15 siswa kelas 4 melakukan senam sebanyak 5 anak datang terlambat siswa yang terlambat adalah

FUTURE AND AFTERLIFE

Oleh

Baiq Nia Apriliana Putri

                            Siswi SMA Negeri 1 Terara                             

Pagi ini matahari yang harusnya menyinari bumi, kini tertutup oleh tebalnya awan-awan hitam. Hujan yang tadinya lebat mulai sedikit reda.Mobil ku mulai berhenti di sebuah bangunan megah yang bertulisan SMA BHINTARAJASA.Yap, aku bersekolah di sini, Namaku NALISYA TANU GABRILA ,orang-orang biasa memanggil ku tanu.saat ini aku kelas XI semester 2.

“ terimakasih pak mamat” ucapu pada supir pribadiku, ketika sudah turun dari mobil

“ sama-sama non, kalo begitu saya pamit dulu” katanya dan langsung pergi meninggalkan halaman sekolah

Setelah pak mamat pergi aku berniat untuk kekelas.tapi, baru saja akan melangkah, di depan sana aku meliahat Alana yang tengah berlari ke  arah ku. ku ramal sebentar lagi dia akan beteriak memanggil namaku.

1…..                                       

2…..

3……

“TANUUUUUU” tuh kan bener, dia terus berlari

“apa?” kata ku ketika Alana sudah berada di hadapan ku

“huh huh huh. Tanu, tau nggak?” tanyanya sambil menetralkan napasnya kembali

“nggak”

“temen mu yang baik dan cantik ini belum mengerjakan  tugas bahasa , so, sehubung anda pintar, cantik, baik,rajin menabung,rajin mengaji, dan tidak suka buang sampah sembarangan.  minta jawaban biologinya dong”

“lah? Tadi katanya belum ngerjain bahasa tapi kok yang di minta jawaban biologi?”

“ckckckck.gini ya,tadi kan aku bilang belum ngerjain bahasa, terus aku mintanya jawaban biologi . nah intinya aku minta jawaban biologi sama bahasa. Gak peka banget sih kamu jadi cewek” katanya marah

“ lah, kamu tinggal bilang minta jawaban biologi sama bahasa. gak perlu diibet- ribetin kayak tadi.”

“kalok ada yang ribet,kenapa harus yang mudah. Udah ah, sini minta buku jawabannya

“emang ya semua cewek itu apa-apa selalu di ribetin”kataku mulai sedikit aneh dengan sikap alana

“kamu juga cewe, btw”

“tapi kan, nggk seribet kamu”

“jadi,kamu bukan cewek dong?”

“lah?kok gitu?”

“tadi katanya semua cewek itu selalu ribet, nah kalok kamu gak ribet berarti bukan cewek dong?”

“gak gitu juga ih,udah ah jangan ngajak ribut. mending sekarang kita ke kelas, nanti aku kasih bukunya disana”

“Ya udah ayo”

Selama di perjalanan aku dan Alana tidak berhenti-hentinya  berdebat. Ada saja yang kami debatkan , mulai dari kenapa kantin berasa dekat dengan kelas ips sementara jauh dari kelas ipa ,sampai kenapa pak anto punya dua istri. Aneh memang, jika orang lain selalu akur dengan sahabatnya. Aku dan Alana malah sebaliknya, kami selalu berdebat  dan saling mengatai satu sama lain, tapi anehnya itu yang membuat persahabatan kami menjadi seru, dan untungnya aku dan agama bukan termasuk orang yang mudah tersinggung.

Tak terasa aku dan Alana sudah sampai di depan kelas, di kelas masih sedikit siswa yang datang. maklumlah soalnya ini masih pagi, hanya anak-anak rajin yang selalu datang pagi atau kadang ada anak-anak yang rela datang pagi hanya untuk meminta jawaban tugas yang harus di antar hari ini, seperti saat ini, beberapa teman ku sedang berkumpul di bangku rara, rara adalah murid terpintar di SMA BHINTARAJASA dia menjadi peringkat 1 paralel di sekolah ini. Meskipun rara pintar, tapi dia tidak sombong, dia selalu membantu temannya yabg membutuhkan bantuan. seperti saat ini, dia mau memberikan jawaban tugasnya kepada teman-teman kelas, teranyata benar baik dan goblok itu beda sedikit.. Dan itulah membuat rara banyak di sukai teman-teman ku. Jika di tanya apakah aku iri? Tentu saja aku akan jawab iya. oh ayolah,  bagimana aku tidak iri. Rara bisa

mendapatkan peringkat 1 paralel sementara aku hanya peringkat 2 paralel. Apalagi yang bisa ku lakukan? Usahaku juga tidak kurang-kurang, tapi tetap saja kemampuanku tidak perah sebanding dengan si peringkat satu. Andai saja aku bisa mengalahkan rara, mungkin aku tidak perlu belajar dari pagi sampai malam dan melupakan kebahagiaanku. Tapi untungnya aku mempunyai orang tua yang pengrtian. Mereka tau aku sudah berusaha dan mereka tidak pernah memaksakan keinginan mereka kepada ku, jadi hal itu cukup membuat ku tenang.

Aku dan Alana pun duduk di bangu kami, kebetulan kita memang sebangku. Setelah itu aku memberikan buku jawaban ku kepada Alana, dan dia mengerjakannya, sebenarnya aku buka tipe orang yang mudah memberikan jawaban, tapi karena selama adalah sahabatku,jadi tanpa ragu aku memberikan jawaban ku kepadanya. Beberapa menit, aku dan Alana sibuk dengan kegiatan masing-masing hingga bel masuk bunyi, untungnya Alana sudah selesai menjawab semua soalnya, karna memang tidak banyak yang harus dia kerjakan, dia sudah mengerjakan tugasnya sebagian di rumah dan beberapa soal yang tidak di mengerti dia kerjakan sesuai jawaban ku.

“pagi anak-anak” sapa buk endang guru biologi, ketika masuk kekelas

“pagi buuu” jawab semua murid

“minggu lalu ibu memberikan kalian tugas, jika sudah jadi silahkan taruh di atas meja” kata buk endang sambil menunjuk meja guru di depannya

Aku dan yang lainpun mulai mengumpulkan tugas di meja guru. Setelah semua terkumpul buk endeng menghintung jumlah buku tugas yg di kumpulkan, guna untuk melihat apakah semua mengumpulkan atau tidak.

“oke, bagus semua sudah mengmpulkan, jadi ibu anggap semua sudah mengerti. karna semua sudah mengerti, bagaimana kalau kita ulanag harian untuk membuktikan kemampuan kalian” kata bu endak dengan semangat

“yah, buk kok tiba-tiba sih” kata beni,siswa yang duduk di samping jendela

“iya buk, kita kan belum belajar” protes bara

“iya buk materinya juga banyak

"Buk, perut saya sakit jadi tidak bisa ulangan"

"Buk kepala saya mual jadi gak bisa ulangan"

"Buk telinga saya pilek jadi tidak bisa jawab soal"

Dan masih banyak alasan nyeleneh lainnya dari anak mipa 1. Hingga kelas menjadi rebut karna perotesan para murid

“OKE,OKE,SEMUA TENANGGGG” buk endang sedikit beteriak agar semu mendengar perintahnya dan benar saja kelas kembali sepi setelah itu

“ibu mengajar di kelas ini sampai jam 09.00 dan sekarang sudah jam 07.50. ibu kasih kalian waktu belajar sampai jam 08.30. dan 30 menit sisanya kalian ulangan harian,soalnya tidak terlalu sulit kok, jadi kalian tidak akan sampai pusing, bagaimana?kalian boleh belajar di manapun,keluar kelaspun boleh, tapi ingat jam 08.30 kalian sudah di kelas untuk UH”.kata buk endang meyakini.

Dan akhirnya para murid pun setuju dan mulai berhamburan keluar kelas, sambil membawa buku untuk belajar.aku dan Alana pun ikut keluar dan belajar di depan teras kelas. Karna menurut ku di sini tempatnya nyaman, dan lumayan sepi karna siswa kelas lain sedang belajari di kelas dan beberapa teman kelasku memilih belajar di taman atau di kantin sambil makan minum.

Tak terasa jam sudah menunjukan jam 8.25 beberapa muridpun sudah masuk kelas, bigitupun aku dan alan. Lima menit lagi ulangan di mulai, aku mempersiapkan apa-apa yang ku butuhkan nanti, seperti pensil, polpen dan lain-lain.. tepat jam 08.30 buk endang berdiri dari kursi guru dan membagikan lembaran-lembaran soal yang suda beliau buat.  Akupun mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan. Soalnya tidak sebanyak dan sesulit yang ku bayangkan, soalnya 15 pilihan ganda dan 5 esay, karna ini hanya ulangan harian mendadak, jadi buk endang hanya membarikan soal-soal dasar,hanya untuk menilai kemampuan muridnya. Tidak membutuhak waktu yang lama akupun jadi, kulihat jam di dinding menunjukan jam 8.52. jadi tinggal 8 menit lagi waktu untung mengerjakan soalnya habis, aku memperhatikan teman-teman kelasku yang masih mengrjakan soal dan sudah di pastikan bahwa rara sudah jadi tapi, sepertinya di sedang memerikasa jawabannya ulang. Saat sedang memperhatikan kelas, tatapan mataku terhenti di satu titik, tepat di meja depan bagian kananku disana ada nayla, dia seperti sedang mengerjakan soal tetapi sesekali menghadap bawah dan selembar kertas, dan aku tahu itu pasti lembaran contekan. Tentu saja aku tidak terima jika ada anak yang menyontek sementara yang lain lelah belajar guna mendapatkan nilai bagus, jadi aku memutuskan mengantar lembar jawabnaku ke meja buk endang dan memberitahu tentang nayla, saat ku beritahu buk endang mengangguk dan membolehkan ku keluar karna sudah jadi. Saat baru sampai di depan pintu, aku mendengar buk endang memanggil nama nayla, dan selanjutnya aku tidak tahu, karna aku langsung pergi menuju tujuan utama ku , yaitu ke kamar madi, sebenarnya aku sedang menahan sakit perut dari tadi.

Aku di kamar mandi sekitar 10 menit dan keluar ketika bel keluar main berbunyi. Aku bingung harus kemana, ke kantin atau kekelas ya? Jadi aku asal-asal jalan saja lah. Tapi katika sedang keliling, aku tidak sengaja meliah rara masuk ke dalam ruangan temat baya SPP, karna aku punya jiwa ingintahu yang tinggi jadi aku memutuskan untuk mengintip di jendela, tapi  aku masih bisa sedikit mendengar percakapan didalam  sana. Berdasaran suara yang aku tangkap, aku tahu bahwa rara akan membayar SPP selama satu bulan, tetapi masih ada sisa satu bulan lagi yang di bayar, dan rara berysaha meyakini pak bambang selaku orang yang bertanggungjawab mengenai SPP sekolah, agar di beri waktu lagi, karna rara anak yatim dan tinggal di panti jadi pak bambang memakluminya, lalu rara beterimakasih dan pamit keluar mendengar itu aku langsung bingung sendiri mencari tempat persembunyian, tapi aku tidak menemungan tempat persembunyian yang tepat, jadi aku memutuskan untuk berlari saja, entah kemana aku berlari yang penting tidak ketahuan oleh rara, aku terus berlari higgaa di depan perpustakaan aku tiak sengaja menabrak seseorang

“BRAKKKK” aku terjatuh dengan tidak aesthetiknya

“tanu” aku mendengar orang yang ku tabrak tadi memanggilku, dari suaranya aku sudah tau bahwa ini pasti Alana. dengan perlahan aku mendongakkan kepala ku untuk memastikannya, dan yap aku benar itu Alana

“hai” kataku sambil nyengir

“kamu kemana aja sih dari tadi aku cariin,terus ini kenapa lari-lari seperti dikejar setan”

“heheheh gak papa kok” kataku sambil berdiri

“nah, mumpung kita sudah ketemu, gimana kalok kita ke kantin aja, aku dari tadi lapar, tapi karna aku anak yang baik dan setia kawan jadi kutahan dan pergi mencari mu”

“ uwuuuu anak baik, yaudah,ayoooo!!” kataku semangat sambil menggandeng Alana.

Di kantin ternyata sudah ramai oleh para murid SMA BHINTARAJASA. karna takut tidak mendapat tempat dan makanan aku dan Alana memutuskan bagi tugas, Alana pergi memesan makanan dan aku pergi mencari tempat duduk, dan yap dengan mudah aku sudah menemukan tempat duduk, aku melihat Alana masih mengantri membeli makanan jadi kuputuskan untuk duduk sambil memperhatikan orang-orang. Tak butuh waktu lama,Alana pun datang membawa makanan pesanan kami,dulu pertama kali aku makan dengan Alana di kantin, aku sedikit heran bagaimana bisa dia cepat mendapatkan makanan sementara, antriannya sangat panjang, tapi makin ke sini aku sudah mulai tau ternyata selain cerewet alna juga ternyata punya kemampuan memotong antrian seperti ibu-ibu, dan tiak ada yang berani memarahinya.

Alana menaruh bakso dan es teh yang ku pesan di depan ku, dan kami pun menikmati makanan yang kami pesan sambil sesekali bercerita dan berdebat, tapi ketika kita sedang asik makan tiba-tiba…….

“BRAKKKKK” seseorang menggebrak meja kami, aku cukup terkejut dapat ku lihat orang yang tadi menggebrak meja kami adalah nayla

“TANUUU, LO KAN YANG TADI NGADU KE BUK ENDANG TENTANG GUE” katanya dengan nada tinggi dan kata lo gue nya,dia pikir dirinya keren mungkin

“kalok iya kenapa?, terserah gue dong, itu juga salah lo, nyontek pas ulangan,lagian soalnya gak sulit-sulit amat tapi kok lo nyontek ya, apa emang lo sebego itu? Kataku tak kalah sewot

“LO YA” dia mulai marah dan mengambil gelas the milik ku dan selanjutnya

“byyuuurrrrrr” oh tidak dia menyiram ku dengan es teh miliku. Mungkin aku akan memaafkan nya jika hanya menyiramku. Namun ini dia menyiramku dengah es teh milikku dan aku daritadi sengaja menyiksakannya untuk diminum ketika haus, dan dia dengan mudahnya membuangnya, tapi untung saja itu hanya tersisa sedikit, sehingga aku tida terlalu basah.

“huk huk huk”Tidak mau kalah, aku pura-pura batuk lalu mengambil jus alpukat milik Alana dan pura-pura meminumnya, ketika airnya sudah terkumpul di mulutku lalu yang ku lakukan adalah

“byurrrrrssss” hahah aku menyemburnya seperti dukun, dan tidak tanggung tanggung hal itu cukup membuat muka dan baju Alana basah.

“iiiii lo jorok bangt sih, aaaa jadi basah kan, awas lo ya, gue bales” katanya sambil menghentak-hentakan kaki lalu pergi meninggalkan kantin.

“hahaahh, lucu banget, bedaknya jadi luntur tadi terus mukanya aneh kayak induk ayam yang lagi ngelahirin ” Alana tidak lagi bisa menahan tawanya, di terus tertwa sampai mengeluarkan air mata.

“ayam gak ada yang ngelahirin, adanya beretelur” kataku mengkoreksi perkataan alan. mendengar perkataanku tadi membuat alan mengehntikan tawa nya sejenak sambil mengarahkan bola matanya ke atas , seperti sedang berpikir

“lah iya ya HAHAHAHHA” sepertinya kali ini Alana tidak lagi mengetawai wajah nayla ,tetapi dia mengetawai kebodohannya sendiri.

“udah ah jangan ketwa mulu,nanti nangis. Lebih baik sekarang temenin aku ganti baju yuk, kulitku rasanya mulai lengket karna teh”.

“oh ya aku lupa, yaudah hayuk”

Aku dan Alana pun akhirnya pergi dari kantik untuk bersih-bersih ke kamar mandi, sebelum ke kamar mandi, kita pergi mengambil baju ganti ku di loker dulu. Di sekolah ini memang di sediakan loker untuk setiap muridnya, dan untungnya aku mempunyai dua seragam putih abu, jadi tinggal di ganti saja, disini juga kamarmandinya sangat bersih dan modern jadi tidak aneh kalok ada beberapa murid yang mandi di kamar mandi sekolah. Tepat setelah aku bersih-bersih dan ganti baju, bel masuk berbunyi. Kegiatan belajar mengajar pun di mulai lagi sampai bel pulang sekolah berbunny.

Tepat pukul 01.30 siang aku sampai di rumah, seperti biasa orang tuaku belum pulang bekerja jam segini biasanya mereka akan pulang nanti sore atau malam dan hanya ada beberapa art yang kutemui di rumah, jadi aku memutuskan langsung masuk kekamar dan sesekali menyapa balik para art yang menyapaku. Aku satu-satunya anak yang ada di keluraga ini atau boleh dibilang, aku anak tunggal.  Jika ditanya bosen gak sih jadi anak tunggal?, tentu saja jawabanku Tidak. Karna dari kecil aku sudah terbiasa menjadi satu-satunya anak di rumah ini,  menyenangkan  mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua, dan untungnya orang tua ku masih cukup muda dan tidak ketinggalan jaman, jadi cukup menyenangkan bercanda gurau dengan mereka,pernah suatu hari kami jalan-jalan bertiga orang - orang berpikir bahwa kami saudara kakak beradik bukan orang tua dan anak, kada aku juga berpikir , ini orang tua ku yang terlalu muda atau aku yang terlihat tua. 

Ketika sampai dikamar aku tidak langsung tidur,melainkan mengerjakan tugas-tugas yang belum di selesaikan, sebelum itu aku ganti baju dan sholat dzuhur terlebih dahulu. Aku biasanya tidur siang ketika mengantuk saja dan saat ini aku tidak sedang mengantuk. Ketika semua tugasku selesi, aku masih lanjut belajar untuk mata pelajar besok harinya.

“TOK TOK TOK” seseorang mengetuk pintu kamarku

“hay sayang, sedang apa?” kata seorang wanita cantik berhijab yang muncul dari balik pintu

“oh? Hay bundaaa, bunda kapan pulang?” kataku sambil berjalan menghampirinya

“baru saja, tanu sedang apa?”

