Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Tak hanya di bagian barat, Indonesia bagian timur ternyata juga memiliki kerajaan yang terletak di Maluku. Tempat ini bahkan sempat dikenal dengan Moloku Kie Raha atau persatuan empat karajaan, karena memiliki 4 kerajaan. 

Namun, perpindahan beberapa kerajaan membuat Kerajaan Ternate dan Tidore hidup berdampingan disini. Untuk itu, berikut sejarah Kerajaan Tidore yang harus diketahui.

Awal Mula Kerajaan Tidore 

Maluku yang memiliki 4 kerajaan terdiri dari Ternate Tidore, Makian dan Moti. Wilayah ini pada dasarnya dihuni oleh orang yang berasal dari halmahera. Lazimnya Kerajaan Tidore sendiri berdiri pada tahun 1081 oleh Muhammad Naqil. 

Namun, kondisi perjanjian moti abad ke-14 menjadikan Kerajaan Moti pindah ke Jailolo (Halmahera Barat) dan Makian pindah ke Bacan (Halmahera Selatan).

Kini, Maluku hanya memiliki 2 kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate. Letak yang saling berdampingan menyebabkan kedua kerajaan ini memiliki persaingan yang ketat dalam hal apapun.

Padahal, raja pertama dari kedua kerajaan ini pada dasarnya adalah saudara kandung yang berasal dari halmahera dengan kekuasaan yang sama. 

Kondisi maluku sebagai salah satu jalur perdagangan juga menghadirkan budaya baru seperti Islam yang berasal dari Arab. Hal ini bahkan menyebabkan Raja Tidore 11, Sultan Djamaluddin menjadikan agama Islam sebagai agama resmi untuk kerajaan Tidore. 

Jalur masuk islam yang dilakukan oleh kerajaan ini terjadi akibat dakwah Islam yang dikumandangkan oleh Syekh Mansur dari Arab.

Sejarah Kerajaan Tidore menyebutkan bahwa kerajaan ini pada awalnya memiliki kepercayaan Symman, yaitu kepercayaan akan roh leluhur untuk dipuja. 

Namun, masuknya budaya Arab ke wilayah ini menyebabkan Kerajaan Tidore menjadi kesultanan atau kerajaan bercorak islam pada tahun 1495 yang dipimpin oleh Sahajati dengan gelar Sultan Djamaluddin.

Kerajaan ini bahkan bisa hidup makmur menjadi salah satu Kerajaan Islam di Nusantara. Pasalnya, kondisi perdagangan rempah-rempah di jalur internasional membuat wilayah ini memiliki kondisi ekonomi yang masyhur. Kerajaan Tidore bahkan telah memperkuat armada militer untuk memperluas kawasan.

Baca Juga: Tertarik Sejarah Kerajaan Sunda? Yuk Intip Cerita Singkat Ini

Kedatangan Bangsa Eropa Di Wilayah Maluku

Kedatangan bangsa eropa dalam rangka mencari rempah-rempah ternyata mampu menyulut pertikaian antara Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate. Sejarah Kerajaan Tidore menyebutkan bahwa Kerajaan Tidore menerima kedatangan Spanyol dengan baik setelah Kerajaan Ternate menjalin hubungan dengan bangsa Portugis.

Mendapati kondisi tersebut, bangsa Spanyol dan Portugis yang sedang berebut kekuasaan juga memanfaatkan kesempatan untuk mengadu domba Kerajaan Tidore dan kerajaan Ternate. 

Meski demikian, pengaruh negara eropa akhirnya mampu dipahami oleh kedua kerajaan sehingga mampu mengusir bangsa Portugis dan Spanyol yang ingin memonopoli perdagangan. 

Namun, persaingan Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate bahkan semakin memanas dalam hal perdagangan. Kerajaan Tidore bahkan menguasai wilayah Maluku bagian timur dan pantai Papua. 

