Berikut akibat yang terjadi pada migrasi hewan akibat rusaknya ekosistem adalah

[1]Migrasi Hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. faktor hewan bermigrasi merupakan biasanya untuk mencari makanan yang berlimpah dan tempat yang baik untuk berkembang biak. migrasi hewan musiman merupakan penomena yang paling menakjubkan dari elemen alam.

Migrasi hewan umumnya menggunakan rute yang sama dari tahun ke tahun - dari generasi ke generasi. Tanah lintas hewan bisa berupa gunung, sungai, dan padang tanahyang luas.Ikan salmon, Burung, kelelawar, dan serangga terbang dalam jangkauan jarak yang panjang, kadang-kadang melampaui seluruh benua atau lautan. hewan yang berenang sering kali bermigrasi hampir meliputi jarak setengah dari seluruh dunia.

Gerakan berpindah hewan biasanya terkait dengan perubahan musim. Banyak hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim panas. karena pada hari musim panas yang panjang di bagian paling utara dunia dapat menjamin pemberian pasokan makanan yang baik. Seperti pada pendekatan ramalan cuaca musim gugur dan dingin, banyak hewan bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca yang hangat pada musim dingin dan tersedianya makanan.

Beberapa hewan bermigrasi setiap tahun dengan perjalanan pulang dan pergi dibuat dalam satu tahun. ada pula beberapa hewan mempunyai 'pola migrasi yang dapat dihubungkan pada pola cuaca' pergerakan mereka adalah bergantung pada curah hujan dan ketersediaan tumbuhan hijau. terdapat migrasi hewan yang dapat berlangsung selama beberapa tahun hanya untuk penyelesaian siklus berpindah dalam migrasinya.

Banyak ilmuwan melihat migrasi hewan sebagai sebuah adaptasi. Hewan yang telah belajar untuk beralih ke lingkungan yang optimal adalah hewan yang selamat untuk melanjutkan spesies.

  • Able, Kenneth P. Gatherings of Angels: Migrating Birds and Their Ecology Ithaca, NY: Comstock Books (1999), ISBN 0-8014-8401-4 ISBN 978-0-8014-8401-8
  • Arnold, Caroline, Hawk Highway in the Sky: Watching Raptor Migration, San Diego: Harcourt Brace (1997), ISBN 0-15-200868-3 ISBN 978-0-15-200868-0
  • Bennett, Paul. Migration, New York: Thomson Learning (1995), ISBN 1-56847-209-9 ISBN 978-1-56847-209-6
  • Carter, Kyle, Animals That Travel, Vero Beach, FL: Rourke (1995), ISBN 1-55916-110-8 ISBN 978-1-55916-110-7
  • Elphick, Jonathan, The Atlas of Bird Migration: Tracing the Great Journeys of the World's Birds, New York: Random House, (1995), ISBN 1-77007-499-6, 9781770074996
  • Fowler, Allan, Animals on the Move, New York: Children's Press (2000), ISBN 0-516-21589-2 ISBN 978-0-516-21589-1
  • Garcia, Eulalia. Storks: Majestic Migrators, Milwaukee: Gareth Stevens (1996), ISBN 0-8368-1587-4 ISBN 978-0-8368-1587-0
  • Kerlinger, Paul, How Birds Migrate, Mechanicsburg, PA: Stackpole Books (1995, ISBN 0-8117-2444-1 ISBN 978-0-8117-2444-9
  • Miller, Debbie S. Flight of the Golden Plover: The Amazing Migration Between Hawaii and Alaska, Anchorage: Alaska Northwest Books (1996), ISBN 0-88240-474-1 ISBN 978-0-88240-474-5
  • Riha, Susanne. Animal Journeys: Life Cycles and Migrations, Woodbridge, Conn.: Blackbirch Press (1999), ISBN 1-56711-426-1 ISBN 978-1-56711-426-3
  • Sayre, April Pulley. Home at Last: A Song of Migration, New York: Holt (1998), ISBN 0-8050-5154-6 ISBN 978-0-8050-5154-4
  • Simon, Seymour, Ride the Wind: Airborne Journeys of Animals and Plants, San Diego: Browndeer Press (1997), ISBN 0-15-292887-1 ISBN 978-0-15-292887-2
  • Weidensaul, Scott, Living on the Wind: Across the Hemisphere with Migratory Birds New York: North Point Press (1999), ISBN 0-86547-591-1 ISBN 978-0-86547-591-5
 

