Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai kemudian Perang Alam II. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak mempunyai sejak Agustus 1945, sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal saat. Walaupun hasrat sebagai melawan sampai titik kemudian dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang dari Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet sebagai memerankan sebagai mediator dalam perjanjian damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap sebagai menyerang Jepang dalam usaha memenuhi perjanjian kepada Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.

Show

Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan penyerbuan mendadak ke koloni Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar Pakta Netralitas Soviet–Jepang. Kaisar Hirohito campur tangan setelah terjadi dua peristiwa mengejutkan tersebut, dan memerintahkan Dewan Penasihat Militer sebagai menerima syarat-syarat yang dinegosiasikan Sekutu dalam Deklarasi Potsdam. Setelah berlanjut perundingan di balik layar selama beberapa hari, dan kudeta yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di depan rakyat pada 15 Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebut Gyokuon-hōsō (Siaran Suara Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Pendudukan Jepang oleh Komandan Tertinggi Sekutu dimulai pada 28 Agustus. Upacara kapitulasi disediakan pada 2 September 1945 di atas kapal tempur Amerika Serikat Missouri. Dokumen Kapitulasi Jepang yang ditandatangani hari itu oleh pejabat pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri Perang Alam II. Warga sipil dan anggota militer di negara-negara Sekutu merayakan Hari Kemenangan atas Jepang (V-J Day). Walaupun demikian, sebagian pos komando terpencil dan personel militer dari kesatuan di pelosok-pelosok Asia menolak sebagai menyerah selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi Jepang, sejarawan terus berargumen tentang etika penggunaan bom atom. Perang antara Jepang dan Sekutu secara resmi pengahabisannya ketika Perjanjian San Francisco mulai berlanjut pada tanggal 28 April 1952. Empat tahun kemudian Jepang dan Uni Soviet menandatangani Deklarasi Bersama Soviet–Jepang 1956 yang secara resmi mengakhiri perang antara kedua negara tersebut.

Kekalahan Jepang

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pendaratan Sekutu di Ajang Perang Operasi Samudra Pasifik, Agustus 1942 sampai Agustus 1945.

Pada tahun 1945, Jepang telah nyaris dua tahun terus-menerus merasakan kekalahan berkepanjangan di Pasifik Barat Kekuatan, kampanye militer Mariana, dan kampanye militer Filipina. Pada Juli 1944 setelah Saipan jatuh, Jenderal Hideki Tōjō ditinggikan sebagai perdana menteri oleh Jenderal Kuniaki Koiso yang menyalakan Filipina sebagai tempat pertempuran berikutnya yang menentukan.[1] Setelah Filipina jatuh, giliran Koiso yang ditukar oleh Admiral Kantarō Suzuki. Pada paruh pertama tahun 1945, Sekutu sukses menguasai Iwo Jima dan Okinawa. Setelah direbut Sekutu, Okinawa menjadi kawasan singgahan sebagai menyerbu ke pulau-pulau utama di Jepang.[2] Setelah kekalahan Jerman, Uni Soviet diam-diam mulai mengerahkan kembali pasukan tempur Eropa-nya ke Timur Jauh, di samping sekitar empat puluh divisi yang telah ditaruh di sana sejak tahun 1941, sebagai penyeimbang kekuataan jutaan Tentara Kwantung.[3]

Operasi kapal-kapal selam Sekutu dan penyebaran ranjau di lepas pantai Jepang telah menghancurkan sebagian akbar armada dagang Jepang. Sebagai negara dengan sedikit sumber kekuatan alam, Jepang bergantung kepada bahan mentah yang diimpor dari daratan Asia dan dari wilayah pendudukan Jepang di Hindia Belanda, terutama minyak bumi.[4] Penghancuran armada dagang Jepang, ditambah dengan pengeboman strategis kawasan industri di Jepang telah meruntuhkan ekonomi perang Jepang. Produksi batu bara, besi, besi baja, karet, dan pasokan bahan mentah lainnya hanya tersedia dalam banyak kecil dibandingkan pasokan sebelum perang.[5][6]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kapal tempur Jepang Haruna karam di tempat bersandarnya di pangkalan angkatan laut Kure pada peristiwa Pengeboman Kure 24 Juli 1945.

Sebagai dampak kerugian yang dialami, kekuatan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah habis. Setelah serangkaian pengeboman Sekutu di galangan kapal Jepang di Kure, Prefektur Hiroshima, kapal-kapal perang Jepang yang tersisa hanyalah enam kapal induk, empat kapal penjelajah, dan satu kapal tempur. Namun, semua kapal tersebut tidak memiliki bahan bakar yang cukup. Walaupun sedang mempunyai 19 kapal perusak dan 38 kapal selam yang sedang operasional, pengoperasian mereka menjadi terbatas dampak kekurangan bahan bakar.[7][8]

Persiapan pertahanan

Menghadapi probabilitas penyerbuan Sekutu ke pulau-pulau utama Jepang, dimulai dari Kyushu, Jurnal Perang Markas Akbar Kekaisaran menyimpulkan,

Kami tidak dapat lagi memimpin perang dengan mempunyai sedikit pun hasrat sebagai menang. Satu-satunya jalan yang tersisa adalah mengorbankan nyawa seratus juta rakyat Jepang sebagai bom hidup agar musuh kehilangan semangat bertempur.[9]

Sebagai usaha darurat yang terakhir sebagai menghentikan gerak maju Sekutu, Komando Tertinggi Kekaisaran Jepang merencanakan pertahanan Kyushu secara habis-habisan. Usaha yang dinamakan dengan sandi Operasi Ketsu-Go [10] ini dimaksudkan sebagai perubahan strategi yang radikal. Berlainan dari sistem pertahanan berlapis seperti yang dipakai sewaktu menginvasi Peleliu, Iwo Jima, dan Okinawa, kali ini semuanya dipertaruhkan di pantai. Sebelum pasukan dan perlengkapan didaratkan transpor amfibi di pantai, mereka hendak diserang oleh 3.000 pesawat kamikaze.[8]

Bila strategi ini tidak mengusir Sekutu, Jepang hendak mengerahkan 3.500 pesawat kamikaze tambahan berikut 5.000 kapal bunuh diri Shin'yō ditemani kapal-kapal perusak dan kapal-kapal selam yang sedang tersisa--hingga kapal terakhir yang operasional--untuk menghancurkan Sekutu. Bila Sekutu menang dalam pertempuran di pantai dan sukses mendarat di Kyushu, hanya hendak tersisa 3.000 pesawat sebagai mempertahankan pulau-pulau Jepang yang lain. Walaupun demikian, Kyushu hendak dipertahankan "hingga titik darah penghabisan".[8] Strategi membuat pertahanan terakhir di Kyushu didasarkan pada asumsi bahwa Uni Soviet hendak tetap mempertahankan netralitas.[11]

Serangkaian gua digali tidak jauh Nagano di Honshu. Gua-gua yang disebut Markas Akbar Kekaisaran Bawah Tanah Matsushiro tersebut hendak menjadi Markas Angkatan Darat pada saat terjadinya invasi Sekutu serta rumah perlindungan untuk Kaisar Jepang dan keluarganya.[12]

Dewan Penasihat Militer

Pengambilan keputusan perang Jepang berpusat di Dewan Penasihat Militer yang mempunyai anggota enam pejabat tinggi: perdana menteri, menteri luar negeri, menteri angkatan darat, menteri angkatan laut, kepala staf umum angkatan darat, dan kepala staf umum angkatan laut.[13] Saat kabinet pemerintah Suzuki terbentu pada April 1945, keanggotaan dewan terdiri dari:

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kabinet Suzuki, Juni 1945

  • Perdana Menteri Admiral Kantarō Suzuki
  • Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō
  • Menteri Angkatan Darat Jenderal Korechika Anami
  • Menteri Angkatan Laut Admiral Mitsumasa Yonai
  • Kepala Staf Umum Angkatan Darat Jenderal Yoshijirō Umezu
  • Kepala Staf Umum Angkatan Laut Admiral Koshirō Oikawa (kemudian ditukar oleh Admiral Soemu Toyoda)

Secara hukum, Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memiliki hak sebagai mencalonkan (atau menolak pencalonan) masing-masing menteri. Sebagai kemudiannya, Jepang dapat menghindari pembentukan pemerintahan yang tidak diingini, atau terjadinya pengunduran diri yang dapat menjatuhkan pemerintah yang sedang berlanjut.[14][15]