Kerajaan ini juga memiliki perjanjian yang disebut sebagai Uli-Siwa atau persekutuan sembilan bersaudara. Perjanjian tersebut bahkan dihadirkan oleh Sultan Nuku ketika Kerajaan Tidore mencapai masa kejayaan.

Masa kejayaan yang tidak bisa meredakan perselisihan bahkan dimanfaatkan oleh bangsa Belanda ada tahun 1605. Monopoli Belanda bahkan lebih kejam dibandingkan dengan bangsa eropa sebelumnya. 

Baca Juga: Kesultanan Islam Pertama, Ini Sejarah Kerajaan Perlak

Misalnya saja pihak VOC yang memaksa penyerahan hasil bumi, hak ekstirpasi dan pelayaran hongi. Mendapati kondisi tersebut, sejarah Kerajaan Tidore menunjukkan adanya perlawanan yang keras terhadap sistem yang diterapkan oleh bangsa Belanda. 

Kondisi ini akhirnya mampu membuat Sultan Nuku menyatukan Kerajaan Tidore dan Ternate. Sehingga VOC mulai mencari celah ketika Sultan Nuku meninggal (1805). Namun, perlawanan ini akhirnya muncul kembali dibawah pimpinan Pattimura.

Peninggalan Kerajaan Tidore

1. Masjid Sultan Tidore

Masjid Sultan Tidore telah dibangun sejak abad ke-17. Bangunan ini dibangunan pada masa pimpinan Sultan Zainal Abidin. Masjid Sultan Tidore yang unik dan megah ini bahkan menandakan adanya pengaruh islam yang telah masuk ke wilayah Maluku. Bangunan masjid ini bahkan masih difungsikan hingga saat ini.

2. Kadato Kie (Istana Kie)

Kedato atau dikenal dengan istana merupakan warisan bersejarah peninggalan Kerajaan Tidore. Pasalnya, istana yang sering dikenal dengan Kie Palace atau Kedato Kie ini telah dibangun sejak 1812 oleh Sultan Syahjuan T. Istana ini dihadirkan dengan desain interior yang apik dan menggambarkan sejarah Kerajaan Tidore pada masanya.

3. Benteng Torre Dan Tahula

Bangunan yang satu ini memiliki pengaruh penting pada masa kolonial Portugis. Benteng Torre dan Tahula yang terletak di dekat Istana Kie atau Kadato Kie sempat digunakan Portugis untuk melawan Belanda. Bangunan ini bahkan selalu dijaga hingga saat ini karena menjadi bukti kerajaan yang pernah berjuang pada zaman dahulu.

Demikianlah beberapa ulasan terkait Kerajaan Tidore mulai dari berdirinya hingga masa kemunduran. Paparan kisah tentang kerajaan Tidore yang selalu bersaing dengan Kerajaan ternate menunjukkan kelemahan sehingga sering dimanfaatkan oleh bangsa asing. Hingga akhirnya, masa kejayaan kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Nuku mampu menyatukan kedua Kerajaan tersebut.

Baca Juga: Jadi Pusat Perdagangan Penting, Ini Sejarah Kerajaan Malaka

Sejarah Kerajaan Ternate & Tidore, Masa kejayaan, Peninggalan, kesultanan. Gambar, Geografis :adalah dua pulau kecil yang hampir sama besarnya. Kedua pulau ini saling berhadapan satu sama lain dan dipancang gunung api yang muncul dari Laut Maluku

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Makalah Kerajaan Malaka : Sejarah Dan Peninggalan Serta Pendirinya

Sejarah Kerajaan Ternate &  Tidore

Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.

Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya.

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik. Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan.

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.

Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.

Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.

Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut,yaitu:

dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan :Kerajaan Banten : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Masa Kejayaannya

dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan
Islam kecil lainnya di Indonesia.

Letak Geografis

Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”.

Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Sistem Kehidupan Politik

Di Maluku yang terletak di antara Sulawesi dan Irian terdapat dua kerajaan, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di kepulauan Maluku dan Irian.

Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup Pulau- Pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Kerajaan Tidore sebagai pemimpin Uli Siwa, artinya persekutuan Sembilan (persekutuan sembilan saudara) wilayahnya meliputi Pulau-Pulau Makyan, Jailolo, atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah itu sampai dengan Irian Barat. Antara keduanya saling terjadi persaingan dan persaingan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat.

Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan mengadakan persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan, namun belum terjadi pecah perang.

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Kerajaan Aceh : Raja Pendiri, Peninggalan, Masa Kejayaan Dan Kehidupan Politik

Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, maka Portugis mendirikan benteng Sao Paulo. Menurut Portugis, benteng ini dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore.

Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela yakni dengan cara memonopoli dalam perdagangan, terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Ternate, sehingga menimbulkan pertentangan. Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-1570). Untuk menyelesaikan pertentangan, diadakan perundingan antara Ternate (Sultan Hairun) dengan Portugis (Gubernur Lopez de Mesquita) dan perdamaian dapat dicapai pada tanggal 27 Februari 1570.

Namun perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada pagi harinya (28 Februari) Sultan Hairun mengadakan kunjungan ke benteng Sao Paulo, tetapi ia disambut dengan suatu pembunuhan.

Atas kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku bangkit menentang bangsa Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra dan pengganti Sultan Hairun). Setelah dikepung selama 5 tahun, benteng Sao Paulo berhasil diduduki (1575). Orang-orang Portugis yang menyerah tidak dibunuh tetapi harus meninggalkan Ternate dan pindah ke Ambon.

Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Irian; ke arah timur sampai Irian, barat sampai pulau Buton, utara sampai Mindanao Selatan (Filipina), dan selatan sampai dengan pulau Bima (Nusa Tenggara), sehingga ia mendapat julukan “Tuan dari tujuh pulau dua pulau”.

Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku (1605). Belanda yang tanpa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang, yakni:

  1. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi (rempahrempah) kepada VOC (contingenten).
  2. Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah jika harga rempah-rempah di pasaran turun (hak ekstirpasi) dan penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di pasaran naik/ meningkat.
  3. Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yang diciptakan oleh Frederick de Houtman (Gubernur pertama Ambon) yakni sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku.

Tindakan-tindakan penindasan tersebut di atas jelas membuat rakyat hidup tertekan dan menderita, sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. Pada tahun 1635-1646 rakyat di kepulauan Hitu bangkit melawan VOC dibawah pimpinan Kakiali dan Telukabesi. Pada tahun 1650 rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi. Demikian juga di daerah lain, seperti Seram, Haruku dan Saparua; namun semua perlawanan berhasil dipadamkan oleh VOC.

Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar; akan tetapi pada akhir abad ke-18 muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan kekuasaan VOC di Maluku. Jika melawan Portugis, Ternate memegang peranan penting, maka untuk melawan VOC, Tidore yang memimpinnya. Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Sultan Nuku.

Selanjutnya Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dengan Tidore. Setelah Sultan Nuku meninggal (1805), tidak ada lagi perlawaan yang kuat menentang VOC, maka mulailah VOC memperkokoh kekuasaannya kembali di Maluku. Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah pimpinan Pattimura.

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Kerajaan Singasari : Awal Berdiri, Silsilah Raja, Masa Kejayaan

Ekonomi dan Sosial-Budaya

Kehidupan Ekonomi

Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di kepulauan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, banyak memberikan hasil berupa cengkih dan pala.

Cengkih dan pala merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk ramuan obat-obatan dan bumbu masak, karena mengandung bahan pemanas. Oleh karena itu, rem-pah-rempah banyak diperlukan di daerah dingin seperti di Eropa. Dengan hasil rempahrempah maka aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat.

