Bagaimana sikap warga kampung hijau Rawajati terhadap lingkungan?

Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam mengikuti suatu kegiatan. Bentuk partisipasi masyarakat Kampung Rawajati adalah dalam mengelola lingkungan, mulai dari proses perencanaan sampai dengan proses evaluasi kegiatan itu sendiri. Indikator partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan meliputi sikap dan peranannya dalam tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi kegiatan. Ukuran yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat adalah dengan menjumlahkan skor total pada tahap-tahap partisipasi yang diperoleh dari masing-masing responden.

Responden yang memiliki partisipasi tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari 24, sedangkan responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah responden dengan total total skor kurang dari atau sama dengan 24. Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan Lingkungan, 2008

Tingkat Partisipasi Jumlah Persentase

Rendah 13 13

Tinggi 87 87

Jumlah 100 100

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa 87 persen responden memiliki partisipasi tinggi, sedangkan 13 persen responden memiliki partisipasi rendah.

Tingkat partisipasi tinggi ini dapat dilihat dari aktifnya masyarakat dalam berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan, baik dalam penghijauan, pengomposan, pendaur ulangan serta kerja bakti di sekitar lingkungannya. Tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungan dilihat dari tahapan partisipasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap-tahap Partisipasi, Kampung Rawajati, 2008 Tahap-tahap Partisipasi Tingkat Partisipasi Jumlah Tinggi Rendah n % n % Pengambilan Keputusan 38 38 62 62 100 (100%) Pelaksanaan 81 81 19 19 100 (100%) Menikmati Hasil 99 99 1 1 100 (100%) Evaluasi 76 76 24 24 100 (100%)

Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi cenderung tinggi. Tingkat partisipasi terendah terdapat pada tahap pengambilan keputusan yaitu sebanyak 62 persen responden. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan rendah karena keterlibatan mereka dalam hal pemikiran baik berupa sumbangan ide, pendapat, masukkan atau kritikan, materi rendah. Keterlibatan mereka dalam rapat kegiatan pengelolaan yang utama biasanya hanya dihadiri oleh aparat RT seperti ketua, wakil atau sekretaris serta orang yang mewakili aparat untuk menghadiri rapat jika aparat tersebut berhalangan untuk hadir. Rapat-rapat atau sosialisasi awal yang biasanya juga disampaikan di sela-sela kegiatan pada RT seperti arisan misalnya, mereka juga sebagian besar masih sekedar hadir.

Tahap menikmati hasil merupakan tahap partisipasi yang tertinggi yaitu sebanyak 99 persen. Mereka menyatakan bahwa dari kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan yang ada di Kampung Rawajati dapat memberikan hal

yang positif. Kegiatan tersebut tidak hanya memberikan hasil berupa lingkungan yang bersih dan sehat, tetapi juga tambahan keterampilan dalam pengelolaan lingkungan yang dapat mereka manfaatkan untuk memperoleh keuntungan berupa tambahan pendapatan, khususnya dalam budidaya pembibitan untuk dijual, pengaomposan, serta daur ulang sampah plastik menjadi tas.

Pelaksanaan dari pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati juga tinggi, yaitu sebanyak 81 persen. Hal ini karena warga sebagian besar telah menanam tanaman untuk penghijauan. Mereka juga telah memilah sampah antara organik dan anorganik walaupun sebagian belum mendaur ulang sampah organik untuk dijadikan pupuk dan sampah plastik untuk dijadikan barang bernilai jual. Namun mereka memanfaatkan sampah seperti botol atau kaleng untuk dijadikan tempat pohon untuk menambah hijau lingkungan mereka.

Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menunjukkan 76 persen tinggi dan 24 persen responden rendah. Hal ini karena dalam kegiatan evaluasi utama tidak hanya dihadiri oleh para pengelola tetapi juga didukung oleh aparat RT atau diwakilkan kepada orang lain. Pada tiap kegiatan pengelolaan responden tetap mengevaluasi walaupun hanya sekedar memberikan masukkan atau laporan secara lisan mengenai apa yang sudah dikerjakan beserta kendalanya pada tiap aparat RT atau orang yang bertanggung jawab pada suatu kegiatan.

Partisipasi warga Kampung Rawajati dalam tahap pengambilan keputusan masih rendah, namun mereka memiliki partisipasi tinggi pada tahap pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa warga cenderung masih pada tahap mobilisasi dan belum merupakan partisipasi aktif (kemandirian). Seiring dengan manfaat yang dirasakan dan masukan bagi pengelola, maka

muncul trust terhadap pengelola, kesadaran lingkungan, dan kebanggan dari penghargaan yang diperoleh Kampung Rawajati.

