Apa itu cinta dunia dalam Islam?

Klikbmi, Tangerang – BMI Kliker di manapun berada, pujian syukur mari terus kita haturkan kepada Allah SWT karena kita telah menyelesaikan dengan baik puasa kita sampai hari ke-15. Hari ini kita masuk pada hari ke-16. Semoga puasa kita hari ini diberikan kelancaran dan mendapat pahala yang besar dan mendapatkan ridhlo Allah SWT.  Dalam satu ceramahnya Buya Yahya menyampaikan bahwa cinta dunia bukan hanya dimiliki oleh orang kaya, tetapi juga dimiliki oleh orang miskin. Seperti banyak orang miskin yang mengorbankan sholat hanya untuk mengejar dunia yang bernilai ratusan ribu rupiah.

BMI Kliker yang berbahagia, setiap muslim  percaya tujuan penciptaan dirinya dan keberadaannya di dunia ini tidak lain adalah beribadah kepada Allah Ta’ala. Hanya saja, tidak sedikit yang akhirnya melupakan hal tersebut sehingga terjerumus dalam kecintaan yang dalam pada nikmat dunia. Seorang mualaf dan pengarang buku The Islamic yang juga seniman grafis yang berfokus pada tema-tema konversi ke Islam, Theresa Corbin, mengatakan, tidak ada masalah dalam mencintai dunia.  Bagaimanapun, itu adalah sarana untuk menopang hidup kita dan melanjutkan ibadah. Bagaimanapun, itu adalah berkah bagi kita dan sarana bagi kita untuk bersyukur kepada Sang Pencipta. Masalah datang ketika kita membuat dunia menjadi tujuan dan bukan alat untuk tujuan akhir. Dunia adalah tempat sementara waktu dan semua yang ada di dunia harus digunakan atau dihindari dengan tujuan akhir mencapai ridha Allah.

Quraish Shihab mengungkap bahwa kebodohan adalah salah satu sumber musibah. Sedangkan sumber dosa, salah satunya adalah cinta yang berlebihan. Menurut Quraish Shihab, ada dua naluri yang dianugerahi Allah kepada manusia, yaitu mencintai dunia dan akhirat. Saat keduanya dihadapkan untuk dipilih, maka yang dipilih itulah yang lebih dicintai. Meski begitu, Quraish Shihab mengingatkan untuk tidak terlalu berlebihan mencintai dunia. Bagi siapa yang memenuhi hatinya dengan rasa butuh yang terus bertambah dan bekerja sambil berlari mengejar dunia tanpa henti, adalah yang terlalu berlebihan dalam cintanya pada dunia. Tujuan kita bukanlah menjadi sekaya, atau sekuat, atau senyaman mungkin dalam hidup ini. Hidup ini hanyalah sarana menuju akherat di mana apa yang kita lakukan di dunia akan menentukan posisi kita di hadapan Allah.

Allah juga sebenarnya sudah tahu kalau kita akan melakukan kesalahan dalam perjalanan kita menuju akhirat. Allah berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا 

Artinya: “Sesungguhnya kalian (wahai manusia), mementingkan perhiasan dunia atas kenikmatan akhirat,” (QS al-A’la Ayat 16).

Ketika kita mulai mengejar dunia alih-alih menggunakannya sebagai alat untuk tujuan kita yang sebenarnya (ridha Allah), saat itulah prioritas kita bercampur aduk. Dan, kita mulai menderita penyakit spiritual yang serius. Nabi Muhammad pernah berdiri di depan para sahabat dan berkata: “Bukan kemiskinan yang aku takuti untukmu, tapi apa yang aku takuti untukmu adalah dunia akan dihadirkan untukmu seperti yang telah disajikan untuk mereka yang sebelum kamu, lalu kau akan bersaing untuk itu, dan itu akan terjadi, menghancurkanmu, sama seperti itu menghancurkan mereka.” (Ibn Majah)

Sebagaimana penyakit fisik menghancurkan tubuh, penyakit spiritual menghancurkan jiwa. Ketika kita menempatkan cinta dunia di atas cinta Allah, penyakit seperti keserakahan, kesombongan, tidak tahu berterima kasih, cemburu, dan kesia-siaan semuanya mulai mengambil alih hati kita dan membuat hidup menuju kehancuran. Maka jaga jarak dengan dunia dan jangan terlalu cinta pada dunia.

Apa itu cinta dunia dalam Islam?

Mari menempatkan dunia sebagai sarana beribadah, dengan tetap rutin bersedekah. Mari salurkan sedekah terbaik kita sebagai bentuk ketatan kita melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n  Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888 dengan memilih Paket Takjil atau Paket Wakaf Al Qur’an Terjemahan dan atau memilih keduanya. (Sularto/Klikbmi)

Dalam ajaran agama Islam ada istilah yakni hubbu dunya dan hubbul akhirot. Secara bahasa diartikan hubbu Dunya yakni cinta dunia, dan hubbul akhirot yakni cinta akhirat. Membahas mengenai kedua hal ini dalam ajaran Islam tidak ada yang salah dengan keduanya. Yang salah adalah ketika diantara keduanya memiliki tupoksi yang tidak seimbang. Artinya ketika seorang muslim cenderung cinta dunia tidak baik. Sedangkan orang yang cenderung melupakan dunia dengan hanya mengejar akhirat juga tidak sepenuhnya benar. Maka antara kedua hal ini harus seimbang dosisnya dalam kehidupan umat muslim. Oleh karena itu yang pertama sangat penting kita pahami mengenai perbedaan antara cinta dunia dan cinta akhirat dalam Islam.





Di masa sekarang problematika mengenai orang yang cinta dunia memang sering menjadi topik hangat dalam kajian kajian. Mereka orang yang cinta dunia akan cenderung memiliki gaya hidup yang royal dan bebas. Dalam hidupnya akan menyepelekan dampak dari perbuatan perbuatan yang telah dilakukan. Ia menganggap bahwa apa yang telah diperbuat tidak akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Karena pada dasarnya orang yang cenderung mencintai dunia dalam hidupnya seolah tidak percaya akan adanya akhirat. Hal ini memang berbahaya namun cinta akhirat dan melupakan cinta dunia juga tidak benar. Jika dalam hidupnya akhirat hanya bisa diraih hanya dengan sekedar beribadah saja. Sehingga hidupnya di dunia mengasingkannya diri dari masyarakat. Padahal Allah SWT sudah menekankan untuk menjaga hubungan baik dengan sesama hamba - Nya yakni Hablu minannas.





Hidup bahagia dengan cinta dunia dan akhirat





Setelah memahami akibat dari ketidakseimbangan diantara keduanya. Tentu harusnya kita mengerti. Pada dasarnya kita harus paham bahwa ternyata sulit menyeimbangkan antara keduanya. Dalam hidup ini kebanyakan orang akan cenderung terfokus di antara salah satunya. Maka cara terbaik untuk membuat keseimbangan antara kedua hal ini adalah dengan memahami makna sejati dari cinta akhirat. Para ulama pernah menjelaskan bahwa jika kau kejar dunia maka ia hanya sementara dan kau tidak akan mendapatkan akhirat. Akan tetapi jika kau kejar akhirat maka kau akan mendapatkan dunia juga. Hal ini mengindikasikan bahwa kita harus paham mengenai makna cinta akhirat yang sebenarnya.





Jangan membuat pemahaman bahwa cinta akhirat berarti ia mengesampingkan kehidupan dunia seolah tidak penting. Ia perlu paham bahwa untuk memperoleh akhirat ia harus mencintai ciptaan Tuhan - Nya termasuk dunia. Dan jangan membuat pemahaman bahwa mencintai akhirat berarti ia harus membenci dunia. Maka dengan mindset demikian ia akan mampu menyeimbangkan tupoksi diantara keduanya. Ia akan tetap cinta akhirat dengan tetap menjaga hakikatnya sebagai Khalifah di muka bumi ini.

Apa yang dimaksud dengan cinta dunia?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cinta dunia merupakan kondisi seseorang yang menyukai dan mengorbankan segala yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia baik berupa harta, wanita, atau tahta. Pada akhirnya, kecintaan tersebut akan membutakan hatinya sehingga lalai terhadap akhirat.

Apa bahaya dari cinta dunia?

Benang merah yang bisa diambil pelajaran kasus terbaru ini adalah; bahaya cinta dunia itu merusak dirinya sendiri dan orang lain. Dengan perilakunya ini menyebabkan hak-hak orang terampas oleh manusia serakah, pengidap penyakit cinta dunia. “Cinta dunia adalah biang keladi dari semua kesalahan.” (HR. Baihaqi).

Bagaimana cara kita agar terhindar dari cinta dunia?

Berikut adalah cara-caranya yang bisa kamu lakukan agar dijauhkan dari sifat berlebihan terhadap dunia;.
Sadarilah bahwa dunia itu sementara..
Sadarilah bahwa dunia itu melenakan..
Sadarilah dunia itu menipu..
Carilah kebahagiaan yang hakiki (sebenarnya) yaitu kebahagiaan akhirat..

Apa akibat jika seseorang cinta harta yang berlebihan?

Kecintaan secara berlebih-lebih di dalam menumpuk harta sebenarnya selain tidak memberi manfaat terhadap dirinya, juga akan mengganggu masyarakat pada umumnya. Menumpuknya harta pada diri seseorang akan melahirkan sifat takabur, iri hati, dengki, fitnah memfitnah, dan seterusnya.