Dan kedatangan Portugis di Maluku yang semula untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah, juga menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534 missionaris Katolik, Fransiscus Xaverius telah berhasil menyebarkan agama Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon.

Telah kita ketahui bahwa sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam. Dengan demikian kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial masyarakat Maluku. Dalam kehidupan budaya, rakyat Maluku diliputi aktivitas perekonomian, maka tidak banyak menghasilkan budaya. Salah satu karya seni bangun yang terkenal ialah Istana Sultan Ternate dan Masjid kuno di Ternate.

Kehidupan Sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin  perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai  pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.

Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara  para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang  pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat, Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun  perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda.

Kehidupan rakyat Maluku  pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak  begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan :Kerajaan Sriwijaya : Sumber Sejarah, Raja, Peninggalan, Masa Kejayaan Dan Keruntuhannya

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257.

Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Struktur Kerajaan

Pada masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan gelar sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.

Setelah sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan jogugu (perdana menteri) dan fala raha sebagai para penasihat. Fala raha atau empat rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing–masing dikepalai seorang kimalaha.

Mereka yaitu Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat–pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan–klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji.

Kolano dan Sultan Ternate Masa jabatan[3][4][5][6][7]
Baab Mashur Malamo 1257 – 1277
Jamin Qadrat 1277 – 1284
Komala Abu Said 1284 – 1298
Bakuku (Kalabata) 1298 – 1304
Ngara Malamo (Komala) 1304 – 1317
Patsaranga Malamo 1317 – 1322
Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 – 1331
Panji Malamo 1331 – 1332
Syah Alam 1332 – 1343
Tulu Malamo 1343 – 1347
Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 – 1350
Ngolo Macahaya 1350 – 1357
Momole 1357 – 1359
Gapi Malamo I 1359 – 1372
Gapi Baguna I 1372 – 1377
Komala Pulu 1377 – 1432
Marhum (Gapi Baguna II) 1432 – 1486
Zainal Abidin 1486 – 1500
Sultan Bayanullah 1500 – 1522
Hidayatullah 1522 – 1529
Abu Hayat II 1529 – 1533
Tabariji 1533 – 1534
Khairun Jamil 1535 – 1570
Babullah Datu Syah 1570 – 1583
Said Barakat Syah 1583 – 1606
Mudaffar Syah I 1607 – 1627
Hamzah 1627 – 1648
Mandarsyah 1648 – 1650 (masa pertama)
Manila 1650 – 1655
Mandarsyah 1655 – 1675 (masa kedua)
Sibori 1675 – 1689
Said Fatahullah 1689 – 1714
Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751
Ayan Syah 1751 – 1754
Syah Mardan 1755 – 1763
Jalaluddin 1763 – 1774
Harunsyah 1774 – 1781
Achral 1781 – 1796
Muhammad Yasin 1796 – 1801
Muhammad Ali 1807 – 1821
Muhammad Sarmoli 1821 – 1823
Muhammad Zain 1823 – 1859
Muhammad Arsyad 1859 – 1876
Ayanhar 1879 – 1900
Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902
Haji Muhammad Usman Syah 1902 – 1915
Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975
Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975 – 2015[8]

Kerajaan Ternate

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Awal Perkembangan Kerajaan Ternate

Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.

Kemunduran Kerajaan Ternate   

 Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

Kerajaan Tidore

Awal Perkembangan Kerajaan Tidore

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.

Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

Kemunduran Kerajaan Tidore

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Kerajaan Demak : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Masa Kejayaannya Lengkap

Peninggalan Kerajaan

Peninggalan kerajaan ternate :

  • Istana Sultan Ternate
  • Benteng Kerajaan Ternate
  • Masjid di Ternate

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

peninggalan kerajaan tidore :

  • Benteng-benteng peninggalan portugis
  • Keraton Tidore

Jelaskan secara singkat mengapa kerajaan Ternate dan Tidore saling bersaing

Daftar Pustaka

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari