Berikut yang bukan termasuk perbedaan antar siswa yang terdapat sekolah adalah

Adanya perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan merupakan prinsip yang universal dalam semua masyarakat Indonesia. Dari perbedaan yang timbul antara keduanya dapat menyebabkan adanya kebiasaan belajar yang berbeda sehingga bisa menyebabkan pencapaian prestasi belajar yang berbeda pula.

Laki-laki dan perempuan memang terlihat berbeda dan memiliki organ yang berbeda. Oleh karena itu ada anggapan bahwa laki-laki dan perempuan juga berbeda dengan cara masing-masing berpikir, bertindak, dan merasakan sesuatu.

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda saat proses belajar di sekolah, ada siswa yang senang dengan pembelajan secara cepat, visual, mendengarkan guru menjelaskan, atau ada juga yang senang mengikuti pelajaran dengan cara bergerak dan bermain.

Perbedaan intelegensi perempuan dengan laki-laki

Banyak orang yang menyakini bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan dalam hal intelegensi. Banyak pula peneliti yang membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara intelegensi laki-laki dan perempuan.

Dari tes-tes yang telah di berikan, perempuan terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang  telah diberikan, perempuan berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang menyangkut penggunaan hafalan-hafalan reaksi-reaksi estetika serta masalah-masalah sosial.

Sedangkan siswa laki-laki berkelebihan dalam hal penalaran abstrak, penguasaan matematik, mekanika, atau structural skills. Selama antara siswa laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan fisik dan psikis, latihan, pengalaman, pola hidup, kebutuhan dan minatnya.

Maka bukan hanya mendapati kenyataan, bahwa tes-tes intelegensi tidak akan mengukur secara akurat tentang perbandingan antara kapasitas mental siswa perempuan dan kapasitas mental siswa laki-laki. Dengan demikian, masih mengalami kesulitan untuk mengatakan bahwa siswa perempuan lebih rendah atau sama atau lebih superior dari pada siswa laki-laki dalam hal intelegensi.

Peran jenis kelamin adalah harapan sosial yang menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, bertindak dan merasakan.

Pengaruh dari Saraf Otak

Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di dalam corpus collosum, saraf yang menghubungkan otak kanan dan otak kiri.

Corpus collosum pada perempuan lebih besar dari pada laki-laki tentang emosi orang lain. Bagian otak yang terlibat dalam pengungkapan emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas metabolis pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Selain itu lapisan lobus yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. Otak perempuan dan laki-laki mempunyai banyak kemiripannya ketimbang perbedaanya. Singkatnya biologi bukan menjadi tujuan untuk isu sikap dan perilaku jenis kelamin. Pengalaman sosialisasi anak-anak memegang peranan yang sangat penting.

Persoalan perbedaan jenis kelamin dalam kecerdasan atau pencapaian akademis telah diperdebatkan selama berabad-abad, dan masalah itu adalah sesuatu yang sangat penting sejak awal 1970-an.

Hal penting untuk tetap ingat tentang perdebatan ini ialah bahwa belum seorang pun peneliti yang bertanggung jawab penuh menyatakan bahwa setiap siswa laki-laki dan perempuan dalam setiap ukuran kemampuan intelektual adalah besar kalau dibanding dengan jumlah keragaman dalam masing-masing jenis kelamin.

Dengan kata lain, bahkan dalam bidang di mana perbedaan jenis kelamin yang sesungguhnya ditemukan, perbedaan-perbedaan ini hanyalah begitu kecil dan begitu beragam sehingga hanya mempunyai sedikit konsekuensi praktis.

Walaupun siswa laki-laki dan siswi perempuan memiliki perbadaan tetapi siswa laki-laki dan siswi perempuan juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang di mana anak laki-laki bisa membantu pekerjaan anak perempuan apabila dalam kesulitan mengerjakan sesuatu seperti mengangkat yang berat-berat karena tidak semua anak perempuan dapat

Megerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan anak laki-laki begitu pula sebaliknya tidak semua anak laki-laki bisa mengerjakan pekerjaan anak perempuan sekuat apapun laki-laki itu.

Oleh: Eka Puji Astuti / Mahasiswi IAIN Pekalongan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Email:

Peserta didik atau siswa menjadi sasaran utama pelaksanaan sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang dilaksanakan diharapkan mampu menghasilkan insan yang berkualitas dari peserta didik atau siswa yang melaksanakan pembelajaran dalam sistem pendidikan yang diterapkan. Jika pendidikan yang dilaksanakan belum mampu memberikan perubahan yang baik bagi peserta didiknya maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang diterapkan belum mampu mencapai tujuan pendidikan yang dimaksud. Seperti halnya di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada hakikatnya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menilik dari keadaan pendidikan bangsa Indonesia sekarang ini tampaknya pendidikan yang dilaksanakan masih belum sepenuhnya mampu mencapai tujuan.

