Pelaksanaan yadnya berdasarkan waktunya :1) Nitya Yajna : yadnya yg dilakukan setiap hari2) Naimittika Yajna : yadnya yg dilakukan secara berkala dan dalam waktu" tertentu3) Insidental : yadnya yg dilaksanakan karena adanya peristiwa tertentu , jadi tdk terjadwal Yadnya Sesa adalah yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi Panca Yadnya yang dilaksana umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Dibeberapa tempat di Bali, yadnya sesa diterjemahkan dengan mesaiban, atau mejotan. Persembahan yang paling sederhana, terdiri dari nasi,lauk pauk(yang dimasak pada hari itu),garam dan sebagainya. Ini adalah persembahan kepada Hyang Widhi dan merupakan simbol pernyataan syukur atas anugerah Tuhan. Dalam kitab-kitab Weda disebutkan bahwa apapun yang dinikmati hendaknya terlebih dahulu dipersembahkan kepada Hyang Widhi dan yang kita nikmati adalah prasadam-Nya(lungsuran:bahasa bali) Yadnya Sesa yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana. Ada 5(lima) tempat penting yang dihaturkan Yadnya Sesa,sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta:
Didalam Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan nyadnya sesa. Selain itu didalam Bhagawadgita III 13 juga sebutkan: Yajna sishtasinah santo mucnyante sarva kilbishail bhunjate te tu agham papa ye panchanty atma karanat. Artinya: Ia yang memakan sisa yadnya akan terlepas dari segala dosa(tetapi) ia yang memasak makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya makan dosa. Doa-doa dalam Yadnnya Sesa: Yadnya Sesa yang ditujukan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata(ditempat air,dapur,beras/tempat nasi dan pelinggih/pelangkiran doanya adalah: OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA SUKHA PRADHANA YA NAMAH SWAHA. artinya: Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud Dewa. Yadnya Sesa yang ditujukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu Yadnya Sesa yang ditempatkan pada pertiwi/tanah doanya: OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA BHUTA,KALA,DURGHA SUKHA PRADANA YA NAMAH SWAHA. Artinya: Om Sang Hyang Widhi, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud bhuta,kala dan durgha. Makanan yang diperoleh dari membelipun seharusnya kita mengucapkan doa sebagaimana kita menghaturkan Yadna Sesa sebagai simbol bahwa yang kita nikmati adalah prasadamnya(lungsuran). Setelah itu barulah kita mengucapkan doa makan. Membiasakan diri mempersembahkan apapun yang kita nikmati sehari-hari adalah hal yang penting sebagai rasa syukur terhadap anugerah Hyang Widhi. Artikel terkait:
(Ura Hindu) Bertempat di Kejaksaan Tinggi Propinsi Bali pada tanggal 14 Pebruari 2014, Kepala Bidang Urusan Agama Hindu Kanwil Kementerian Agama Propinsi Bali dan Kasi Penyuluhan Agama Hindu, Drs. I Gusti Komang Sumberjana, M.M dan I Ketut Merta, S.Ag, M.Ag, mendampingi Bapak Kepala Bidang Urusan Agama Hindu memberikan Dharma Wacana mengenai Yadnya kepada pegawai Kejaksaan Tinggi Propinsi Bali. Tema mengenai Yadnya memang sudah sering disampaikan dalam berbagai kesempatan, namun yang dibahas kali ini bersifat lebih spesifik yaitu Yadnya yang dilandasi oleh Karma. Salah satu pengertian Yadnya adalah korban suci tulus ikhlas tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri maupun orang banyak. Saat ini, Yadnya sangat identik dengan persembahan suci dengan menggunakan Upakara sebagai perlengkapan Yadnya yang dilandasi oleh sikap dan mental yang suci. Padahal dalam kenyataannya Yadnya dapat diaktualisasikan tidak saja dalam bentuk materi (sarana upakara) tetapi bisa juga dalam bentuk lain, seperti misalnya doa, nasehat, membantu ataupun bentuk Karma (perbuatan) lainnya kepada orang lain yang memerlukan bantuan kita. Dalam Dharma Wacana ini juga disampaikan bentuk pelaksanaan Yadnya. Nitya Karma yaitu suatu persembahan yang dilakukan oleh manusia setiap saat atau setiap hari, meliputi Tri Sandhya seperti pertanyaan dari peserta mengenai sembahyang Tri Sandhya pada tengah malam, doa apa yang patut diucapkan saat itu dan kapan waktu yang paling tepat untuk melaksanakan persembahyangan termasuk wanita yang datang bulan apakah bisa untuk melaksanakan Yadnya, Yadnya Sesa dan Jnana Yadnya (suatu persembahan dalam bentuk pengetahuan). Naimitika Karma yaitu bentuk persembahan yang dilaksanakan dalam waktu khusus atau hari-hari tertentu yang didasari dengan tempat, waktu dan keadaan ’Desa Kala Patra’. Naimitika Karma masih dibagi lagi menjadi dua yaitu Naimitika Karma yang berdasarkan Pawukon seperti contohnya Galungan dan Kuningan serta Naimitika Karma yang berdasarkan Sasih seperti contohnya Nyepi dan Siwaratri.Salah satu Sloka yang disampaikan adalah Bhagawadgita 9.26. ‘’Siapa pun yang dengan kesujudan mempersembahkan pada-Ku; daun, bunga, buah-buahan, air dan api, persembahan yang didasari dengan bhakti oleh cinta dan keluar dari hati yang suci, Aku terima.”. Jadi, persembahan yang didasari dengan hati yang suci dan cinta kasih adalah persembahan yang diterima oleh Tuhan meskipun sifatnya sangat sederhana. Pelaksanaan Yadnya, selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri, pelaksanaan Yadnya juga merupakan salah satu pilar yang menyangga tegak kehidupan di dunia ini seperti yang disebutkan dalam kitab suci Atharwa Weda. Dengan bahasa yang ringan dan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari diharapkan materi mengenai Yadnya yang telah disampaikan dapat diserap dan diingat oleh para pegawai Kejaksaan Tinggi Propinsi Bali dan acara selanjutnya ditutup oleh Bapak Wakil Kejaksaan Tinggi Propinsi Bali. (ts)