Kaisar Hirohito dan Penjaga Cap Pribadi Kaisar Kōichi Kido juga ada di beberapa pertemuan, setelah dimohon Kaisar.[16] Seperti yang dilaporkan Iris Chang, "Jepang sengaja menghancurkan, menyembunyikan, atau memalsukan sebagian dari dokumen rahasia perang mereka"[17][18]

Perbedaan pendapat di kalangan pemimpin Jepang

Kabinet Suzuki, dalam beragam bidang, semakin memilih meneruskan perang. Untuk Jepang, kapitulasi nyaris tidak terpikirkan. Dalam 2000 tahun sejarahnya, Jepang tidak pernah diinvasi bangsa asing atau kalah dalam perang.[19] Hanya Menteri Angkatan Laut Mitsumasa Yonai yang dikenal memiliki hasrat sebagai mengakhiri perang.[20] Menurut sejarawan Richard B. Frank:

Walaupun Suzuki pastinya melihat perdamaian sebagai tujuan jangka panjang, dia tidak memiliki rencana sebagai mewujudkannya dalam jangka saat tidak jauh atau dengan syarat-syarat yang dapat diterima Sekutu. Komentarnya dalam konferensi negarawan senior tidak memberikan tanda-tanda dirinya menginginkan akhirnyanya perang semakin awal ... . ; Pilihan Suzuki sebagai pos-pos kabinet yang paling penting, dengan pengecualian satu orang, bukanlah juga tokoh pendukung perdamaian.[21]

Seusai perang, Perdana Menteri Suzuki dan pejabat lain dari pemerintahannya mengaku mereka secara rahasia merundingkan perdamaian, tapi secara terbuka tidak dapat mengumumkannya. Mereka mengutip pemikiran Jepang tentang haragei (seni berkomunikasi dengan sikap dan kekuatan kepribadian dan bukan melewati kata-kata) sebagai membenarkan ketidakselarasan antara tindakan di muka umum dan kegiatan di balik layar. Namun, sebagian sejarawan menolak interpretasi ini. Robert J. C. Butow menulis:

Berlandaskan alasan yang sangat ambigu, pembelaan soal haragei menimbulkan kecurigaan bahwa dalam masalah politik dan diplomasi, secara sadar menggantungkan diri pada seni menggertak mungkin dapat diasumsikan sebagai pengelabuan disengaja yang dianggarkan didasarkan hasrat mengadu domba sebagai keuntungan sendiri. Walaupun keputusan ini tidak sesuai dengan kepribadian Admiral Suzuki yang banyak dipuji, pada kenyataannya dari saat dia ditinggikan sebagai perdana menteri sampai hari dia mengundurkan diri, tidak mempunyai seorang pun yang dapat memastikan apa yang berikutnya hendak dituturkan atau dilakukan Suzuki.[22]

Pemimpin Jepang selalu menginginkan penyelesaian perang dengan negosiasi. Perencanaan praperang mereka mengharapkan perluasan wilayah secara cepat, konsolidasi, konflik yang tidak terhindarkan dengan Amerika Serikat, dan penyelesaian perang yang memungkinkan Jepang mempertahankan paling tidak beberapa wilayah baru yang telah mereka duduki.[23] Pada tahun 1945, pemimpin-pemimpin Jepang sepakat bahwa perang tidak berlanjut dengan lancar, tetapi mereka tidak sepakat mengenai cara-cara terbaik dalam bernegosiasi sebagai mengakhiri perang. Kalangan pemimpin Jepang terbelah menjadi dua kubu. Faksi "damai" menginginkan inisiatif diplomatik dengan membujuk pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin agar memerankan sebagai mediator penyelesaian perang antara Jepang dan Amerika Serikat beserta sekutunya. Sebaliknya, faksi garis keras semakin memilih bertempur dalam satu pertempuran terakhir yang "menentukan" sampai jatuh korban begitu banyak di pihak Sekutu yang mengakibatkan mereka mau menawarkan syarat-syarat yang semakin lunak.[24] Kedua kubu terbentuk berlandaskan pengalaman Jepang dalam Perang Rusia-Jepang empat puluh tahun sebelumnya. Dalam perang tersebut terjadi serangkaian pertempuran yang memakan kerugian akbar yang tidak menentukan pemenang, tetapi diakhiri oleh Pertempuran Tsushima yang dimenangkan Jepang.[25]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Admiral Kantarō Suzuki menjabat Perdana Menteri Jepang dalam bulan-bulan sebelum perang pengahabisannya.

Pada kemudian Januari 1945, beberapa pejabat Jepang yang tidak jauh dengan Kaisar mempertimbangkan syarat-syarat kapitulasi yang hendak melindungi letak Kaisar Jepang. Proposal-proposal yang dikirim melewati arus Amerika Serikat dan Inggris tersebut disusun oleh Jenderal Douglas MacArthur menjadi dokumen 40 halaman, dan kemudian, pada 2 Februari, dua hari sebelum Konferensi Yalta, diberikan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt. Menurut laporan, dokumen tersebut tidak diterima oleh Roosevelt tanpa pertimbangan apa pun. Semua proposal mencakup syarat bahwa letak kaisar tetap dipertahankan, walaupun mungkin sebagai penguasa boneka. Namun pada saat itu, kebijakan Sekutu hanyalah menerima penyerahan tanpa syarat.[26] Selain itu, proposal-proposal ini tidak diterima keras oleh pejabat pemerintahan Jepang yang berpengaruh, dan oleh karenanya tidak dapat dituturkan mewakili hasrat Jepang yang sebenarnya sebagai menyerah pada saat itu.[27]

Pada Februari 1945, Pangeran Fumimaro Konoe memberi Kaisar Hirohito suatu memorandum yang menganalisis situasi dan menyampaikan kepada Hirohito bahwa bila perang diteruskan, kekaisaran hendak menghadapi revolusi internal yang semakin berbahaya daripada kalah dalam perang.[28] Menurut buku harian Pengurus Rumah Tangga Kaisar Hisanori Fujita, Kaisar yang menunggu pertempuran menentukan (tennōzan) menjawab bahwa sedang terlalu dini menawarkan perdamaian, "Kecuali kita membuat satu lagi kemenangan militer."[29] Sedang pada bulan Februari tahun yang sama, divisi perjanjian Jepang menulis tentang kebijakan Sekutu terhadap Jepang mengenai "penyerahan tanpa syarat, pendudukan, perlucutan senjata, penghapuskan militerisme, reformasi demokrasi, hukuman untuk penjahat perang, dan status kaisar."[30] Pelucutan senjata oleh Sekutu, penjatuhan hukuman untuk penjahat perang Jepang, dan khususnya pendudukan dan penghapusan posisi kaisar tidak diterima oleh pimpinan Jepang.[31][32]

Pada 5 April, Uni Soviet mengumumkan tidak hendak memperbarui Pakta Netralitas Soviet-Jepang[33] yang ditandatangani tahun 1941 setelah terjadinya Peristiwa Nomonhan.[34] Pada Konferensi Yalta Februari 1945, negara-negara Barat yang tergabung dalam Sekutu telah menyepakati konsesi yang substansial dengan Soviet sebagai mengamankan perjanjian dari Soviet sebagai menyalakan perang terhadap Jepang tidak semakin dari tiga bulan setelah Jerman menyerah. Walaupun secara hukum Pakta Netralitas tetap berlanjut sampai setahun setelah Uni Soviet membatalkannya (hingga 5 April 1946), pembatalan sepihak ini secara jelas tetapi terselubung menunjukkan niat perang Uni Soviet.[35] Menteri Luar Negeri Rusia Vyacheslav Molotov, di Moskow, dan Yakov Malik, duta akbar Soviet di Tokyo, sungguh-sungguh mencoba meyakinkan Jepang bahwa "masa berlanjut Pakta tersebut belum berakhir".[36]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō

Pada serangkaian rapat tingkat tinggi pada bulan Mei 1965, keenam anggota Dewan Penasihat Militer dengan serius membahas cara mengakhiri perang. Namun tidak seorang pun dari mereka setuju dengan syarat-syarat yang diajukan Sekutu. Mengingat siapa pun yang secara terbuka mendukung kapitulasi Jepang terancam bahaya pembunuhan oleh perwira angkatan darat yang sangat setia, rapat-rapat tersebut tertutup untuk siapa pun kecuali keenam anggota Dewan Penasihat Militer, Kaisar, dan penjaga cap pribadi kaisar. Tidak mempunyai perwira eselon dua atau eselon tiga yang diizinkan ada.[37] Pada rapat-rapat tersebut, hanya Menteri Luar Negeri Tōgō yang menyadari probabilitas sekutu negara-negara Barat sudah membuat konsesi dengan Soviet sebagai mengajak mereka bertempur melawan Jepang.[38] Sebagai hasil rapat-rapat tersebut, Tōgō diberi wewenang sebagai mendekati Uni Soviet, meminta mereka sebagai tetap mempertahankan netralitas, atau semakin fantastis lagi, mau membentuk aliansi.[39]

Sejalan dengan tradisi pemerintahan baru mengumumkan tujuan-tujuan mereka, setelah rapat bulan Mei habis, staf Angkatan Darat mengeluarkan dokumen berjudul "Kebijakan Fundamental sebagai Ditemani Selanjutnya dalam Melaksanakan Perang" yang menyalakan rakyat Jepang hendak berjuang sampai punah daripada menyerah. Kebijakan ini diadopsi oleh Dewan Penasihat Militer pada 6 Juni (Tōgō menentangnya, sementara kelima anggota lain mendukung).[40] Dokumen-dokumen yang diajukan Suzuki pada pertemuan yang sama menyarankan bahwa dalam usaha awal diplomatik dengan Uni Soviet, Jepang mengambil pendekatan sebagai berikut:

Rusia harus diberi kenal dengan jelas bahwa kemenangannya atas Jerman adalah berkat Jepang, karena kita tetap netral, dan Soviet hendak diuntungkan bila membantu Jepang mempertahankan posisinya di alam internasional, karena musuh mereka di masa depan adalah Amerika Serikat.[41]

Pada 9 Juni, orang keyakinan kaisar Kōichi Kido menulis "Rancangan Rencana Pengendalian Situasi Krisis" yang memperingatkan bahwa pada kemudian tahun kemampuan Jepang sebagai memainkan perang modern hendak habis dan pemerintah hendak tidak mampu mengendalikan kerusuhan sipil. "..... Kita tidak kenal pasti apakah kita hendak bernasib sama seperti Jerman dan terjatuh dalam keadaan yang sulit sampai kita tidak dapat mencapai tujuan tertinggi menjaga Rumah Tangga Kekaisaran dan mempertahankan atur negara nasional."[42] Kido mengusulkan Kaisar sendiri ikut tinggikan ronde, dengan menawarkan sebagai mengakhiri perang dengan "syarat-syarat yang sangat murah hati". Kido mengusulkan Jepang melepaskan wilayah yang dijajah Eropa, asalkan mereka diberi kemerdekaan, dan negara kita dilucuti, serta sebagai sementara harus "puas dengan pertahanan minimum". Berbekal penugasan Kaisar, Kido mendekati beberapa anggota Dewan Penasihat Militer. Tōgō sangat mendukung. Suzuki dan Menteri Angkatan Laut Admiral Mitsumasa Yonai keduanya sangat berjaga-jaga mendukung; masing-masing berwawancara dalam hati, apa yang dipikirkan satu sama lain. Menteri Angkatan Darat Jenderal Korechika Anami bersikap ambivalen, bersikeras diplomasi harus menunggu "hingga Amerika Serikat menderita kerugian besar" dalam Operasi Ketsu-Go.[43]

Pada bulan Juni 1845, Kaisar sudah kehilangan keyakinan terhadap kesempatan mencapai kemenangan militer. Jepang sudah kalah dalam Pertempuran Okinawa. Kaisar juga sudah mendapat kabar tentang kelemahan angkatan darat di Cina, begitu pula soal angkatan laut dan angkatan darat yang mempertahankan pulau-pulau utama Jepang. Kaisar menerima laporan dari Pangeran Higashikuni; darinya Kaisar mengambil kesimpulan bahwa "bukan saja pertahanan lepas pantai, divisi yang tersedia sebagai diterjunkan di pertempuran yang menentukan juga tidak memiliki banyak senjata yang memadai."[44] Menurut Kaisar:

Kita sudah diberi kenal besi asal bom yang dijatuhkan musuh sudah dipakai sebagai membuat sekop. Hal ini berfaedah kita tidak berada dalam posisi melanjutkan perang.[44]

Pada 22 Juni, kaisar memanggil keenam anggota Dewan Penasihat Militer sebagai rapat. Tidak seperti kebanyakan, Kaisar membuka pembicaraan: "Kita menginginkan rencana konkrit sebagai mengakhiri perang, tanpa dirintangi kebijakan yang mempunyai, hendak dipelajari dengan cepat dan usaha-usaha dilakukan sebagai mengimplementasikannya."[45] Pertemuan menyetujui sebagai mengundang bantuan Soviet dalam mengakhiri perang. Negara-negara netral lain seperti Swiss, Swedia, dan Vatikan dikenal berniat memperagakan peranan dalam membuat perdamaian, tapi mereka terlalu kecil sampai mereka tidak dapat memainkan semakin dari sekadar menyampaikan syarat-syarat kapitulasi Sekutu serta penerimaan atau penolakan dari Jepang. Uni Soviet diharapkan dapat dibujuk sebagai memerankan sebagai mata-mata negara asing Jepang dalam bernegosiasi dengan Sekutu Barat.[46]

Usaha berurusan dengan Uni Soviet

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Naotake Satō

Pada 30 Juni, Tōgō memerintahkan Duta Akbar Jepang sebagai Moskwa Naotake Satō sebagai berupaya membuat "hubungan persahabatan yang ketat dan tidak berkesudahan." Satō bermaksud membicarakan status Manchuria dan "masalah apa saja yang hendak ditinggikan Rusia."[47] Satō pengahabisannya berjumpa dengan Menteri Luar Negeri Soviet Vyacheslav Molotov pada 11 Juli, namun pertemuan tidak menghasilkan apa-apa. Pada 12 Juli, Tōgō memerintahkan Satō sebagai menyampaikan kepada Soviet bahwa,

Yang Mulia Kaisar mempertimbangkan fakta bahwa perang yang sekarang dari hari ke hari membawa kemalangan dan pengorbanan untuk rakyat dari semua pihak-pihak yang bertempur, hasrat dari dalam hati agar dapat segera dihentikan. Namun selama Inggris dan Amerika Serikat bersikeras soal penyerahan tanpa syarat, Kekaisaran Jepang tidak punya pilihan lain kecuali bertempur dengan segenap tenaga sebagai kehormatan dan keberlangsungan tanah air.[48]

Kaisar mengusulkan sebagai mengirim Pangeran Konoe sebagai Utusan Luar Biasa, walaupun dia tidak dapat tiba di Moskwa sebelum dimulainya Konferensi Potsdam.

Satō memberi kenal Tōgō bahwa dalam kenyataan, Jepang hanya dapat mengharapkan "penyerahan tanpa syarat atau syarat-syarat yang nyaris setara ke situ". Semakin jauh lagi Satō mengatakan bahwa pesan-pesan Tōgō "tidak jelas soal pandangan pemerintah dan militer dalam hal penghentian perang," serta mempertanyakan apakah inisiatif Tōgō didukung oleh unsur-unsur kunci dalam struktur kekuasaan Jepang.[49]

Pada 17 Juli, Tōgō menjawab,

Walaupun para penguasa, dan juga pemerintah yakin bahwa kekuatan perang kita sedang dapat menimbulkan pukulan berfaedah terhadap musuh, kami tidak dapat merasakan kedamaian hati yang betul-betul pasti. ... .. Namun, mohon betul-betul diingat, bahwa kita tidak meminta mediasi Rusia sebagai hal-hal seperti penyerahan tanpa syarat.[50]

Dalam jawabannya, Satō memperjelas,

Sudah benda/barang tentu dalam pesan diri sendiri sebelumnya menyebut penyerahan tanpa syarat atau syarat-syarat yang nyaris setara, diri sendiri membuat pengecualian soal mempertahankan [Rumah Tangga Kekaisaran].[51]

Pada 21 Juli, berucap atas nama kabinet, Tōgō mengulangi,

Mengenai soal penyerahan tanpa syarat kami tidak dapat menyetujuinya berlandaskan keadaan bagaimana pun. ... .. Dalam usaha menghindari keadaan seperti itu kita sedang mencari damai, ... .. melewati perbuatan yang berjasa berpihak kepada yang benar Rusia. ... .. Ditinjau dari sudut pandang dalam negeri dan luar negeri, membuat pernyataan segera tentang syarat-syarat tertentu adalah merugikan dan tidak mungkin.[52]

Pandai kriptografi Amerika Serikat yang bergabung dalam Proyek Magic telah memecahkan sebagian akbar sandi Jepang, termasuk kode Purple yang dipakai oleh kantor-kantor mata-mata negara asing Jepang sebagai menyandikan koresponden diplomatik. Sebagai dampaknya, pesan antara Tokyo dan kedutaan-kedutaan Jepang bocor ke pemimpin Sekutu nyaris sama cepatnya dengan penerima di alamat tujuan.[53]

Maksud-maksud Soviet

Urusan keamanan mendominasi keputusan Soviet soal Timur Jauh.[54] Di antara hasrat yang paling utama adalah memperoleh akses tidak terbatas ke Samudra Pasifik. Kawasan lepas pantai Soviet di Pasifik yang lepas sama sekali es sepanjang tahun, khususnya Vladivostok, dapat diblokade melewati udara dan laut dari Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Bila keduanya didapatkan berfaedah Rusia memperoleh akses lepas sama sekali ke Selat Soya yang memang menjadi sasaran utama.[55][56] Sasaran kedua adalah perjanjian kontrak Jalur Kereta Api Timur Jauh Cina, Jalur Kereta Api Manchuria Selatan, Dairen, dan Lushun.[57]

Sebagai mencapai tujuannya, Stalin and Molotov dengan semangat bernegosiasi dengan Jepang, memberikan Jepang hasrat palsu hendak perdamaian dengan Uni Soviet sebagai mediator.[58] Pada saat yang bersamaan, dalam transaksi Soviet dengan Amerika Serikat dan Inggris, Soviet bersikeras sebagai secara sempit menaati Deklarasi Kairo, ditegaskan kembali di Konferensi Yalta bahwa Sekutu tidak hendak menerima perdamaian bersyarat atau perdamaian sendiri-sendiri dengan Jepang. Kepada semua negara-negara Sekutu, Jepang harus menyerah tanpa syarat. Sebagai memperpanjang perang, Uni Soviet menentang semua upaya yang dilakukan sebagai memperlunak syarat-syarat kapitulasi.[58] Bila perang tidak segera habis, Uni Soviet sedang punya cukup saat sebagai memindahkan pasukan-pasukan mereka ke ajang perang Pasifik, sebagai selanjutnya menguasai Sakhalin, Kepulauan Kuril, dan probabilitas Hokkaido[59] (invasi dimulai dengan pendaratan di Rumoi, Hokkaido).[60]

Proyek Manhattan

Pada 1939, Albert Einstein dan Leó Szilárd menulis sepucuk surat kepada Presiden Roosevelt yang mendesaknya sebagai mendanai penelitian dan pengembangan bom atom. Roosevelt setuju dan kemudiannya adalah proyek riset sangat rahasia yang disebut Proyek Manhattan. Proyek ini dipimpin Jenderal Leslie Groves dengan J. Robert Oppenheimer sebagai direktur pengarah ronde ilmiah. Bom atom pertama dengan sukses diledakkan dalam percobaan Trinity 16 Juli 1945.

Sementara proyek nyaris pengahabisannya, pemimpin perang Amerika mulai mempertimbangkan sebagai menggunakan bom atom terhadap Jepang. Groves membentuk komite pencari sasaran yang berjumpa pada bulan April dan Mei 1945. Komite ini menyusun daftar sasaran bom atom. Mereka memilih 18 kota-kota di Jepang. Masuk dalam daftar di urutan paling atas adalah Kyoto, Hiroshima,[61] Yokohama, Kokura, dan Niigata.[62][63] Pada pengahabisannya Kyoto dihapus dari daftar atas desakan Menteri Perang Henry L. Stimson yang pernah mengunjungi Kyoto sewaktu bulan madu, dan mengetahui kota ini sangat penting dalam bidang hukum budaya dan sejarah.[64]

Pada bulan Mei, Harry S. Truman ditinggikan sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru setelah Franklin Roosevelt wafat pada 16 April 1945. Truman menyetujui pembentukan komite Interim, suatu kumpulan penasihat yang melapor mengenai bom atom.[63] Komite Interim terdiri dari George L. Harrison, Vannevar Bush, James Bryant Conant, Karl Taylor Compton, William L. Clayton, dan Ralph Austin Bard, serta dibantu dewan penasihat yang terdiri dari ilmuwan Oppenheimer, Enrico Fermi, Ernest Lawrence, dan Arthur Compton. Dalam laporan tanggal 1 Juni 1945, komite berkesimpulan bom atom harus dipakai secepat mungkin terhadap instalasi-instalasi perang berikut rumah-rumah pekerja di sekelilingnya, dan tidak perlu memberi peringatan atau peragaan sebelumnya.[65]

Mandat yang diberikan kepada komite tidak termasuk penggunaan bom atom, walaupun penggunaannya sudah dianggarkan bila sudah habis.[66] Komite mengkaji kembali penggunaan bom atom setelah mempunyai protes dalam wujud Laporan Franck dari ilmuwan Proyek Manhattan. Pada rapat 21 Juni, komite menegaskan kembali bahwa tidak mempunyai alternatif lain selain menggunakan bom atom.[67]

Acara-acara di Potsdam

Pemimpin kekuatan utama Sekutu berjumpa dalam Konferensi Potsdam 16 Juli-2 Agustus 1945. Uni Soviet, Kerajaan Bersatu, dan Amerika Serikat, masing-masing ditukar oleh Stalin, Winston Churchill (kemudian Clement Attlee), dan Truman.

Negosiasi

Perang melawan Jepang merupakan salah satu dari beragam isu yang diberitahukan di Potsdam. Truman mendapat berita tentang suksesnya percobaan Trinity pada awal konferensi, dan menyampaikan informasi tersebut ke delegasi Inggris. Kesuksesan percobaan bom atom mengakibatkan delegasi Amerika Serikat mempertimbangkan kembali mengenai perlunya partisipasi Soviet (seperti dijanjikan di Yalta).[68] Prioritas teratas Sekutu adalah mempersingkat perang dan mengurangi korban di pihak Amerika Serikat. Kedua hal tersebut mungkin dapat dibantu dengan mempunyainya campur tangan Uni Soviet, namun probabilitas harus dibayar dengan membolehkan Soviet mencaplok wilayah-wilayah di luar wilayah yang dijanjikan sebagai mereka di Yalta, dan mungkin Jepang hendak terbagi dua seperti Jerman.[69]

Dalam kesepakatan dengan Stalin, Truman memutuskan sebagai memberikan pemimpin Soviet kabar tentang keberadaan senjata baru yang kuat tanpa memberitahukan rinciannya. Namun, Sekutu lainnya tidak menyadari bahwa intelijen Soviet telah menyusup dalam Proyek Manhattan pada tahap awal, sehingga ketika Stalin mengetahui keberadaan bom atom, dia tidak terkesan dengan potensinya.[70]

Deklarasi Potsdam

Pemimpin negara-negara utama Sekutu memutuskan sebagai mengeluarkan pernyataan yang disebut Deklarasi Potsdam yang menetapkan "penyerahan tanpa syarat" dan memperjelas guna kapitulasi Jepang untuk letak kaisar dan untuk Hirohito secara pribadi. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris saling bertentangan mengenai butir terakhir. Amerika Serikat mau menghapus posisi kaisar dan probabilitas mengadilinya sebagai penjahat perang. Sebaliknya, Inggris mau mempertahankan posisi kaisar, mungkin dengan Hirohito yang tetap bertahta. Pernyataan-pernyataan dalam rancangan Deklarasi Potsdam merasakan beragam revisi sebelum versi yang diterima kedua belah pihak habis.[71]

Pada 26 Juli 1945, Amerika Serikat, Inggris, dan Cina merilis Deklarasi Potsdam yang mengandung syarat-syarat kapitulasi Jepang dengan peringatan, "Kami tidak hendak menyimpang dari ketentuan-ketentuan ini. Tidak mempunyai alternatif. Kami tidak membolehkan mempunyainya penundaan." Untuk Jepang, deklarasi menetapkan syarat-syarat sebagai berikut:

  • Penghapusan "selama-lamanya dari kekuasaan dan pengaruh tokoh-tokoh yang telah menipu dan menyesatkan rakyat Jepang ke arah dimulainya penaklukan dunia"
  • Pendudukan "titik-titik dalam wilayah Jepang yang hendak ditentukan oleh Sekutu"
  • "Kedaulatan Jepang hendak dibatasi pada pulau-pulau Honshu, Hokkaido, Kyushu, dan Shikoku, serta pulau-pulau kecil seperti yang kami tetapkan." Seperti telah diumumkan dalam Deklarasi Kairo 1943, wilayah-wilayah Jepang hendak disita sampai wilayah sebelum perang, termasuk Korea dan Taiwan, begitu pula wilayah-wilayah yang dijajahnya baru-baru ini.
  • "Kekuatan militer Jepang harus sepenuhnya dilucuti"
  • "Keadilan yang keras harus dijatuhkan kepada semua penjahat perang, termasuk semua yang telah memainkan kekejaman terhadap orang kita yang ditawan".

Di lain pihak, deklarasi menegaskan bahwa:

  • "Kami tidak bermaksud memperbudak Jepang sebagai suatu ras atau menghancurkannya sebagai suatu bangsa, ... .. Pemerintah Jepang harus menghapus semua penghalang untuk kebangkitan dan makin menguatnya kecenderungan demokrasi di antara rakyat Jepang. Kebebasan berucap, beragama, dan berpikir, begitu pula peghormatan untuk hak asasi manusia yang fundamental harus ditegakkan."
  • "Jepang harus dibolehkan memiliki industri-industri yang hendak menunjang ekonomi dan memungkinkan sebagai membayar tuntutan pampasan yang serupa dan berpihak kepada yang benar, ... .. Partisipasi Jepang dalam hubungan dagang internasional harus dibolehkan."
  • "Kesatuan pendudukan Sekutu hendak ditarik dari Jepang segera setelah tujuan-tujuan tersebut dicapai dan telah berdirinya suatu pemerintahan yang bertanggung jawab dan mempunyai tujuan damai sesuai dengan hasrat rakyat Jepang yang diungkapkan secara lepas sama sekali."

Satu-satunya pasal yang menyebut tentang "penyerahan tanpa syarat" dicantumkan pada kemudian deklarasi:

  • "Kami mengimbau pemerintah Jepang sebagai menyalakan sekarang juga kapitulasi tanpa syarat dari semua angkatan bersenjata Jepang, dan sebagai memperlihatkan jaminan yang cukup dan layak atas maksud berpihak kepada yang benar mereka terhadap hal tersebut. Pilihan lain untuk Jepang adalah "penghancuran sepenuhnya dan segera."

Tidak diceritakan tentang Kaisar Hirohito apakah termasuk ke dalam salah satu dari tokoh yang "menyesatkan rakyat Jepang", atau juga seorang penjahat perang, bahkan sebaliknya ronde dari "pemerintah yang bertanggung jawab dan rindu damai". Pasal "penghancuran sepenuhnya dan segera" probabilitas adalah peringatan terselubung soal kepemilikan bom atom oleh Amerika Serikat (yang telah dicobakan dengan sukses pada ahad konferensi).[72]

Reaksi Jepang

Pada 27 Juli, pemerintah Jepang menimbang-nimbang cara menanggapi Deklarasi Potsdam. Empat tokoh militer dari Dewan Penasihat Militer bermaksud menolaknya, tapi Tōgō membujuk kabinet sebagai tidak memainkannya sampai dia mendapat reaksi dari Uni Soviet. Dalam suatu telegram, Duta Akbar Jepang sebagai Swiss Shunichi Kase berpendapat bahwa penyerahan tanpa syarat hanya berlanjut sebagai militer dan bukan sebagai pemerintah atau rakyat, dan dia minta agar dipahami bahwa pemilihan bahasa yang hati-hati dalam Deklarasi Potsdam sepertinya "telah merasakan pemikiran yang mendalam" dari pihak pemerintah-pemerintah yang menandatanganinya--"mereka rupa-rupanya telah bersusah payah berupaya menyelamatkan muka kita pada beragam pasal-pasal."[73] Pada hari berikutnya, surat-surat kabar Jepang melaporkan bahwa Jepang telah menolak pokok Deklarasi Potsdam yang sebelumnya telah disiarkan dan dijatuhkan sebagai selebaran udara di atas Jepang. Dalam usaha mengatasi persepsi publik, Perdana Menteri Suzuki berjumpa dengan pers, dan memberi pernyataan,

Diri sendiri menganggap Proklamasi Bersama sebagai pengulangan kembali Deklarasi di Konferensi Kairo. Mengenai hal tersebut, Pemerintah tidak menganggapnya memiliki nilai penting sama sekali. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengabaikannya (mokusatsu). Kami tidak hendak memainkan apa-apa kecuali menanggungnya sampai kemudian sebagai mendatangkan kemudian perang yang sukses.[74]

Guna kata mokusatsu adalah mengabaikan atau tidak menanggapi.[74] Walaupun demikian, pernyataan Suzuki, terutama kalimat terakhir hanya menyisakan sedikit ruang sebagai interpretasi yang salah. Pers Jepang dan pers luar negeri merumuskannya sebagai penolakan, dan tidak mempunyai pernyataan semakin lanjut yang disampaikan ke muka umum atau arus diplomatik sebagai mengubah kesalahpahaman ini.

Pada 30 Juli, Duta Akbar Satō menulis bahwa Stalin probabilitas sedang berucap dengan Sekutu Barat mengenai transaksinya dengan Jepang. Menurut Satō, "Tidak mempunyai alternatif selain penyerahan tanpa syarat dengan segera bila kita mau mencegah partisipasi Rusia dalam perang."[75] Pada 2 Agustus, Tōgō menulis kepada Satō, "Sulit untuk Anda sebagai mewujudkan hal itu ... .. terbatas saat kita sebagai berlanjut ke persiapan mengakhiri perang sebelum musuh mendarat di pulau-pulau utama Jepang, di lain pihak sulit sebagai memutuskan syarat-syarat damai yang nyata di tanah air secara sekaligus."[76]

Hiroshima, Manchuria, dan Nagasaki

Hiroshima: 6 Agustus


Page 2

Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai pengahabisan Perang Dunia II. Tingkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tak benar sejak Agustus 1945, sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal saat. Walaupun hasrat untuk melawan sampai titik kemudian dinyatakan secara terbuka, pimpinan Jepang dari Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk memerankan sbg mediator dalam akad damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam usaha memenuhi kontrak untuk Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.

Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan penyerbuan mendadak ke koloni Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar Pakta Netralitas Soviet–Jepang. Kaisar Hirohito campur tangan setelah terjadi dua peristiwa mengejutkan tersebut, dan memerintahkan Dewan Penasihat Militer untuk menerima syarat-syarat yang ditawarkan Sekutu dalam Deklarasi Potsdam. Setelah berlanjut perundingan di balik layar selama beberapa hari, dan kudeta yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di depan rakyat pada 15 Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebut Gyokuon-hōsō (Siaran Suara Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus mengumumkan untuk rakyat bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu.

Pendudukan Jepang oleh Komandan Tertinggi Sekutu dimulai pada 28 Agustus. Upacara kapitulasi dipersiapkan pada 2 September 1945 di atas kapal tempur Amerika Serikat Missouri. Dokumen Kapitulasi Jepang yang ditandatangani hari itu oleh pejabat pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri Perang Dunia II. Warga sipil dan anggota militer di negara-negara Sekutu merayakan Hari Kemenangan atas Jepang (V-J Day). Walaupun demikian, beberapa pos komando terpencil dan personel militer dari kesatuan di pelosok-pelosok Asia menolak untuk menyerah selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi Jepang, sejarawan terus berargumen tentang etika penggunaan bom atom. Perang sela Jepang dan Sekutu secara resmi kemudiannya ketika Akad San Francisco mulai berlanjut pada tanggal 28 April 1952. Empat tahun kemudian Jepang dan Uni Soviet menandatangani Deklarasi Bersama Soviet–Jepang 1956 yang secara resmi mengakhiri perang sela kedua negara tersebut.

Kekalahan Jepang

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pendaratan Sekutu di Ajang Perang Operasi Samudra Pasifik, Agustus 1942 sampai Agustus 1945.

