pohon pada hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Pohon Nasional di Tahura Sultan Adam, Kalsel
Sumber : http://tv.liputan6.com/read/2376163/segmen-4-hari-menanam-pohoh-hingga-prospek-ekonomi-2016

Kegiatan serupa juga dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di daerah aliran sungai (DAS) Citarum dan Cisadane ditanam bibit sebanyak 3.100 bibit dari 33 jenis tanaman buah-buahan. Tidak sekedar menanam pohon, LIPI juga mendidik masyarakat untuk menanam pohon. LIPI menegaskan bagi masyarakat yang ingin menebang pohon tidak boleh sembarangan. Harus ada izin dari kepala desa. Selain itu, LIPI juga membuat peraturan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango yang menebang pohon diwajibkan menanam kembali.

Kegiatan menanam pohon sangat berguna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menanam pohon dan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga dapat menurunkan pemanasan global.

Sumber:
  • http://www.wwf.or.id/cara_anda_membantu/corporate_partnership/program_partnership/newtrees/hmpi.cfm
  • http://tv.liputan6.com/read/2376163/segmen-4-hari-menanam-pohoh-hingga-prospek-ekonomi-2016
  • http://lipi.go.id/berita/-lipi-didik-masyarakat-sadar-menanam-pohon-/3306

Kota Magelang. Pemanasan global dunia berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup, untuk itu selagi kita masih dapat berbuat untuk menyelamatkannya maka kita lakukan langkah yang lebih baik dengan menjaganya dengan melakukan penanman pohon agar kembali lestari alam dan terjaga dari pemanasan global dunia. Demikian disampaikan kepala dinas lingkungan hidup kota Magelang Otros Adiyanto pada kegiatan penanaman pohon dan pembangunan taman di MTsN kota Magelang. (18/11).” Berbuat untuk keselamatan bersama akan lebih baik ketimbang hanya berwacana saja” kata OtrosLebih lanjut disampaikan saat ini banyak orang menebang pohon, membuka lahan tetapi lupa untuk menganti dengan pohon yang baru, tidak menyiapkan lahan sehingga pemanasan global terasa sekali. Pembangunan adalah keniscayaan maka perlu kesadaran untuk menata kembali dan melakukan pembenahan untuk menyelamatkan generasi bangsa. Tegas OtrosKegiatan penaman pohon dan pembuatan taman dilaksanakan di MTsN kota Magelang Jl. Jeruk 1 Kramat Utara kota Magelang dihadiri oleh kelompok PKK Rayon Empat, kepala MTsN Kota Magelang beserta jajaran, turut hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Magelang.Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Magelang Sofia Nur dalam sambutannya mengatakan pentingnya menjaga keasrian alam dengan membuat hutan buatan dan juga taman disetiap instansi pemerintah selain melakukan reboisasi diwilayah yang layak, kementerian agama sedang menggalakkan pembangunan moderasi Beragama dengan membangun taman kerukunan yang diimplementasikan dengan pembangunan taman hidup tumbuhan dari simbol-simbol agama. Ini salah satu gagasan untuk penyelamatan pemanasan global. Jelas SofiaDalam kesempatan tersebut Kapala MtsN Kota Magelang sebagai pelaksana, mengatakan bahwa kesiapan MtsN Kota Magelang yang telah difasilitasi dari dinas lingkungan hidup siap mendukung dan merawat taman yang disiapkan dan bahkan siap untuk mengembangkan taman.

Harapan dengan penanaman pohon dan pembangunan taman dapat memberikan motivasi bagi siswa dan guru untuk melestarikan alam. (Wahono).

Mengapa kegiatan reboisasi dapat digunakan untuk menanggulangi pemanasan global
Ilustrasi menanam pohon. ©Creative Commons/Robbieross123

JABAR | 11 Oktober 2021 13:01 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan iklim yang dapat mengancam kehidupan, termasuk manusia. Kekeringan, mencairnya es kutub, dan kenaikan air laut merupakan salah satu contoh dari perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Penggunaan bahan bakar fosil adalah penyebab terjadinya perubahan iklim. Penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin, batu bara, dan lainnya, akan menghasilkan karbon dioksida yang terlepas ke udara dan membuat suhu bumi jadi meningkat. Di kondisi seperti saat inilah hutan memegang peran vital.

Pepohonan yang ada di dalam hutan dapat menyerap karbon dioksida dan menggantinya dengan oksigen. Selain itu, hutan juga berperan sebagai resapan air alami yang membantu kita mencegah terjadinya banjir.

Namun, memanfaatkan hutan untuk mengatasi perubahan iklim juga tidak mudah. Ini karena banyak daerah di bumi yang telah kehilangan area hutannya berjuta-juta hektar. Tentu ini bukanlah berita yang bagus karena kita telah kehilangan solusi untuk mencegah bencana yang terjadi di bumi.