“tanu sedang belajar bun” balasku.

“anak bunda rajin banget ya, sudah makan belum?” kata bunda sambil mengusap kepalaku. Aku sepontan melihat jam di dinding dan ternyata sudah menunjukan jam lima sore, yah beginilah kebiasaanku kalok sudah terlanjur belajar aku sampai lupa unuk makan.

“hehehe belum bun”

“yallah sayang. bunda tau belajar memang penting tapi kesehatan jauh lebih penting, kalok sampe kamu sakit gara-gara lupa makan gimana?. Udah ya belajarnya di lanjutin nanti aja, sekarang makan bareng bunda aja yuk” kata bunda sambil menunjukan senyum manisnya.

“iya bund, maaf.”

Akhirnya aku dan bundapun turun keruang makan untuk makan bersama kami hanya makan berdua, soalnya ayahku belum pulang bekerja kata bunda ayah ada pasien yang harus di oprasi malam ini, jadi akan pulang terlambat. Aku satu-satunya anak yang di miliki oleh ayah bunda atau dalam kata lain aku adalah anak tunggal Selesai makan aku kembali belajar sampai malam hari. Biasanya kalok sore aku belajar untuk mata pelajaran besoknya, nah jika malam hari,aku belajar tentang utbk. Walaupun aku masih kelas sebelas tapi aku sudah mempersiapkan tes untuk masuk perguruan tinggi sejak sekarang agar tidak terlalu susah saat kelas dua belas nanti. Aku tidur sekitar jam 10 malam setelah solat isya dan bangun ketika azan subuh. Aktivitasku terus berjal seperti itusetiap hari.

   Hari ini siswa SMA BHINTARAJASA di pulangkan lebih pagi, karna ada rapat di sekolah, jadi dirumah aku hanya belajar,belajar dan belajar, karan di umumkan hasil rapat tadi katanya aka nada ulangan penaikan kelas empat hari lagi jadi aku harus ekstra belajar. Tapi karna bosan berada di kamar seharian jadi, aku memutuskan untuk pergi ke supermarket memberi cemilan sambil cari angin . ketika di perjalanan aku seperti melihat seorang yang mirip rara , dan ternyata benar itu rara. Tapi tunggu, kenapa dia terlihat baru saja menangis.  Karna penasaran aku pun mengikutinya, selama mengikutinya aku tidak melihat ada yang aneh, dia hanya berjalan menggunakan kaki  seperti biasa, dan jalanan yang dilalu juga sama dengan jalan menuju panti tempatnya tinggal, jadi untuk apa aku mengikutinya?. Ckckck buang-buang waktu saja. Jadi aku memutuskan untuk pulang saja, tapi ketika akan berbalik untuk pulang di depan sana aku melihat papan besr bertulisan panti asuhan kasih ibu,  sebenarnya aku hanya tau tempat dan nama pantinya saja, tapi aku tidak pernah masuk kedalamnya. Jadi, mumpung aku ada di sini, bagaimana kalok aku masuk dan melihat- lihat panti itu dulu, oh ya aku hamper lupa tadi kan rara terlihat seperti orang yang barusaja menangis jadi, mari kita cari tahu juga apa penyebab rara menangis.

Aku melihat rara mulai masuk kedalam panti, jadi akupun cepat-cepat mengikutinya tapi masih dengan menjaga jarak agar tidak ketahuan.  Saat sudah masuk di halaman panti, aku tidak melihat adanya anak kecilyang bermain, hal itu membuatku makin penasaran, aku melihat rara mulai masuk melalui pintu depan panti, lalu aku harus kemana? Yakali ikut rara masuk lewat pintu depan sih, kan aku sedang menguntitinya jika ketahuan kan malu. Jadi aku memutuskan untuk mengintip lewat jendela samping panti saja, disana aku mengetahui penyebab anak panti tidak bermain di halaman tadi, ternyata anak-anak panti itu sadang berkumpul untuk mengaji bersama,dan dapat kulihat rara juga mulai ikut bergabung disana. Ruangan panti yang tidak terlalu besar itu mulai di penuhi oleh suara-suara merdu anak-anak panti yang membaca ayat suci al qur’an. Entahlah kenapa hatiku mersa hangat mendengar suara merdu anak-anak itu, aku jadi berpikir, orang tua mana yang begitu jahatnya menaruh dan tidak mau merawat anak-anak polos dan imut itu di panti, kenapa mereka tega melakukan itu?.