Pada tahun 1945, Jepang telah nyaris dua tahun bersambung merasakan kekalahan berkepanjangan di Pasifik Barat Daya, kampanye militer Mariana, dan kampanye militer Filipina. Pada Juli 1944 setelah Saipan jatuh, Jenderal Hideki Tōjō diangkatkan sbg perdana menteri oleh Jenderal Kuniaki Koiso yang mencetuskan Filipina sbg tempat pertempuran berikutnya yang menentukan.[1] Setelah Filipina jatuh, giliran Koiso yang diganti oleh Laksamana Kantarō Suzuki. Pada paruh pertama tahun 1945, Sekutu sukses menduduki Iwo Jima dan Okinawa. Setelah direbut Sekutu, Okinawa menjadi kawasan singgahan untuk menyerbu ke pulau-pulau utama di Jepang.[2] Setelah kekalahan Jerman, Uni Soviet diam-diam mulai mengerahkan kembali pasukan tempur Eropa-nya ke Timur Jauh, di samping sekitar empat puluh divisi yang telah ditempatkan di sana sejak tahun 1941, sbg penyeimbang kekuataan jutaan Tentara Kwantung.[3]

Operasi kapal-kapal selam Sekutu dan penyebaran ranjau di lepas pantai Jepang telah menghancurkan beberapa akbar armada dagang Jepang. Sbg negara dengan sedikit sumber daya dunia, Jepang bergantung untuk bahan mentah yang diimpor dari daratan Asia dan dari wilayah pendudukan Jepang di Hindia Belanda, terutama minyak bumi.[4] Penghancuran armada dagang Jepang, ditambah dengan pengeboman strategis kawasan industri di Jepang telah meruntuhkan ekonomi perang Jepang. Produksi batu bara, besi, besi baja, karet, dan pasokan bahan mentah lainnya hanya tersedia dalam jumlah kecil dibandingkan pasokan sebelum perang.[5][6]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kapal tempur Jepang Haruna karam di tempat bersandarnya di pangkalan tingkatan laut Kure pada peristiwa Pengeboman Kure 24 Juli 1945.

Sbg dampak kerugian yang dialami, daya Tingkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah habis. Setelah serangkaian pengeboman Sekutu di galangan kapal Jepang di Kure, Prefektur Hiroshima, kapal-kapal perang Jepang yang tersisa hanyalah enam kapal induk, empat kapal penjelajah, dan satu kapal tempur. Namun, seluruh kapal tersebut tak mempunyai bahan bakar yang cukup. Walaupun sedang benar 19 kapal perusak dan 38 kapal selam yang sedang operasional, pengoperasian mereka menjadi terbatas dampak kekurangan bahan bakar.[7][8]

Persiapan pertahanan

Menghadapi probabilitas penyerbuan Sekutu ke pulau-pulau utama Jepang, dimulai dari Kyushu, Jurnal Perang Markas Akbar Kekaisaran menyimpulkan,

Kami tak bisa lagi memimpin perang dengan benar sedikit pun hasrat untuk menang. Satu-satunya jalan yang tersisa yaitu mengorbankan nyawa seratus juta rakyat Jepang sbg bom hidup supaya musuh kehilangan semangat bertempur.[9]

Sbg usaha darurat yang terakhir untuk menghentikan gerak maju Sekutu, Komando Tertinggi Kekaisaran Jepang merencanakan pertahanan Kyushu secara habis-habisan. Usaha yang dinamakan dengan sandi Operasi Ketsu-Go [10] ini dimaksudkan sbg perubahan strategi yang radikal. Berlainan dari sistem pertahanan berlapis seperti yang dipakai sewaktu menginvasi Peleliu, Iwo Jima, dan Okinawa, kali ini seluruhnya dipertaruhkan di pantai. Sebelum pasukan dan perlengkapan didaratkan transpor amfibi di pantai, mereka akan diserang oleh 3.000 pesawat kamikaze.[8]

Bila strategi ini tak mengusir Sekutu, Jepang akan mengerahkan 3.500 pesawat kamikaze tambahan berikut 5.000 kapal bunuh diri Shin'yō ditemani kapal-kapal perusak dan kapal-kapal selam yang sedang tersisa--hingga kapal terakhir yang operasional--untuk menghancurkan Sekutu. Bila Sekutu menang dalam pertempuran di pantai dan sukses mendarat di Kyushu, hanya akan tersisa 3.000 pesawat untuk mempertahankan pulau-pulau Jepang yang lain. Walaupun demikian, Kyushu akan dipertahankan "hingga titik darah penghabisan".[8] Strategi membuat pertahanan terakhir di Kyushu didasarkan pada asumsi bahwa Uni Soviet akan tetap mempertahankan netralitas.[11]

Serangkaian gua digali tidak jauh Nagano di Honshu. Gua-gua yang disebut Markas Akbar Kekaisaran Bawah Tanah Matsushiro tersebut akan menjadi Markas Tingkatan Darat pada kala terjadinya invasi Sekutu serta rumah perlindungan untuk Kaisar Jepang dan keluarganya.[12]

Dewan Penasihat Militer

Pengambilan keputusan perang Jepang berpusat di Dewan Penasihat Militer yang mempunyai anggota enam pejabat tinggi: perdana menteri, menteri luar negeri, menteri tingkatan darat, menteri tingkatan laut, kepala staf umum tingkatan darat, dan kepala staf umum tingkatan laut.[13] Kala kabinet pemerintah Suzuki terbentu pada April 1945, keanggotaan dewan terdiri dari:

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kabinet Suzuki, Juni 1945

  • Perdana Menteri Laksamana Kantarō Suzuki
  • Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō
  • Menteri Tingkatan Darat Jenderal Korechika Anami
  • Menteri Tingkatan Laut Laksamana Mitsumasa Yonai
  • Kepala Staf Umum Tingkatan Darat Jenderal Yoshijirō Umezu
  • Kepala Staf Umum Tingkatan Laut Laksamana Koshirō Oikawa (kemudian diganti oleh Laksamana Soemu Toyoda)

Secara hukum, Tingkatan Darat dan Tingkatan Laut Kekaisaran Jepang mempunyai hak untuk mencalonkan (atau menolak pencalonan) masing-masing menteri. Sbg hasilnya, Jepang bisa menghindari pembentukan pemerintahan yang tak diingini, atau terjadinya pengunduran diri yang bisa menjatuhkan pemerintah yang sedang berlanjut.[14][15]

Kaisar Hirohito dan Penjaga Cap Pribadi Kaisar Kōichi Kido juga mempunyai di beberapa pertemuan, setelah dimohon Kaisar.[16] Seperti yang dilaporkan Iris Chang, "Jepang sengaja menghancurkan, menyembunyikan, atau memalsukan beberapa dari dokumen rahasia perang mereka"[17][18]

Perbedaan argumen di kalangan pimpinan Jepang

Kabinet Suzuki, dalam beragam bidang, lebih memilih meneruskan perang. Untuk Jepang, kapitulasi nyaris tak terpikirkan. Dalam 2000 tahun sejarahnya, Jepang tak pernah diinvasi bangsa asing atau kalah dalam perang.[19] Hanya Menteri Tingkatan Laut Mitsumasa Yonai yang dikenal mempunyai hasrat untuk mengakhiri perang.[20] Menurut sejarawan Richard B. Frank:

Walaupun Suzuki pastinya melihat perdamaian sbg tujuan jangka panjang, beliau tak mempunyai rencana untuk mewujudkannya dalam jangka saat tidak jauh atau dengan syarat-syarat yang bisa diterima Sekutu. Komentarnya dalam konferensi negarawan senior tak memberikan tanda-tanda dirinya menginginkan hasilnyanya perang lebih awal ... . ; Pilihan Suzuki untuk pos-pos kabinet yang sangat penting, dengan pengecualian satu orang, bukanlah juga tokoh pendukung perdamaian.[21]

Seusai perang, Perdana Menteri Suzuki dan pejabat lain dari pemerintahannya mengaku mereka secara rahasia merundingkan perdamaian, tetapi secara terbuka tak bisa mengumumkannya. Mereka mengutip pemikiran Jepang tentang haragei (seni mengadakan komunikasi dengan sikap dan daya kepribadian dan bukan melewati kata-kata) untuk membenarkan ketidakselarasan sela tindakan di muka umum dan kegiatan di balik layar. Namun, beberapa sejarawan menolak interpretasi ini. Robert J. C. Butow menulis:

Berdasarkan gagasan yang sangat ambigu, pembelaan soal haragei menimbulkan kecurigaan bahwa dalam masalah politik dan diplomasi, secara sadar menggantungkan diri pada seni menggertak mungkin bisa dianggap sbg pengelabuan disengaja yang dianggarkan didasarkan hasrat mengadu domba untuk keuntungan sendiri. Walaupun keputusan ini tak sesuai dengan kepribadian Laksamana Suzuki yang banyak dipuji, pada kenyataannya dari kala beliau diangkatkan sbg perdana menteri sampai hari beliau mengundurkan diri, tak benar seorang pun yang bisa memastikan apa yang berikutnya akan diceritakan atau dilakukan Suzuki.[22]

Pimpinan Jepang selalu menginginkan penyelesaian perang dengan negosiasi. Perencanaan praperang mereka mengharapkan perluasan wilayah secara cepat, konsolidasi, konflik yang tak terhindarkan dengan Amerika Serikat, dan penyelesaian perang yang memungkinkan Jepang mempertahankan sangat tak beberapa wilayah baru yang telah mereka duduki.[23] Pada tahun 1945, pemimpin-pemimpin Jepang sepakat bahwa perang tak berlanjut dengan lancar, tetapi mereka tak sepakat tentang cara-cara terbaik dalam bernegosiasi untuk mengakhiri perang. Kalangan pimpinan Jepang terbelah menjadi dua kubu. Faksi "damai" menginginkan inisiatif diplomatik dengan membujuk pimpinan Uni Soviet Joseph Stalin supaya bertindak sbg mediator penyelesaian perang sela Jepang dan Amerika Serikat beserta sekutunya. Sebaliknya, faksi garis keras lebih memilih bertempur dalam satu pertempuran terakhir yang "menentukan" sampai jatuh korban begitu banyak di pihak Sekutu yang mengakibatkan mereka mau menawarkan syarat-syarat yang lebih lunak.[24] Kedua kubu terbentuk berdasarkan pengalaman Jepang dalam Perang Rusia-Jepang empat puluh tahun sebelumnya. Dalam perang tersebut terjadi serangkaian pertempuran yang memakan kerugian akbar yang tak menentukan pemenang, tetapi diakhiri oleh Pertempuran Tsushima yang dimenangkan Jepang.[25]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Laksamana Kantarō Suzuki menjabat Perdana Menteri Jepang dalam bulan-bulan sebelum perang kemudiannya.

Pada pengahabisan Januari 1945, beberapa pejabat Jepang yang tidak jauh dengan Kaisar mempertimbangkan syarat-syarat kapitulasi yang akan melindungi posisi Kaisar Jepang. Proposal-proposal yang dikirim melewati arus Amerika Serikat dan Inggris tersebut disusun oleh Jenderal Douglas MacArthur menjadi dokumen 40 halaman, dan kemudian, pada 2 Februari, dua hari sebelum Konferensi Yalta, diberikan untuk Presiden Franklin D. Roosevelt. Menurut laporan, dokumen tersebut ditampik oleh Roosevelt tanpa pertimbangan apa pun. Seluruh proposal mencakup syarat bahwa posisi kaisar tetap dipertahankan, walaupun mungkin sbg penguasa boneka. Namun pada kala itu, kebijakan Sekutu hanyalah menerima penyerahan tanpa syarat.[26] Selain itu, proposal-proposal ini ditampik keras oleh pejabat pemerintahan Jepang yang berpengaruh, dan oleh karena itu tak bisa diceritakan mewakili hasrat Jepang yang sebenarnya untuk menyerah pada saat itu.[27]

Pada Februari 1945, Pangeran Fumimaro Konoe memberi Kaisar Hirohito suatu memorandum yang menganalisis situasi dan menyampaikan untuk Hirohito bahwa bila perang diteruskan, kekaisaran akan menghadapi revolusi internal yang lebih berbahaya daripada kalah dalam perang.[28] Menurut buku harian Pengurus Rumah Tangga Kaisar Hisanori Fujita, Kaisar yang menunggu pertempuran menentukan (tennōzan) menjawab bahwa sedang terlalu dini menawarkan perdamaian, "Kecuali kita membuat satu lagi kemenangan militer."[29] Sedang pada bulan Februari tahun yang sama, divisi akad Jepang menulis tentang kebijakan Sekutu terhadap Jepang tentang "penyerahan tanpa syarat, pendudukan, perlucutan senjata, penghapuskan militerisme, reformasi demokrasi, hukuman untuk penjahat perang, dan status kaisar."[30] Pelucutan senjata oleh Sekutu, penjatuhan hukuman untuk penjahat perang Jepang, dan khususnya pendudukan dan penghapusan jabatan kaisar tak diterima oleh pimpinan Jepang.[31][32]

Pada 5 April, Uni Soviet mengumumkan tak akan memperbarui Pakta Netralitas Soviet-Jepang[33] yang ditandatangani tahun 1941 setelah terjadinya Peristiwa Nomonhan.[34] Pada Konferensi Yalta Februari 1945, negara-negara Barat yang tergabung dalam Sekutu telah menyepakati konsesi yang substansial dengan Soviet untuk mengamankan kontrak dari Soviet untuk mencetuskan perang terhadap Jepang tak lebih dari tiga bulan setelah Jerman menyerah. Walaupun secara hukum Pakta Netralitas tetap berlanjut sampai setahun setelah Uni Soviet membatalkannya (hingga 5 April 1946), pembatalan sepihak ini secara jelas tetapi terselubung menunjukkan niat perang Uni Soviet.[35] Menteri Luar Negeri Rusia Vyacheslav Molotov, di Moskow, dan Yakov Malik, duta akbar Soviet di Tokyo, sungguh-sungguh mencoba meyakinkan Jepang bahwa "masa berlanjut Pakta tersebut belum berakhir".[36]

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Menteri Luar Negeri Shigenori Tōgō

Pada serangkaian rapat tingkat tinggi pada bulan Mei 1965, keenam anggota Dewan Penasihat Militer dengan serius membahas cara mengakhiri perang. Namun tak seorang pun dari mereka setuju dengan syarat-syarat yang diajukan Sekutu. Mengingat siapa pun yang secara terbuka mendukung kapitulasi Jepang terancam bahaya pembunuhan oleh perwira tingkatan darat yang sangat setia, rapat-rapat tersebut tertutup untuk siapa pun kecuali keenam anggota Dewan Penasihat Militer, Kaisar, dan penjaga cap pribadi kaisar. Tak benar perwira eselon dua atau eselon tiga yang diizinkan mempunyai.[37] Pada rapat-rapat tersebut, hanya Menteri Luar Negeri Tōgō yang menyadari probabilitas sekutu negara-negara Barat sudah membuat konsesi dengan Soviet untuk mengajak mereka bertempur melawan Jepang.[38] Sbg hasil rapat-rapat tersebut, Tōgō diberi wewenang untuk mendekati Uni Soviet, meminta mereka untuk tetap mempertahankan netralitas, atau lebih fantastis lagi, mau membentuk aliansi.[39]

Sejalan dengan tradisi pemerintahan baru mengumumkan tujuan-tujuan mereka, setelah rapat bulan Mei berakhir, staf Tingkatan Darat mengeluarkan dokumen berjudul "Kebijakan Fundamental untuk Disertai Kemudian dalam Melaksanakan Perang" yang mencetuskan rakyat Jepang akan berjuang sampai punah daripada menyerah. Kebijakan ini diadopsi oleh Dewan Penasihat Militer pada 6 Juni (Tōgō menentangnya, sementara kelima anggota lain mendukung).[40] Dokumen-dokumen yang diajukan Suzuki pada pertemuan yang sama menyarankan bahwa dalam usaha awal diplomatik dengan Uni Soviet, Jepang mengambil pendekatan sbg berikut:

Rusia mesti diberi kenal dengan jelas bahwa kemenangannya atas Jerman yaitu berkat Jepang, karena kita tetap netral, dan Soviet akan diuntungkan bila menolong Jepang mempertahankan posisinya di dunia internasional, karena musuh mereka di masa depan yaitu Amerika Serikat.[41]