Artikel bertopik hewan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

  1. ^ "Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas". id.wikipedia.org. Selasa, 21/01/2020. Diakses tanggal 2020-01-21.  Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Migrasi_hewan&oldid=18669500"

Admin buleleng | 16 Maret 2021 | 309270 kali

Berikut akibat yang terjadi pada migrasi hewan akibat rusaknya ekosistem adalah

Dampak pemanasan global terhadap kehidupan manusia dan lingkungan bukanlah mitos. Dampak-dampak tersebut telah terjadi, mempengaruhi kita sehari-hari, baik disadari atau tidak,. Berbagai akibat pemanasan global bersifat negatif dan kontra produktif terhadap manusia beserta keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Walaupun ada beberapa jenis yang diuntungkan akibat pemanasan global, itu hanya sebagian kecil saja.

Berikut adalah enam belas dampak pemanasan global terhadap manusia dan lingkungan. Jika efek akibat pemanasan global yang belum penulis tuliskan ke dalam artikel ini, silahkan pembaca tambahkan ke dalam bagian komentar.

Daftar dampak pemanasan global

  1. Dampak pemanasan global yang cukup sering dipublikasikan adalah mencairnya gletser: Mencairnya gletser akan menciptakan banyak masalah bagi manusia dan hewan yang hidup di bumi. Salah satunya adalah kenaikan permukaan laut. Seiring meningkatnya pemanasan global, permukaan laut akan naik sehingga berpotensi menyebabkan banjir.
  2. Akibat pemanasan global yang kedua adalah terjadinya perubahan Iklim. Pola cuaca yang tidak teratur telah mulai menunjukkan efek pemanasan global tersebut. Peningkatan curah hujan dalam bentuk hujan telah diketahui di daerah kutub dan gurun. Meningkatnya pemanasan global akan menyebabkan lebih banyak penguapan yang akan menyebabkan lebih banyak hujan. Hewan dan tumbuhan tidak dapat dengan mudah beradaptasi dengan peningkatan curah hujan. Tanaman dapat mati dan hewan dapat bermigrasi ke area lain. Ini dapat menyebabkan seluruh ekosistem berubah secara total dan cepat. Diluar kemampuan manusia untuk beradaptasi.
  3. Meningkat dan meluasnya kekeringan. Meskipun mungkin adanya hujan dan banjir di Savannah, kekeringan yang parah terjadi di bagian lain di dunia. Ketika suhu hangat, keberadaan kekeringan telah meningkat di bagian barat Amerika Serikat. Kekeringan juga menyebabkan terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. Penguapan skala besar menjadi penyebab utama kekeringan di banyak tempat, terutama Afrika. Kekeringan yang berpoentsi menyebabkan gagal panen dapat menyebabkan malnutrisi.
  4. Meluasnya penyakit. Karena suhu bumi menjadi lebih hangat, ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan meluasnya penyakit yang mereka hadapi. Dengan peningkatan curah hujan, penyakit yang terbawa air cenderung menyebar, seperti penyakit malaria.
  5. Meningkatnya frekuensi badai. Ketika suhu lautan naik, angin topan dan badai lainnya cenderung menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya pemanasan global, air di laut memanas yang akan memanaskan udara di sekitarnya sehingga menciptakan angin topan.
  6. Naiknya permukaan laut. Mencairnya es di kutub dan berkurangnya air yang menguap ke atmosfir menyebabkan naiknya permukaan laut. Kota-kota dan kota-kota pesisir yang tidak jauh di dekat pantai timur AS, kepulauan pasifik, Teluk Meksiko hanyalah beberapa wilayah di mana kerusakan banjir mulai menenggelamkan beberapa arealnya.
