Apa itu aqiqah dalam islam

Ilustrasi kambing untuk diaqiqah. Foto: unsplash.com/@nandhukumarndd

Dalam agama Islam, aqiqah merupakan sebuah kegiatan menyembelih hewan untuk kelahiran seorang anak. Kenapa umat Muslim perlu melaksanakannya dan apa saja hikmah aqiqah?

Pengertian Aqiqah

Dikutip dari buku Aqiqah: Tata Cara dan Doanya karya Abu Nur Ahmad al-Khafi Anwar bin Shabri Shaleh Anwar (2021:2), pengertian aqiqah secara bahasa merupakan rambut anak yang baru lahir. Sementara secara istilah diartikan sebagai penyembelihan hewan qurban karena kelahiran seorang bayi dalam satu keluarga sebagai rasa syukur atas diberikannya keturunan oleh Allah SWT.

Hukum Aqiqah

Para ulama berselisih akan hukum dari aqiqah. Ada yang mewajibkan aqiqah, di antaranya adalah Syaikh Abdul ‘Azhim Al Badawi. Hal ini didasarkan dari sebuah hadist yang diriwayatkan dari Salman bin Amir adh-Dhabby Radhiyallahu’anhu, ia bertutur:

“Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Bersama seorang anak itu ada ‘aqiqahnya. Karena itu alirkanlah darah untuknya dan singkirkanlah gangguan darinya.” (HR. Ibnu Majah no. 2562, Tirmidzi no. 1551, dan Nasa’i 7/164)

Ada juga yang menyatakan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah, di antaranya Syaikh Utsaimin dan Imam Ahmad. Hal ini berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan dari Qatadah dari Al Hasan dari Samrah dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam, beliau bersabda,

“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka hendaklah disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Tirmidzi no. 2735, Abu Dawud no. 2527, Ibnu Majah no. 3165)

Sehingga, pendapat sebagian besar ulama mengatakan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dianjurkan. Namun bagi orang yang benar-benar tidak mampu, maka kewajiban aqiqah untuk anaknya gugur.

Ilustrasi kambing aqiqah. Foto: unsplash.com/@mourimoto

Hikmah Aqiqah

Terdapat berbagai hikmah yang diberikan apabila orang tua melaksanakan aqiqah atau penyembelihan hewan kurban kepada anaknya, di antaranya:

  1. Membebaskan anak dari ketergadaian

  2. Pembelaan orang tua pada hari penimbangan amal ibadah

  3. Menghindarkan anak dari musibah dan kehancuran, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim

  4. Membayarkan hutang orang tua kepada anaknya

  5. Pengungkapan rasa gembira demi tegaknya Islam dan keluarnya keturunan yang di kemudian hari akan memperbanyak umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

  6. Melepaskan bayi dari godaan setan dalam urusan dunia dan akhirat

  7. Melestarikan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian pemaparan tentang pengertian, hukum, dan hikmah aqiqah. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan kelahiran seorang bayi dalam agama Islam. (MZM)

Ibnu Al-Qayyim menegaskan bahawa aqiqah itu memelihara bayi tesebut daripada golongan syaitan dalam urusan dunia dan akhirat.

Juga sabda Rasulullah SAW yang bermaksud;

“Berserta anak itu ada aqiqah, maka alirkanlah darah untuknya, dan singkirkanlah sesuatu yang membahayakan daripadanya.” (Maksud hadis riwayat Tirmidzi)

Imam Malik menyatakan bahawa, hukum aqiqah ini adalah perintah yang tidak dapat diperselisihkan lagi.

Imam Ibnu Qayyim pula menyabitkan aqiqah dengan nilai korban seekor kambing yang dikurniakan oleh Allah SWT sebagai ganti diri untuk Nabi Ismail AS..

Maka dengan itu, difahamkan bahawa penyembelihan aqiqah untuk anak yang dilahirkan berguna untuk melindungi bayi daripada gangguan syaitan.

Sumber dari : korbanaqiqah

TRIBUNNEWS.COM - Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin, telah mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan kelahiran seorang anak.

Salah satu hal tersebut yakni mengenai aqiqah.

Aqiqah memiliki arti memutus, melubangi, dan ada yang mengatakan, akikah merupakan nama bagi hewan yang disembelih.

Distilahkan juga, aqiqah merupakan rambut yang dibawa si bayi ketika lahir.

Aqiqah merupakan salah satu ibadah untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan kepada anak yang masih suci.

Dengan adanya aqiqah, diharapkan sang bayi mendapatkan kekuatan, kesehatan lahir dan batin.

Lahir dan batinnya tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah.

Dengan aqiqah juga, diharapkan sang bayi kelak menjadi anak yang saleh-salehah dan berbakti kepada kedua orangtuanya.

Baca juga: Materi Sekolah: Pengertian, Bentuk, hingga Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial

Apa itu aqiqah dalam islam
Ilustrasi buku (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Penyimpangan Sosial? Berikut Penjelasan, Bentuk, Faktor dan Dampaknya

Dalam Buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, dijelaskan mengenai pengertian, dasar hukum, ketentuan, hikmah, dan perbedaan aqiqah dengan kurban, di antaranya:

Pengertian Aqiqah

Menurut para ulama, pengertian aqiqah secara bahasa adalah rambut kepala bayi yang tumbuh sejak lahirnya.

Sedangkan menurut istilah aqiqah berarti menyembelih hewan ternak berkenaan dengan kelahiran anak sesuai dengan ketentuan syara’ sebagai bukti rasa syukur kepada Allah Swt.

aqiqah merupakan perwujudan dari rasa syukur akan kehadiran seorang anak yang sangat didambakan oleh setiap keluarga.

Dasar Hukum Aqiqah

Mengapa kita harus melakukan aqiqah?

Aqiqah dapat diartikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran bayi. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan memotong kambing dan dibagikan kepada saudara, tetangga, dan mereka yang membutuhkan.

Aqiqah anak sampai umur berapa?

Dari laman islam.nu.or.id, dikatakan bahwa kewajiban orang tua dalam menanggung aqiqah anak berakhir ketika anak itu sudah menginjak usia baligh. Ketika anak sudah baligh akan tetapi orang tua belum melaksanakan aqiqah atas nama anak, maka orang tua sudah tidak wajib lagi melaksanakan aqiqah tersebut.

Siapa yang wajib membayar aqiqah?

Ulama Zahiriyah berpendapat hukum melaksanakan aqiqah adalah wajib bagi orang yang menanggung nafkah si anak, maksudnya orang tua bayi. Mereka mengambil dasar hukumnya dari hadits Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi.

Apa yang terjadi jika anak tidak di aqiqah?

Muslim no. 2635). Kedua, anak yang belum diaqiqahi, terhalang dari mendapatkan keselamatan mara bahaya kehidupan. Makna ini dijelaskan oleh Mula Ali Al-Qari rahimahullah, “Tergadai dengan akikahnya, maksudnya adalah, anak itu terhalang mendapat keselematan dari mara bahaya sampai dia diakikahi“.