(Kankemenag, Kab. Tabanan) Yadnya pada hakikatnya dapat dilakukan dalam bentuk yang bermacam-macam. Ada yadnya yang dilaksanakan dalam bentuk persembahan dengan menggunakan sarana berupa banten / sesajen, serta dalam bentuk pengorbanan diri yaitu pengendalian diri, mengorbankan segala aktivitas, mengorbankan harta benda dan pengorbanan dalam bentuk ilmu pengetahuan. Wujud riil pelaksanaan yadnya dalam kehidupan sehari-hari (Nitya Karma) salah satunya berbentuk yadnya sesa. Yadnya Sesa atau mesaiban/ ngejot adalah yadnya yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, setelah memasak atau sebelum menikmati makanan sebagai wujud rasa syukur dan bhakti. Demikian diungkapkan oleh penyuluh agama Hindu Kemenag Tabanan Ni Wayan Suarti, S.Ag dalam acara lomba Penyuluh Agama Hindu PNS teladan, pada tanggal 21 April 2016 bertempat di Gedung Wisma Sejahtera Kanwil Kemenag Provinsi Bali dengan didampingi oleh penyuluh agama Hindu I Ketut Wiratmaja, S.Ag, I Wayan Balik Tamba Utama, S.Ag, M.Pd.H dan I Wayan Agus Putrayasa, S.Ag, M.Ag. Lomba ini menghadirkan tiga orang Juri yakni I Nyoman Lastra, S.Pd, M.Ag (Kabid Ura Hindu), Drs. Ida Bagus Mastika, M.Fil.H (Kabid Pendidikan Hindu) Kanwil Kemenag Provinsi Bali, dan Dr. Drs. I Made Surada, MA (Dosen IHDN Denpasar). Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja para penyuluh agama Hindu PNS agar nantinya bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada umat Hindu, baik secara tekhnis maupun administrasi (DS & AAG).
HomeMateri Hindu X kurikulum 2013BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN YADNYA Materi Hindu X kurikulum 2013
Pelaksanaan Yadnya bukan hanya dalam bentuk upacara yadnya dengan menggunakan persembahan berupa banten / upakara saja, melainkan Yadnya dapat dilaksanakan dalam bentuk yang beragam karena yadnya itu merupakan segala bentuk kegiatan atau pengorbanan yang dilakukan dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Sehingga dengan demikian, Yadnya dapat dilakukan dalam bentuk yang bermacam-macam. Ada yadnya yang dilaksanakan dalam bentuk persembahan dengan menggunakan sarana berupa banten / sesajen, dalam bentuk pengorbanan diri yaitu pengendalian diri, mengorbankan segala aktivitas, mengorbankan harta benda dan pengorbanan dalam bentuk ilmu pengetahuan. Bentuk yadnya ini diuraikan / dijelaskan secara tegas dalam kitab Bhagavadgita IV.28 yang isinya adalah sebagai berikut: “Dravya-yajnana tapo-yajna yoga-yajnas tathapare, Svadhyaya-jnana-yajnas ca yatayah samsita-vratah.”Selanjutnya dijelaskan tentang bentuk pelaksanaan Yajna dalam kitab Bhagavadgita IV.II yang isinya adalah sebagai berikut: “Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham, Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah”Sangat jelas dari kedua sloka tersebut telah dinyatakan bahwa Tuhan akan menerima umatnya melalui Yadnya yang dilakukan yang pelaksanaannya dapat dipilih oleh umat. Seperti dengan melakukan penyerahan diri pada Tuhan, Tapa dan persembahan yang tulus dan ikhlas. Pembagian Yajna berdasarkan Waktu Pelaksanaannya b) Yadnya Sesa, juga disebut dengan masaiban atau ngejot. Merupakan Yajna yang dilakukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta dengan segala manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Yadnya sesa dilakukan dengan tujuan untuk mengucapkan rasa terima kasih dan syukur atas segala anugerah yang diberikan. Adapun petikan sloka yang terkait dengan pelaksanaan Yadnya sesa adalah sebagai berikut: c) Jnana Yajna, merupakan Yajna dalam bentuk pengetahuan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan proses belajar dan mengajar yang baik, baik formal maupun informal. Jnana yajna dapat dilakukan setiap hari dan setiap saat dengan menerapkan pembelajaran yang baik menuju peningkatan pengetahuan dan kualitas diri. Karena dengan pengetahuan, manusia akan dapat menyadari esensi dalam diri dan dapat berpikir yang luas sehingga dapat berbuat yang baik dan bijaksana. 3. Insidental Yajna Insidental adalah Yajna yang dilaksanakan didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu tidak terjadwal, namun dipandang perlu untuk dilaksanakan dan dibuatkan upacara persembahan. Melaksanakan Yadnya insidental adalah dilakukan sesuai dengan kemampuan, keadaan dan situasi. Dengan menyesuaikan tersebut maka Yajna dapat dilakukan sesuai dengan kwantitasnya yaitu Kanista, Madya, dan Mautama yang masing-masing memiliki 3 bagian sehingga tingkatan yajna sesuai dengan kwantitasnya berjumlah 9 tingkatan. |