  7. Pemanasan global dapat mempengaruhi pertanian. Ketika suhu global akan meningkat, tanaman akan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup dan akan mati. Tumbuhan adalah sumber utama makanan bagi manusia dan sebagai akibatnya kekurangan makanan dapat terjadi. Kekurangan makanan dapat menyebabkan perang dan konflik di beberapa negara.
  8. Gelombang Panas. Gelombang panas menyebabkan cuaca panas yang berbahaya dan dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak kematian terjadi karena gelombang panas daripada dalam enam puluh tahun terakhir, seperti gelombang panas yang terjadi di India baru-baru ini, seperti diberitakan The Gurdian.
  9. Dampak pemanasan global berikutnya adalah terjadinya kebakaran hutan. Walaupun kebakaran hutan adalah kejadian alami, namun dengan bertambahnya jumlah karbon dioksida di udara, dan musim panas yang lebih panas, menyebabkan kebakaran hutan lebih mudah dan sering terjadi. Kebakaran hutan yang lebih sering terus muncul dalam jumlah besar setiap tahun, seperti di Indonesia, australia dan amerika. Laju pembakarannya lebih lama daripada yang terakhir, dan dengan pelepasan karbondioksida ke udara, bukan hanya kehidupan orang-orang dalam bahaya, tetapi satwa liar sangat menderita. Setiap kali api membakar, semakin sedikit oksigen yang ada untuk melawan jumlah karbon dioksida yang berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer.
  10. Perubahan musim berupa berlangsungnya periode musim yang lebih panjang atau pendek. Perubahan peiode berlangsungnya musim, misalnya musim semi, gugur, hujan, bisa terjadi lebih cepat dan lebih cepat, atau lebih lama dan lebih lama.
  11. Dampak pada tanaman. Terjadinya perubahan musim menyebabkan pola cuaca menjadi tidak menentu dan ekstrim. Banjir akibat naiknya permukaan laut, gagal panen, perubahan musim bunga meningkatkan resiko kegagalan tanaman untuk berbuah dan dipanen. Ini akan berakibat negatif pada industri makanan. Harga tanaman pokok bisa saja meningkat drastis. Pada akhirnya akan menimbulkan penurunan kinerja ekonomi.
  12. Rusaknya ekosistem laut. Kondisi terumbu karang dunia terus berkurang dan rusak akibat pemanasan global. Sekali terumbu karang terpengaruh, seluruh ekosistem yang berkembang menjadi usang, termasuk penurunan sektor perikanan.
  13. Rantai makanan di dalam ekosistem. Perubahan pola waktu dan durasi migrasi burung migran, hibernasi memakan waktu lebih lama. Akibatnya, seluruh rantai makanan bisa terganggu.
  14. Meningkatnya resiko kesehatan. Dengan semakin banyaknya jumlah karbon dioksida terperangkap di atmosfer, kualitas udara untuk pernafasan semakin buruk dan sulit didapat. Jika pemanasan global berlanjut, menurut sebuah perkiraan, AS akan menghabiskan sekitar 60 miliar dolar untuk memerangi penyakit pernapasan dan gejala.
  15. Kepunahan hewan. Pemanasan global meningkatkan resiko terjadinya kepunahan hewan. Terjadinya pemanasan global menyebabkan beberapa satwa mengalami perubahan habitat sehingga bermigrasi. Migrasi ini akan menyebabkan sebagian hewan tidak dapat beradaptasi alias dirugikan. Misalnya saja rubah putih yang bermigrasi kemudian kalah bersaing dengan rubah merah, seperti yang dipublikasikan oleh artikel BBC berjudul “Arctic foxes suffer while reds thrive in northern Canada“.

Itulah beberapa akibat pemanasan global bagi manusia, satwa dan tumbuhan yang telah teridentifikasi dan wajib diketahui. Dengan mengetahui efek pemanasan global, semoga kita dapat mengelola lingkungan hidup kita menjadi lebih baik.