Apakah Nabi Ayub AS bersabar dalam menghadapi segala cobaan jelaskan?

Sabar/ilustrasi

Rep: Syahruddin el-Fikri Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --

Dalam Alquran, dijelaskan, Nabi Ayyub AS adalah seorang utusan Allah yang sangat sabar. Ia disebut-sebut sebagai seorang hamba yang paling baik karena kesabarannya itu. Sebagaimana diketahui, Nabi Ayyub AS dulunya adalah seorang yang sangat kaya dan taat beribadah kepada Allah. Siang dan malam, ia pergunakan untuk beribadah. Siangnya berpuasa dan malamnya digunakan untuk bermunajat kepada Allah. Harta kekayaaan yang dimilikinya tak membuat ia kufur. Sebaliknya, ia selalu mensyukuri seluruh karunia Allah tersebut. Iblis semoga Allah melaknatnya tak senang dengan ibadah Nabi Ayyub AS. Ia memohon izin kepada Allah untuk menggoda dan menjerumuskannya ke dalam golongan orang-orang yang sesat dan ingkar. Iblis mengira, ibadah yang dikerjakan Nabi Ayyub AS itu disebabkan kekayaan yang melimpah dan anak yang banyak serta istri yang selalu setia. Oleh karena itu, Iblis ingin menggodanya agar Ayyub tersesat. Allah pun memberikan izin kepada Iblis untuk menggoda Nabi Ayyub. Dan, Allah juga mengujinya dengan sakit yang sangat parah dan menjijikkan. Di antaranya berupa penyakit kulit. Ulat-ulat pun banyak yang menikmati penderitaan Nabi Ayyub itu. Secara perlahan, harta-hartanya berkurang dan akhirnya habis. Anak-anaknya diwafatkan oleh Allah. Istrinya pun meninggalkan Nabi Ayyub karena tak sanggup dengan bau penyakit yang diderita suaminya. Ditambahkan oleh Ibnu Katsir, yang mengutip pendapatnya Ibnu Asakir, Ayyub memiliki sejumlah tanah. Disebutkan, seluruh wilayah Batsinah di daerah Hauran dimiliki Nabi Ayyub. Kemudian, kenikmatan itu diambil darinya dan ia diuji dengan berbagai musibah. Tubuh Nabi Ayyub semuanya terkena penyakit. Hampir tak ada secuil pun anggota badannya yang sehat, kecuali lisan dan hatinya. Dengan lisan dan hatinya itu, ia berzikir kepada Allah. Semua ujian itu tak menggoyahkan Nabi Ayyub AS. Bukannya menghentikan ibadah, Nabi Ayyub malah semakin giat melaksanakan ajaran Allah. Nabi Ayyub yakin bahwa semua itu adalah ujian Allah untuk menguji kesabarannya. Dalam suatu riwayat, disebutkan, saking sabarnya Nabi Ayyub, konon ketika ada ulat yang terjatuh dari badannya, ia akan mengambil ulat itu dan meletakkan kembali ke tempat tubuhnya yang digigit. Ia pun semakin rajin dan giat melaksanakan ibadahnya.

Karena kesabarannya dalam menghadapi ujian itu, Allah pun memujinya. ''Sesungguhnya, Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya, dia amat taat (kepada Tuhan-Nya).'' (QS Shad [38]: 44).

Apakah Nabi Ayub AS bersabar dalam menghadapi segala cobaan jelaskan?