“MALING,MALING,MALING” tiba-tiba aku terkejut oleh suara anak kecil yang beteriak memanggil maling, apakah ada maling? Jika benar itu sungguh bahaya aku harus menyelamatkan diri. Tapi tunggu dulu sepertinya suara itu berada di dekatku dan suara anak kecil itu makin terdengar dekat, kucari-cari ternyata benar, dari arah belakang panti dapat kulihat ada anak kecil gembul berlari kearah ku sambil terus berteriak maling, aku sedikit bingung, dimana malingnya ya? Dan kenapa anak itu terus berlari kerahku?, apa malingnya berada di belakangku? tapi saat melihat kebelakang,aku tidak menemukan adanya maling di sana. Dan kenapa malah anak kecil yang berlari itu tiba-tiba memeluk kaki ku?.oh imutnya tingginya hanya sampai pinggangku,jadi dia hanya bisa memeluk bagian kaki ku saja,  hal itu membuat ku gemas, ketika aku mengarahkan tangan ku intung mencubit pipi tembemnya tiba-tiba dia menggit tangan ku

“akahhhh, kenapa kau menggigit tanganku” aku sedikit berteriak,karan gigitannya benar -benar sakit,tapi untung saja bocah gembul itu langsung melepaskan gigitannya dari tangan ku.

“kakak maling ya?” tanyanya dengan wajah polos

“nggak” aku langsung membatah pertanyaan nya

“lalu untuk apa kakak mengintip?” dia kembali bertanya. Dan pertanyaannya cukup membuatku bingung, masah sih aku harus jujur mengatakan bahawa aku sedang mengikuti rara, kan tidak keren, malu-maluin juga.

“tukan gak di jawab, jadi kakak beneran maling”

“GAGA” teriakan itu mengalihkan perhatian kami kepada orang yang berteriak itu, disana ada banyak anak panti, seorang wanita berhijab yang lumayan tua dan yang membuatku makin terkejut, di sana ada rara juga. Rara mulai maju mendekati kami

“tanu? Kenapa Kau disini?” Tanya rara

“kakak mengenal maling ini?” oh tidak kenapa bocah ini memanggilku maling

“maling? Kenapa kau menyebutnya maling?” rara kembali bertanya

“iya, aku tadi melihatnya mengintip di jendela seperti maling”

“gaga, kakak ini bukan maling, dia itu temen kak rara di sekolah jadi dia kesini untuk menemui kak rara” rara berusaha meyakinkan boceh kecil itu

“ooo begitu ya, yaudah, kakak malin, gaga minta maaf ya karna sudah mengira kakak maling itu maling tadi” anak yang kutahui namanya gaga itu meminta maaf kepada ku. Tapi sayangnya kenapa dia terus memangilku dengan sebutan kakak maling, tapi karna kata-kata itu terdengar lucu, jadi aku biarkan saja lah.

“iya gak papa gaga, kakak maling sudah maafin kok” kataku sambil mecubit pipi gembul incaranku dari tadi

“yaudah karna semuanya sudah saling memafkan, gimana kalok sekarang semuanya masuk ke dalam. Kak rara ingin berbicara dengan kakak tanu dulu di taman ya” ucap rara kepada semanya dan benar saja sekarang semuanya sudah masuk kedalam, dan sekarang hanya ada aku dan rara di sinia. Oh tidak apakah rara akan bertanya yang aneh-aneh? Apakah rara akan marah? Huhhh semoga saja pikiranku tidak benar.

“tanu, kita bicara di bangku taman saja yuk” kata rara sambil mengarahkan ku ke taman yang ada di panti

“oke tanu, bagaimana bisa kau sampai di pantiku dan untuk apa ku mengintip lewat jendela?” rara langsung bertanya saat kami sudah duduk di bangku taman.karna melihat wajah serius rara aku mejadi sedikt takut, ingathanya sedikit y . jadi aku pun menceritakan semuanya,mulai dari aku mau ke supermarket, sampai melihat papan nama panti, yang membuatku penasaran tentang panti.

“baiklah tanu, terimakasih sudah mau memperhatikan panti di sini, tapi kau tidak boleh mengintip lewat jendela seperti tadi”

“baiklah aku minta maaf, lain kali aku tidak akan mengintip di jendela lagi, nanti akan ku cobak mengintip dari atas genteng”

“ha?” rara terkejut mendengar perkataan aneh ku

“hahahaha aku bercanda”  tawaku mulai terlepas melihat wajah terkejut rara saat

“hahahahaha” dan akhirnya rara pun ikut tertawa melihat ku.  Ini pertama kalinya aku dan rara sedekat ini. Yah walaupuan aku sedikit iri atas kepintaran rara tapi aku tidak membencinya, aku hanya ingin bersaing secara sehat dalam mendapatkan peringkat, bukan saling memusuhi atau pun menjatuhkan. Saat sedang tertawa aku baru mengingat soal rara yang terlihat baru selesai menangis tadi, jadi aku menanyakannya

“emm,rara” aku mulai membuka suara, rasanya sedikit canggung

“iya?”