Warga memiliki trust atau kepercayaan yang tinggi pada elit RW maupun pengelola kegiatan. Kepercayaan warga terhadap elit RW atau pengelola mendasari tingginya pelaksanaan partisipasi dan kurang terlibatnya warga dalam perencanaan atau tahap pengambilan keputusan karena warga telah mempercayai para elit tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari kondisi daerah Kampung Rawajati yang merupakan wilayah perkotaan yang padat, sehingga warganya memiliki kesibukkan sendiri baik dalam pekerjaan ataupun urusan rumahtangga. Berikut keterangan seorang warga:

”saya mah ga ikut PKK atau KPS. Saya masih kerja jdai ga bisa ikut begituan. Saya ikut nanem-nanem gini emang disuruh pengurus- pengurusnya. Tapi lama-lama ternyata enak juga liat lingkungan kayak gini bersih, hijau.”(Ibu Na)

Kesadaran warga mengenai pentingnya kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar tempat tinggal juga mendasari tingginya pelaksanaan pengelolaan lingkungan Kampung Rawajati. Seiring dengan perubahan yang dirasakan dari kondisi lingkungan sebelum dan sesudah pelaksanaan pengelolaan lingkungan, maka warga memiliki kesadaran untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih, nyaman dan sehat, seperti keterangan berikut:

”awalnya emang susah banget buat ngajak warga buat nanem, milah, tapi lama-lama setelah ngerasain manfaatnya mereka mulai sadar. Ada juga yang bahkan jadi hobi nanem tanaman hias apalagi yang bisa dibisnisin.” (Pak Da)

Kampung Rawajati telah mendapatkan berbagai penghargaan dalam pengelolaan lingkungan sehingga masyarakat berusaha untuk tetap menjaga predikat yang pernah diraih. Penghargaan bagi Kampung Rawajati sebagai Kampung Agrowisata membuat kampung ini seringkali didatangi tamu-tamu dari

wilayah Jakarta hingga luar Jawa, baik untuk sekedar melihat-lihat, studi banding hingga sebagai percontohan untuk diterapkan ditempat lain. Hal ini juga menjadikan warga memiliki kebanggaan tertentu terhadap lingkungan dan berusaha untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan, seperti penuturan warga berikut:

”daerah sini pernah menangin beberapa lomba dan penghargaan di bidang lingkungan kayak piala Kalpataru, terus juga kan disini sering didatengin tamu yang pengen tahu gimana pengelolaan disini dari situ saya terdorong buat tetap menjaga lingkungan” (Pak Ha)

7.2 Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi

daftar riwayat hidup harus menyajikan data yangA.rekayasab.buatanc.ambigd.benartolong di jawab besok mau dikumpul ​

Buatlah dua kalimat tanya untuk memperoleh informasi pada paragraf kedua teks tersebut​

jelaskan isi dari berbalas pantun tersebut ​

Apa perbedaan teks eksplanasi dengan teks yang bersifat sastra misal cerpen​

jelaskan unsur pendukung dalam poster​

Senin, 2 November 2020 17:38

Bagaimana sikap warga kampung hijau Rawajati terhadap lingkungan?
lihat foto
Bagaimana sikap warga kampung hijau Rawajati terhadap lingkungan?

ISTIMEWA

Ilustrasi 

Campuran sampah dapur dan sampah kebun dari warga kemudian diolah menjadi kompos.

Setiap warga diperbolehkan mengambil kompos untuk penyubur tanaman.

Apa yang dilakukan warga kampung Rawajati terhadap sampah konsumsi? sampah konsumsi ada yang berupa sampah organik.

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang terdapat di alam seperti tumbuhan dan hewan serta berbagai hasil olahannya sehingga dapat terurai secara alami.

Sampah organik termasuk sampah yang ramah lingkungan. Di Kampung Rawajati tidak akan ditemukan gunungan sampah sisa makanan yang menimbulkan aroma tidak sedap.

Mengapa demikian? Beberapa warga memiliki lubang biopori atau lubang resapan di halaman rumah.

Baca juga: KUNCI Jawaban Halaman 115 Tema 3 Kelas 6 SD, Teks Biografi Tentang Perjalanan Hidup Bapak BJ Habibie

Sampah sisa makanan tiap hari dituang ke dalam lubang biopori dan dibiarkan membusuk di sana.

Ketika kelak membusuk, sampah-sampah tersebut akan menjadi penyubur tanah di sekitarnya.

Ada juga sampah konsumsi berupa sampah anorganik yaitu sampah yang tidak akan dapat terurai oleh bakteri secara alami.

Beberapa contoh sampah anorganik adalah sampah-sampah plastik yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti botol kemasan plastik, botol kaca, besi, serta barang tak terpakai lainnya.

Warga Rawajati memiliki bank sampah, sebagai tempat menyetorkan sampah-sampah jenis ini.

Setiap Minggu sampah yang terkumpul di sentra diambil oleh beberapa pengepul untuk dibawa ke tempat pengolahan akhir.

Pengelola bank sampah mengeluarkan daftar harga beli untuk tiap kg sampah yang disetorkan warga.

Semakin banyak warga menyetorkan sampah, tentu semakin bertambah pula saldo tabungan sampahnya.

BERITA TERKINI