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Sejumlah ulama menyatakan, ia dinamakan Ayyub karena kesabarannya dalam menghadapi musibah dan bencana. Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan, kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi semua ujian itu menjadikan dirinya sebagai seorang hamba yang saleh dan menjadi teladan dalam kesabaran yang harus diikuti oleh kaum Muslim, terutama bagi orang-orang yang tertimpa musibah. Ayyub mengadukan ujian dari setan yang ingin menyesatkannya. Ia berkata, ''Sesungguhnya, aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.'' (QS Shad [38]: 41). Kepayahan di sini karena setan tak henti-hentinya menggoda, padahal ia sudah dalam keadaan lemah karena sakit. Setan selalu menggoda kesabarannya dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Menurut sejumlah ulama, sakit yang dialaminya berlangsung selama 18 tahun. Maka, Allah pun menolongnya. Melepaskan semua belenggu yang dideritanya. Kekayaannya dikembalikan, anak-anaknya dihidupkan, dan istrinya kembali ke pangkuannya. Kisah selengkapnya dapat dilihat dalam surah Shad [38]: 41-44 dan Al-Anbiyaa` [21]: 83-84). Selain kesabarannya, ada kisah menarik lainnya yang bisa dijadikan pelajaran dari Nabi Ayyub AS. Saat ia menderita sakit dan ditinggalkan oleh istrinya karena tak sanggup merawatnya, Nabi Ayyub AS bersumpah akan memukul istrinya itu sebanyak 100 kali pukulan. Saat istrinya kembali ke pangkuannya, Nabi Ayyub bermaksud melaksanakan sumpahnya dengan 100 kali pukulan. Namun, Allah SWT memberikan solusi yang lebih baik. Ayyub diperintahkan untuk mengambil seikat rumput yang berjumlah 100 buah lalu diikat menjadi satu. Dan, ia cukup memukul istrinya dengan sekali pukulan saja dengan menggunakan seikat rumput yang berjumlah 100 buah. Riwayat lain menyebutkan seikat lidi yang berjumlah 100 buah. ''Dan, ambillah dengan tanganmu seikat (rumput) maka pukullah dengan itu dan jangan melanggar sumpah.'' (QS Shad [38]: 44). Menurut pendapat mayoritas, istri Nabi Ayyub yang meninggalkannya itu bernama Rahmah binti Afraim seperti yang disebutkan Sami al-Maghluts, Ibnu Katsir, dan beberapa ulama lainnya. Ada pula yang mengatakan Layya binti Minsa.

Apakah Nabi Ayub AS bersabar dalam menghadapi segala cobaan jelaskan?

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Nabi Ayub adalah seorang nabi yang berasal dari Romawi. Kisah nabi Ayub merupakan kisah yang penuh kesabaran dan hikmah. Sebelumnya, Nabi Ayub merupakan orang yang sangat kaya raya. Dia memiliki harta yang berlimpah, anak yang banyak, dan juga merupakan orang yang shaleh.

Hingga suatu hari, Allah menguji Nabi Ayub dengan penyakit lepra atau kusta. Bersamaan dengan itu, Nabi Ayyub juga kehilangan harta dan anak-anaknya. Hal tersebut berlangsung selama puluhan tahun sebelum pada akhirnya Allah mengangkat semua kesulitan tersebut dan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan yang hilang.

Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ayyub, berikut ini adalah beberapa di antaranya.:

1. Bersyukur dan dermawan saat kaya, dan bersabar saat miskin

Saat memiliki harta yang berlimpah, Nabi Ayyub bukanlah orang yang kikir dan tamak. Orang – orang mengenal Nabi Ayyub sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Dengan harta yang dimiliki, Nabi Ayyub biasa memberi makan orang miskin, menyantuni janda, anak yatim, dan ibnu sabil.

Sedangkan ketika diuji dengan kemiskinan, Nabi Ayyub tetap menjadi orang yang sabar. Dalam keadaan miskin dan sakit, Nabi Ayyub tidak berhenti berdzikir kepada Allah. Meskipun saat itu dia kehilangan harta, anak, dan dijauhi oleh orang sekitar.

2. Tidak meletakkan kesedihan dan kebahagiaan pada harta yang dimiliki

Ujian yang dialami oleh Nabi Ayyub berlangsung hanya dalam waktu 3 hari. Dalam waktu tersebut, hidup Nabi Ayyub langsung berbanding terbalik. Beliau kehilangan seluruh harta juga anak – anaknya. Siapapun pasti akan merasa sedih bahkan protes kepada Allah jika mengalami ujian yang dialami oleh Nabi Ayyub.

Akan tetapi, Nabi Ayyub masih mampu bersabar dan tetap berprasangka baik kepada Allah. Hal ini karena beliau menyadari bahwa segala yang dimilikinya adalah milik Allah. Dan Allah bisa mengambilnya kapan saja Allah inginkan. Sehingga beliau tidak meletakkan kesedihan dan kebahagiaan pada apa yang dimilikinya.