“sebenarnya tadi aku melihat mu seperti orang yang baru saja menangis, kalok boleh tau apa yang membuatmu menangis?”

“em gimana ya?” rara terlihat sedikit sedih

“eh,eh maaf, jika tidak bisa di ceritakan tidak apa –apa kok.” Aku mulai tidak enak melihta raut wajah sedih rara

“nggak papa kok,sebenernya aku tadi habis dari makam orang tua ku”

“makam?”

“iya,karna sebentar lagi kita akan ualangan penaikan kelas, jadi aku kesana untuk minta restu mereka.hal itu sudah biasa kulakukan ketika butuh restu mereka” kata rara sedikit sedih, mungkin ia jadi teringat orang tuanya

“aduh raa,aku minta maaf, aku tidak bermaksud mebuatmu menjadi sedih lagi” kataku semakin tidak enak

“kok minta maaf, kamu gak salah apa-apa kok” katanya sambilmenunjukan senyum manisnya kepadaku. Dari pandangan matanya aku dapat tahu bahwa rara termasuk orang yang sangat tulus. Tapi ada satu hal yang belum ku tahui dari rara.soal bagaimana caranya belajar tanpa dukungan orang tua, tapi masih bisa mendapatakan peringkat satu parallel.

“wajahmu terlihat aneh, apakah kau ingin menanyakan sesuatu? Pertanyaan rara membuyarkan lamunanku

“benarkah apa wajahku seaneh itu?” aku sepontan memegang wajahku

“hahaahha, tetu saja tidak. Tapi di lihat dari raut wajahmu, sepertinya kau punya sesuatu yang ingin di tanyakan.apakah aku benar?”

“wahh, keren selain pintar kau ternyata bisa membaca pikiran orang hanya dari wajah” kataku takjub mendengarnya

“jadi, apa yang ingin kau tanyakan”

“emm, sebenarnya aku dari dulu ingin menanyakan ini kepadamu. Bagai mana bisa kau mendapatakan juara parallel tanpa ada dukungan siapapun, maksudku kau kan tidak punya keluraga, orang tuamu sudah meninggal,dan kau tidak tau keluarga mu, seharusnya seperti yang di film-film, kau akan menjadi anak broken home yang nakal, tapi yang kulihat darimu malah sebaliknya. Dan bagaimana caranya kau mendapatkan peringkat 1 parallel , padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin, belajar dari pagi sampai malan, dan melupakan semuanya. Yang ada di pikiranku hanya belajar,belajar,dan harus belajar. Tetapi tetap saja peringkatku selalu ada di bawah mu, bagaimana caranya?.”  aku terus saja berceloteh tanpa henti dan tidak tahu apakah perkataanku tadi menyakitinya atau tidak.

“iya, ku benar orang tua ku sudah meninggal, tapi soal kelurga sepertinya aku tidak setuju dengan mu. aku memang tidak mengetahui siapa keluarga kandungku. Tapi di sini aku masih punya buk nining selaku pengurus panti dan anak-anak panti, aku sudah menganggap mereka sebagai keluarga, karna hanya mereka yang selalu ada di saat aku membutuhkan bantuan,hanya mereka yang selalu mendukung setiap pilihan ku, dan hanya merekayang membuat ku bisa bertahan sampai saat ini. Untuk hal peringkat, sebenarnya semua orang pintar,hanya saja di beda kan oleh kesadaran setiap orang,ada yang mau berusaha atau pun ada yang tidak. Dan kau sudah menjadi orang pintar yang mau berusah, tapi karna usaha mu itu kau jadi melupakan satu hal yang penting.  Apa kau tahu apa itu?

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

ibadah.  apakah kau pernah mendengar kata-kata yang mengatakan tentang. bukan beratnya ujian yang membuat kita tidak mampu, tapi jarak yang kita miliki dengan allah yang menyebabkan kita seakan tidak mampu melakukannya. Mungkin  kau bahkan terlalu ambis mengejar cita-cita di dunia hingga lupa bahwa nilai akhirat jauh lebih besar daripada nilai dunia, dan selalu ingat bahwa orang  yang menjadikan akhirat sebagai ambisinya, akan allah cukupi segala kebutuhan hidupnya.  Jadi apa kau sudah tau masalahnya ada dimana?