Berikut yang bukan termasuk perbedaan antar siswa yang terdapat sekolah adalah

Pada proses pembelajaran guru baik dalam merencanakan, melaksanakan, hingga melakukan evaluasi pembelajaran dan mengulangi siklus tersebut terus menerus harus memberi perhatian pada aspek-aspek yang menyangkut peserta didik. Aspek-aspek menyangkut siswa tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Aspek-aspek tersebut perlu diperhatikan karena adanya perubahan pada masing-masing aspek sangat mempengaruhi pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai peserta didik bukan hanya secara umum dalam kelompok atau tingkatan belajar, namun juga perlu memperhatikan dari masing-masing individu peserta didik, karena dengan memperhatikan masing-masing individu siswa barulah dapat diambil kesimpulan umum mengenai kemampuan belajar sebuah kelompok atau tingkatan belajar peserta didik.

Setiap individu peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki kemampuan ataupun tingkatan serta karakter masing-masing. Terdapat beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui perbedaan antar individu dalam hal pembelajaran. Sudjana (2007:116) setidaknya terdapat 6 perbedaan-perbedaan individual yang ada pada peserta didik atau siswa, yaitu:

  • Perkembangan intelektual, kemampuan belajar terutama memahami dan menggali materi dan informasi masing-masing peserta didik tentu tidak sama, ada siswa yang cepat belajar dan mampu memahami materi ada juga siswa yang lambat dan perlu dibimbing secara bertahap dalam belajar.
  • Kemampuan berbahasa, lebih tepatnya lagi komunikasi. Komunikasi atau berbahasa disini bukan hanya hubungan interaksi antara guru dengan murid saja namun juga komunikasi peserta didik dengan materi dan informasi pelajaran, bahan ajar, media pembelajaran serta komponen-komponen pembelajaran yang terlibat lainnya.
  • Latar belakang pengalaman, siswa atau peserta didik yang pernah mendapatkan informasi yang relevan terhadap suatu materi akan lebih cepat memahaminya, bukan hanya dalam hal materi namun juga gaya belajar, metode pengajaran serta hal-hal lain yang diperlukan dalam pembelajaran.
  • Gaya belajar, peserta didik satu tentu memiliki gaya dan kebiasaan belajar favorit dan mampu mempercepat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Bukan hanya dalam kebiasaan namun juga dalam kondisi tertentu misalnya seorang siswa lebih mampu belajar dalam keadaan yang tenang dan hening sehingga mampu mempercepat pemahaman materi.
  • Bakat dan minat, bakat dan minat ini berasal dalam diri masing-masing siswa dan sangat penting untuk digali dan ditemukan sehingga mampu dioptimalkan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan. Misal seorang siswa lebih mampu untuk mempelajari pelajaran matematika ina adalah bakat, atau siswa sangat menyukai pelajaran praktik fisika ini adalah minat.
  • Kepribadian, merupakan reaksi atau tanggapan terhadap sikap dan cara-cara mengajar yang dilakukan guru. Kepribadian ini juga sangat terkait dengan sifat dasar masing-masing peserta didik, siswa yang pemalu misalnya biasanya akan lebih pasif untuk terlibat dalam interaksi dengan komponen-komponen pembelajaran terutama dengan guru.

Beberapa perbedaan tersebut sangat perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran. Guru dapat menentukan bagaimana perlakuan yang harus diterapkan pada peserta didik, guru juga harus memperhatikan masing-masing siswa sehingga guru bukan hanya mampu memberikan perlakuan secara umum pada tiap kelompok atau tingkatan belajar, namun juga guru mampu memberikan perlakukan khusus yang tepat pada masing-masing individu terutama individu yang memiliki karakter berbeda dengan karakter peserta didik pada umumnya. Misalkan saja pada sebuah kelompok belajar terdapat seorang siswa yang selalu mendapatkan nilai rendah dibanding siswa lainnya serta kurang mampu mengikuti pelajaran maka guru perlu mengetahui perbedaan tersebut, mencari tahu penyebab, serta juga memberikan perlakuan khusus pada peserta didik tersebut agar tidak tertinggal dengan siswa lainnya dalam hal belajar.

Lebih lanjut lagi pada pembelajaran individual atau privat dimana satu peserta didik dengan peserta didik lainnya tentu memiliki perbedaan karakter yang signifikan. Perlakuan khusus sangat perlu untuk diberikan dan diterapkan pada masing-masing peserta didik dengan perlakuan yang berbeda pada tiap proses pembelajaran individual. Guru atau pengajar atau mentor tentu harus membuat perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang berbeda antara pembelajaran pada individu satu dengan pembelajaran pada individu lainnya. Perbedaan-perbedaan yang sudah disebutkan diatas sangat perlu untuk diperhatikan sehingga guru mampu mengelola dan melaksanakan pembelajaran individual maupun kelompok dengan tepat dan sesuai dengan sistem pendidikan yang dipakai dan diterapkan.

Referensi: Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Tweets by @ilmu_pendidikan