3. Ujian yang datang akan sesuai dengan tingkatan keimanan

Setiap orang pasti akan mendapatkan ujian sesuai dengan tingkatan keimanan. Semakin tinggi tingkatan keimanan seseorang, maka akan semakin sulit juga ujian yang akan dia dapatkan. Dan saat menghadapi ujian tersebut lah kita bisa mengetahui ada dimana tingkatan kita.

Ada empat tingkatan manusia saat dia menghadapi musibah. Yang pertama adalah yang lemah, yaitu yang banyak mengeluh kepada makhluk. Kedua, adalah bersabar, yang hukumnya adalah wajib. Ketiga, adalah orang yang ridha. Tingkatan ini adalah tingkatan yang lebih tinggi dari sabar. Dan terakhir adalah orang yang bersyukur, yaitu orang yang dapat menganggap suatu musibah sebagai nikmat.

4. Berdoa kepada Allah dengan doa yang baik

Nabi Ayyub menjalani ujian selama puluhan tahun. Sampai suatu hari, istrinya meminta Nabi Ayyub untuk meminta kesembuhan kepada Allah. Namun, nabi Ayyub justru merasa malu karena masa sakitnya masih tidak sebanding dengan masa sehatnya.

Kemudian, ketika masa sakitnya sudah sebanding, istri Nabi Ayyub memintanya untuk kembali berdoa. Nabi Ayyub pun berdoa dengan doa yang sangat indah dan tidak memaksa. Doa tersebut diabadikan dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 83 – 84 yang berbunyi:

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.

Itulah beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ayyub. Seorang nabi yang sangat sabar terhadap ujian yang dialami. Semoga kita pun bisa meneladani kisah kesabaran Nabi Ayyub tersebut.

Apakah Nabi Ayub AS bersabar dalam menghadapi segala cobaan jelaskan?
Ilustrasi kisah Nabi Ayyub as. (Foto: istimewa)

Kastolani Sabtu, 07 Maret 2020 - 07:29:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Tak seorang pun di dunia ini yang tidak diberi cobaan dalam hidupnya oleh Allah SWT. Tidak terkecuali bagi Nabi Ayyub alaihi salam (AS).

Nabi Ayyub diutus oleh Allah SWT di daerah Hauran, Yordania-Syria (1420-1540 SM).

Namun, di tengah mengemban risalah Nabi Ayyub didera musibah berupa penyakit selama 18 tahun. Tak hanya itu, seluruh kekayaan Ayyub juga hilang dan anak-anaknya meninggal dunia, serta dijauhi semua orang kecuali istrinya.

Meski demikian, Nabiyullah Ayyub menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketakwaan.

Kisah Nabi Ayyub ini diabadikan dalam Alquran surat Shad.

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ
اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ  

Artinya: "Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.”(Allah berfirman), "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”  (QS. Shad: 42-43).

Mufasir Ibnu Katsir dalam kitabnya tafsir Ibnu Katsir menerangkan, Allah Swt menceritakan perihal hamba dan Rasul-Nya Ayyub as dan cobaan yang ditimpakan oleh Allah terhadap dirinya berupa penyakit yang mengenai seluruh tubuhnya dan musibah yang menimpa harta dan anak-anaknya, sehingga tiada suatu pori-pori pun dari tubuhnya yang selamat dari penyakit tersebut kecuali hanya kalbunya.

Dan tiada sesuatu pun yang tersisa dari harta bendanya untuk dapat dijadikan sebagai penolong dalam masa sakitnya dan musibah yang menimpa dirinya, selain hanya istrinya yang masih tetap mencintainya berkat keimanannya kepada Allah dan rasul-Nya.

Istrinya itu bekerja pada orang lain sebagai pelayan, dan hasil kerjanya itu ia belanjakan untuk makan dirinya dan suaminya (yakni Nabi Ayyub). Istrinya bekerja demikian selama delapan belas tahun.