“iya aku tau.terimakasih ra,karna sudah menyadarkanku” 

“iya, sama-sama. Aku senang bisa membantu mu.”

“kau memang orang yang baik ra.Sepertinya aku sudah terlalu lama di sini, aku takut orang tuaku mencariku, sebaiknya aku balik sekarang. Salam ke buk nining dan anak panti yang lain. Sekali lagi terimakasih y rara.”

“iya sama-sama. Hati hati di jalan ya”

“IYA, SAMPAI JUMPA BESOK RA” kataku sedikit berteria, karna aku sudah mulai jauh dari panti.

Tak terasa dua minggu sudah berlalu, dan para murid SMA BHINTARAJASA sudah menyelesaikan ulangan penaikan kelasnya. Dan ini adalah hari yang paling menegangkan bagimurid-murid yang tidak sabar menantikan hasil dari kerjakeras merka Selama seminggu terakhir. tapi seprtinya hal itu tidak berlaku untuk ku,Alana, dan rara.karna saat ini kami malah asik bercanda di bangku bagian belakang kelas. Yap, sejak kejadian di panti waktu itu aku,Alana dan rara jadi semakin dekan, kami bahkan selalu belajar bersama selama ulangan . Sebenarnya aku juga merasa gugup dan sedikt tegang menunggu hasilnya. Tapi aku bersyukur karan sekarang aku tidak seambis dulu, aku mulai memperbaiki pola ibadah dan kesehatnku. Untuk masalah nilai, aku tidak terlalu memikirkannya, aku sudah berjuang sebaik mungkin dan aku hanya tinggal mempasrahkan hasilnya kepada allah. Apapun hasil nya nanti aku yakin bahwa itu pasti yang terbaik yang di berikan allah kepada ku.

Ketika sedang asik bercanda tiba-tiba wali kelas kami buk seri masuk kekelas sambil membawa setumpuk rapot, semua murid mulai duduk kembali ke bangku masing-masing, begitupun kami bertiga.  Buk sri mulai membuka kelas dan memberi beberapa nasihat kepada kami,beliau berharap apapun hasilnya nanti semua tidak akan kecewa. Dan sekarang saatnay pembagian rapot datang.aku memang tidak terlalu berharap, tapi entah kenapa aku masih tetap merasa gugup. Buk sri berdiri dan memegang kertas berisi paringkat para murid XI MIPA1 .

“baiklah ibu akan membacakan peringkatnya, mulai dari yang mendapat peringkat tiga.. baik untuk peringkat tiga, selamat kepada Alana febria.” Waw ternyata Alana mendapatka peringkat tiga besar, wah tidak sia-sia menjadikannya teman ku.suara tepuk tangan mulai terdengar keras.

“baik lah tidak perlu berlama lama, ibu, akan menyebutkan peringkat keduanya, peringak kedua selamat kepada, nalisya tanu gabrila” alhamdulillah ternyata aku masih bisa masuk ke pertingkat tiga besar,walupun hanya peringkat kedua tapi aku tetap bersukur, karna masih banyak orang lain yang menginginkan posisi ku saat ini. Tak lupa tepuk tangan juga di berikan ke padaku.

“oke lanjut ke posisi pertama, posisi pertama selamat kepada rara putri sanjaya” yah ini dia salah satu teman ku juga, dia memang pintar, dan aku bersyukur di kelilingi orang-orang yangdan baik hati di sekitarku. Rara pun maju dan mendapatkan tepuktangan dari murid lain juga.

“oke belum sampe di situ, ada satu kejutan yang ingin ibu bilang. Ternyata peringkat parallel di SMA BHINTARAJA didapatka oleh ketiga siswi XI MIPA 1 INI. Dengan rara sebagai juara satu parallel,tanu sebagai juara dua parallel, dan Alana sebagai juara tiga parallel, tolong berikan tepuk tangan merihnya kepada mereka bertiga.” perkataan buk sri tadi cukup membuat kami terkejut. Dan mulai terdengar lagi suara tepuk tangan di kelas ini.

Aku,Alana dan rara saling berhadapan.  Terdapt pancaran kebahagiaaan di wajah kami masing-masing. Aku bahkan tidak pernah berfikir akan sangat bahagia berdiri di depan sini sambil mendengarkan temuk tangan murid lain kepadaku dan kedua sahabatku. Aku tidak menyangka walaupun berada di posisi kedua aku bisa merasakan kebahian ini, berada di tengah-tengah dari dua orang yang baik. Membuatku tidak henti-hentinya memancarkan senyum kebahagiaaan, ini memang hal kecil, tapi hal kecil inilah yang tidak akan bisa ku lupakan sampai tua nanti.