Tapi, ini juga bukan berarti kita selesai. Ada cara lain yang dapat mengembalikan kondisi hutan, yaitu dengan reboisasi. Banyak orang mungkin sudah pernah mendengar istilah tersebut. Namun sebagian tampaknya enggan untuk memahami dan menerapkannya.

Reboisasi menjadi langkah yang dapat dilakukan untuk mendapatkan area hijau kembali. Reboisasi juga bukan sekadar solusi untuk memperbaiki keadaan hutan, tapi juga menjadi solusi untuk mengatasi perubahan iklim di dunia.

Ada banyak manfaat yang bisa rasakan dari penerapan reboisasi ini. Dalam artikel kali ini, kami akan mengulas lebih lanjut tentang manfaat reboisasi beserta dampaknya bagi lingkungan sekitar.

2 dari 4 halaman

Reboisasi dapat didefinisikan sebagai proses penanaman kembali pohon di daerah yang terkena gangguan alam seperti kebakaran hutan, kekeringan, dan serangan hama, atau yang tidak alami, seperti penebangan, pertambangan, pembukaan lahan pertanian, dan pembangunan, menurut onetreeplanted.org.

Dengan menanam pohon di kawasan yang telah terdegradasi atau gundul, reboisasi membantu lingkungan dengan menjamin, atau mempercepat pembentukan kembali struktur hutan yang sehat dengan menumbuhkan kembali kanopi hutan dan melestarikan keanekaragaman hayati dalam ekosistem.

Reboisasi dapat memberikan tidak hanya satu, tapi dua solusi dari krisis di planet ini. Reboisasi menawarkan salah satu cara terbaik untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer, mengubahnya menjadi karbon padat melalui fotosintesis dan menyimpannya di batang pohon, cabang, akar, dan tanah.

Reboisasi juga dapat mencegah hilangnya habitat yang terancam punah dan memberikan perlindungan terhadap lebih dari 1 juta spesies tumbuhan dan hewan, menurut laporan PBB tentang keanekaragaman hayati dan ekosistem.

3 dari 4 halaman

Manfaat reboisasi yang pertama adalah untuk membantu menyeimbangkan kadar oksigen dan karbon dioksida. Dikutip dari laman eartheclipse.com, kegiatan reboisasi membantu mempromosikan penipisan CO2 secara bertahap dari atmosfer melalui penyerapan selama fotosintesis. Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer. Proses fotosintesis juga akan menghasilkan pelepasan oksigen dan akhirnya dapat membantu menjaga keseimbangan CO2/O2. Lebih sedikit karbon dioksida berarti lebih sedikit polusi dan lebih sedikit pemanasan global.

Mencegah Erosi Tanah

Manfaat reboisasi yang kedua yaitu mencegah erosi tanah. Salah satu bahaya lingkungan yang dapat disebabkan oleh deforestasi adalah erosi. Ini karena pepohonan dapat mencegah atau mengurangi erosi tanah dan pencemaran air. Akar pohon berfungsi sebagai jaring alami yang menyebar luas ke tanah untuk menahan tanah di tempatnya. Karena limpasan tanah dicegah, nutrisi penting dipertahankan dan tanah tetap subur. Pohon juga membuat pupuk alami ke tanah dari daun jatuh dan cabang kering.

Menjaga Siklus Air

Manfaat reboisasi yang ketiga yakni membantu menjaga siklus air. Hutan menjaga siklus air dengan menyerap kelembapan melalui daun dan akar. Hutan adalah sistem penyimpanan alami air hujan dan memperlambat kegersangan atmosfer. Pepohonan juga membantu mencegah danau air tawar kehilangan kelembapan dan kekeringan.

4 dari 4 halaman

Manfaat reboisasi yang keempat adalah transpirasi. Pohon melepaskan sebagian air yang mereka serap sebagai uap air dari daunnya. Ini adalah proses transpirasi yang membantu mengembalikan kelembapan atmosfer dan membantu menjaga suhu di lingkungan sekitar.

Habitat Alam Liar

Manfaat reboisasi yang kelima yaitu menjaga habitat alam liar. Reboisasi membuat lahan lebih ramah bagi satwa liar dengan menyediakan makanan dan tempat tinggal serta menciptakan konektivitas yang lebih baik ke kawasan hutan lainnya. Misalnya, burung-burung yang mendapat manfaat dari tutupan hutan dan pengurangan fragmentasi hutan.

Ekonomi

Manfaat reboisasi yang terakhir yakni dari sisi ekonomi. Hutan selalu menjadi sumber ekonomi yang besar. Pabrik kertas bergantung pada bubur kayu yang dipasok dari pohon. Menebang kayu juga telah menjadi pekerjaan utama bagi sebagian orang. Ketika hutan dikelola dengan baik dan reboisasi dilakukan secara teratur, maka hutan akan menjadi sumber kayu yang lestari.

(mdk/ank)