Sebelum musibah menimpa, Nabi Ayyub hidup dengan harta yang berlimpah, banyak anak, serta memiliki banyak tanah dan bangunan yang luas. Maka semuanya itu dicabut dari tangannya oleh Allah Swt, sehingga nasib melemparkannya hidup di tempat pembuangan sampah di kotanya, selama delapan belas tahun.

Semua orang-baik yang tadinya dekat ataupun jauh-tidak mau mendekatinya, selain istrinya.

Istrinya tidak pernah meninggalkannya pagi dan petang, kecuali bila bekerja pada orang lain, tetapi segera kembali kepadanya dalam waktu yang tidak lama.

Setelah masa cobaan itu telah lama berlangsung, masa puncak cobaanpun telah dilaluinya serta sudah ditakdirkan habis waktunya sesuai dengan masa yang telah ditetapkan di sisi-Nya, maka Nabi Ayyub berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam, Tuhan semua rasul, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}
(Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. (Surat Al-Anbiya: 83).

Dan di dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Shad: 41)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah penyakit yang menimpa tubuhnya dan tersiksa karena kehilangan harta benda dan anak-anaknya.

Maka setelah itu Allah Yang Maha Pelimpah rahmat mengabulkan doanya, kemudian Allah memerintahkan kepada Ayyub untuk bangkit dari tempat duduknya, lalu menghentakkan kakinya ke bumi.

Nabi Ayyub melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka Allah Swt menyumberkan mata air dari bekas injakan kakinya itu. Dan Allah memerintahkan kepadanya agar mandi dengan air dari mata air itu, maka lenyaplah semua penyakit yang ada pada tubuhnya, dan tubuhnya kembali sehat seperti semula.

Lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk menginjakkan kakinya sekali lagi ke bumi di tempat lain, maka Allah menyumberkan mata air lainnya dan memerintahkan kepada Ayyub untuk minum dari air tersebut.

Setelah minum air itu, maka lenyaplah semua penyakit yang ada di dalam perutnya dan menjadi sehatlah ia lahir dan batinnya seperti sedia kala.

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ}
(Allah berfirman), "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (Shad: 42).

أَنْدَرِ الشَّعِيرِ حَتَّى فَاضَ.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Nafi ibnu Yazid, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Anas ibnu Malik ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bercerita: sesungguhnya Nabi Allah Ayyub a.s. menjalani masa cobaannya selama delapan belas tahun.

Semua orang menolaknya, baik yang dekat maupun yang jauh, terkecuali dua orang lelaki yang sejak semula merupakan teman terdekatnya. Keduanya biasa mengunjunginya di setiap pagi dan petang hari.

Salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya, "Tahukah kamu, demi Allah, sesungguhnya Ayyub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun."

Teman bicaranya bertanya, "Dosa apakah itu?" Ia menjawab, "Selama delapan belas tahun ia tidak dikasihani oleh Allah Swt dan tidak dibebaskan dari cobaan yang menimpanya."

Ketika keduanya mengunjungi Ayyub, maka salah seorang temannya itu tidak dapat menahan rasa keingintahuannya, lalu ia menceritakan hal itu kepada Ayyub.

Maka Ayyub as berkata, "Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan itu, hanya saja Allah Swt mengetahui bahwa sesungguhnya dahulu aku bersua dengan dua orang lelaki yang sedang bersengketa, lalu keduanya menyebut-nyebut nama Allah Swt. (dalam sumpahnya).

Maka aku pulang ke rumahku, lalu membayar kifarat untuk kedua orang itu karena tidak suka nama Allah Swt. disebut-sebut dalam perkara yang hak (benar)."

Disebutkan bahwa Nabi Ayyub apabila menunaikan hajatnya (buang air) selalu dituntun oleh istrinya; dan apabila telah selesai, istrinya kembali menuntunnya ke tempat ia berada.

Pada suatu hari istrinya datang terlambat, maka Allah menurunkan wahyu kepada Ayyub as.: Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (Shad: 42) Ketika istrinya tiba di tempat Nabi Ayyub.

Istrinya mencari-cari suaminya sedang­kan Ayyub as menghampirinya dalam keadaan telah pulih seperti sediakala karena Allah telah melenyapkan semua penyakitnya.

Ketika menyaksikan kedatangannya, istrinya bertanya, "Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang mengalami cobaan yang tadi ada di sini? Maka demi Allah Yang Mahakuasa atas segalanya, aku belum pernah melihat lelaki yang lebih mirip dengan suamiku itu di masa ia masih sehat."

Nabi Ayyub menjawab, "Sesungguhnya aku sendirilah Ayyub itu." Disebutkan bahwa Nabi Ayyub mempunyai dua buah peti, yang satu untuk wadah gabah gandum, dan yang satunya lagi untuk wadah gabah jewawut.

Maka Allah Swt mengirimkan dua kumpulan awan; ketika salah satunya telah berada di atas wadah gabah gandum, awan tersebut menuangkan emas yang dikandungnya ke dalam wadah itu hingga luber.

Awan yang lainnya menuangkan emas pula ke dalam wadah gabah jewawut hingga luber. Demikianlah menurut lafaz riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.

Rasulullah Saw pernah bersabda: Ketika Ayyub sedang mandi telanjang, berjatuhanlah kepadanya belalang-belalang emas, maka Ayyub a.s. mengambilnya dan memasukkannya ke dalam pakaiannya. Maka Tuhannya berfirman menyerunya, "Hai Ayyub, bukankah Aku telah memberimu kecukupan hingga kamu tidak memerlukan apa yang kamu saksikan itu?”

Ayyub a.s. menjawab, "Memang benar, ya Tuhanku, tetapi aku masih belum merasa cukup dengan berkah dari-Mu.
Imam Bukhari mengetengahkannya secara tunggal melalui hadis Abdur Razzaq dengan sanad yang sama.

Karena itulah disebutkan dengan firman-Nya:{وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}

Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 43).

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa Allah menghidupkan kembali anak-anak Nabi Ayyub yang telah mati dan menambahkan kepadanya anak-anak yang sejumlah dengan itu.

Firman Allah Swt.:{رَحْمَةً مِنَّا}sebagai rahmat dari Kami. (Shad: 43)

berkat kesabarannya, keteguhan hatinya, ketaatannya, rendah dirinya, dan ketenangannya.

{وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad:43)

agar mereka mengetahui bahwa buah dari kesabaran itu ialah keselamatan, jalan keluar, dan kesejahteraan.

Firman Allah Swt.:{وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ}

Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. (Shad: 44)

Demikian itu karena Ayyub a.s. marah kepada istrinya, merasa tidak enak disebabkan suatu perbuatan yang telah dilakukan istrinya. Menurut suatu pendapat, istri Nabi Ayyub telah menjual rambut kepangannya, lalu menukarnya dengan roti untuk makan Nabi Ayyub. Maka Nabi Ayyub mencela perbuatan istrinya itu, bahkan sampai bersumpah bahwa jika Allah memberinya kesembuhan, ia benar-benar akan memukul istrinya dengan seratus kali dera pukulan.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, penyebabnya ialah selain itu.
Setelah Allah Swt. menyembuhkannya dan menjadikannya sehat seperti sediakala, maka tidaklah pantas jika istrinya yang telah berjasa memberikan pelayanan dan kasih sayang serta kebaikan kepadanya dibalas dengan pukulan.

Akhirnya Allah memberikan petunjuk melalui wahyu-Nya yang menganjurkan kepada Ayyub untuk mengambil lidi sebanyak seratus buah yang semuanya di jadikan satu, lalu dipukulkan kepada istrinya sekali pukul.

Dengan demikian, berarti Ayyub telah memenuhi sumpahnya dan tidak melanggarnya serta menunaikan nazarnya itu. Hal ini adalah merupa­kan jalan keluar dan pemecahan masalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah dan taat kepadanya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikut:{إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Shad: 44)

Allah Swt. memuji dan menyanjung hamba-Nya ini bahwa dia adalah:{نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}

sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Shad: 44)

Yakni banyak kembali dan mengadu kepada Allah Swt. Hal yang semisal disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah vang tiada disangka-sangkanya. (Surat At-Talaq: 2-3).


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : penyakit musibah hikmah Kisah Nabi Nabi ayyub doa rasulullah saw

Apakah Nabi Ayub AS bersabar dalam menghadapi segala cobaan jelaskan?