Pada 9 Juni, orang keyakinan kaisar Kōichi Kido menulis "Rancangan Rencana Pengendalian Situasi Krisis" yang memperingatkan bahwa pada pengahabisan tahun kemampuan Jepang untuk memainkan perang modern akan habis dan pemerintah akan tak bisa mengendalikan kerusuhan sipil. ".... Kita tak kenal pasti apakah kita akan bernasib sama seperti Jerman dan terjatuh dalam kondisi yang sulit sampai kita tak bisa mencapai tujuan tertinggi menjaga Rumah Tangga Kekaisaran dan mempertahankan tata negara nasional."[42] Kido mengusulkan Kaisar sendiri ikut bawa bagian, dengan menawarkan untuk mengakhiri perang dengan "syarat-syarat yang sangat murah hati". Kido mengusulkan Jepang melepaskan wilayah jajahan Eropa, asalkan mereka diberi kemerdekaan, dan negara kita dilucuti, serta untuk sementara mesti "puas dengan pertahanan minimum". Berbekal penugasan Kaisar, Kido mendekati beberapa anggota Dewan Penasihat Militer. Tōgō sangat mendukung. Suzuki dan Menteri Tingkatan Laut Laksamana Mitsumasa Yonai keduanya sangat berjaga-jaga mendukung; masing-masing berwawancara dalam hati, apa yang dipikirkan satu sama lain. Menteri Tingkatan Darat Jenderal Korechika Anami bersikap ambivalen, bersikeras diplomasi mesti menunggu "hingga Amerika Serikat menderita kerugian besar" dalam Operasi Ketsu-Go.[43]

Pada bulan Juni 1845, Kaisar sudah kehilangan keyakinan terhadap kesempatan mencapai kemenangan militer. Jepang sudah kalah dalam Pertempuran Okinawa. Kaisar juga sudah mendapat kabar tentang kelemahan tingkatan darat di Cina, begitu pula soal tingkatan laut dan tingkatan darat yang mempertahankan pulau-pulau utama Jepang. Kaisar menerima laporan dari Pangeran Higashikuni; darinya Kaisar mengambil kesimpulan bahwa "bukan saja pertahanan lepas pantai, divisi yang tersedia untuk diterjunkan di pertempuran yang menentukan juga tak mempunyai jumlah senjata yang memadai."[44] Menurut Kaisar:

Kita sudah diberi kenal besi asal bom yang dijatuhkan musuh sudah dipakai untuk membuat sekop. Hal ini berfaedah kita tak benar dalam posisi melanjutkan perang.[44]

Pada 22 Juni, kaisar memanggil keenam anggota Dewan Penasihat Militer untuk rapat. Tak seperti kebanyakan, Kaisar membuka pembicaraan: "Kita menginginkan rencana konkrit untuk mengakhiri perang, tanpa dirintangi kebijakan yang benar, akan dipelajari dengan cepat dan usaha-usaha dilakukan untuk mengimplementasikannya."[45] Pertemuan menyetujui untuk mengundang bantuan Soviet dalam mengakhiri perang. Negara-negara netral lain seperti Swiss, Swedia, dan Vatikan dikenal berniat memainkan peranan dalam membuat perdamaian, tetapi mereka terlalu kecil sampai mereka tak bisa memainkan lebih dari sekadar menyampaikan syarat-syarat kapitulasi Sekutu serta penerimaan atau penolakan dari Jepang. Uni Soviet diharapkan bisa dibujuk untuk bertindak sbg kaki tangan Jepang dalam bernegosiasi dengan Sekutu Barat.[46]

Usaha berurusan dengan Uni Soviet

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Naotake Satō

Pada 30 Juni, Tōgō memerintahkan Duta Akbar Jepang untuk Moskwa Naotake Satō untuk berusaha membuat "hubungan persahabatan yang ketat dan tidak berkesudahan." Satō bermaksud membicarakan status Manchuria dan "masalah apa saja yang akan diangkatkan Rusia."[47] Satō kemudiannya berjumpa dengan Menteri Luar Negeri Soviet Vyacheslav Molotov pada 11 Juli, namun pertemuan tak menghasilkan apa-apa. Pada 12 Juli, Tōgō memerintahkan Satō untuk menyampaikan untuk Soviet bahwa,

Yang Mulia Kaisar mempertimbangkan fakta bahwa perang yang sekarang dari hari ke hari membawa kemalangan dan pengorbanan untuk rakyat dari seluruh pihak-pihak yang bertempur, hasrat dari dalam hati supaya bisa segera dihentikan. Namun selama Inggris dan Amerika Serikat bersikeras soal penyerahan tanpa syarat, Kekaisaran Jepang tak punya pilihan lain kecuali bertempur dengan segenap tenaga untuk kehormatan dan keberlangsungan tanah cairan.[48]

Kaisar mengusulkan untuk mengirim Pangeran Konoe sbg Utusan Luar Biasa, walaupun beliau tak bisa tiba di Moskwa sebelum dimulainya Konferensi Potsdam.

Satō memberi kenal Tōgō bahwa dalam kenyataan, Jepang hanya bisa mengharapkan "penyerahan tanpa syarat atau syarat-syarat yang nyaris setara ke situ". Lebih jauh lagi Satō mengatakan bahwa pesan-pesan Tōgō "tidak jelas soal pandangan pemerintah dan militer dalam hal penghentian perang," serta mempertanyakan apakah inisiatif Tōgō didukung oleh unsur-unsur kunci dalam susunan kekuasaan Jepang.[49]

Pada 17 Juli, Tōgō menjawab,

Walaupun para penguasa, dan juga pemerintah yakin bahwa daya perang kita sedang bisa menimbulkan pukulan berfaedah terhadap musuh, kami tak bisa merasakan kedamaian hati yang betul-betul pasti. ... .. Namun, mohon betul-betul diingat, bahwa kita tak meminta mediasi Rusia untuk hal-hal seperti penyerahan tanpa syarat.[50]

Dalam jawabannya, Satō memperjelas,

Sudah barang tentu dalam pesan aku sebelumnya menyebut penyerahan tanpa syarat atau syarat-syarat yang nyaris setara, aku membuat pengecualian soal mempertahankan [Rumah Tangga Kekaisaran].[51]

Pada 21 Juli, berkata atas nama kabinet, Tōgō mengulangi,

Tentang soal penyerahan tanpa syarat kami tak bisa menyetujuinya berdasarkan kondisi bagaimana pun. ... .. Dalam usaha menghindari kondisi seperti itu kita sedang mencari damai, ... .. melewati jasa patut Rusia. ... .. Ditinjau dari sudut pandang dalam negeri dan luar negeri, membuat pernyataan segera tentang syarat-syarat tertentu yaitu merugikan dan tak mungkin.[52]

Berbakat kriptografi Amerika Serikat yang bergabung dalam Proyek Magic telah memecahkan beberapa akbar sandi Jepang, termasuk kode Purple yang dipakai oleh kantor-kantor perwakilan Jepang untuk menyandikan koresponden diplomatik. Sbg pengahabisan suatu peristiwanya, pesan sela Tokyo dan kedutaan-kedutaan Jepang berlubang ke pimpinan Sekutu nyaris sama cepatnya dengan penerima di alamat tujuan.[53]

Maksud-maksud Soviet

Urusan keamanan mendominasi keputusan Soviet soal Timur Jauh.[54] Di sela hasrat yang sangat utama yaitu mendapat akses tak terbatas ke Samudra Pasifik. Kawasan lepas pantai Soviet di Pasifik yang lepas es sepanjang tahun, khususnya Vladivostok, bisa diblokade melewati udara dan laut dari Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Bila keduanya didapatkan berfaedah Rusia mendapat akses lepas ke Selat Soya yang memang menjadi sasaran utama.[55][56] Sasaran kedua yaitu akad kontrak Jalur Kereta Api Timur Jauh Cina, Jalur Kereta Api Manchuria Selatan, Dairen, dan Lushun.[57]

Untuk mencapai tujuannya, Stalin and Molotov dengan semangat bernegosiasi dengan Jepang, memberikan Jepang hasrat palsu akan perdamaian dengan Uni Soviet sbg mediator.[58] Pada kala yang bersamaan, dalam transaksi Soviet dengan Amerika Serikat dan Inggris, Soviet bersikeras untuk secara ketat menaati Deklarasi Kairo, ditegaskan kembali di Konferensi Yalta bahwa Sekutu tak akan menerima perdamaian bersyarat atau perdamaian sendiri-sendiri dengan Jepang. Untuk seluruh negara-negara Sekutu, Jepang mesti menyerah tanpa syarat. Untuk memperpanjang perang, Uni Soviet menentang seluruh upaya yang dilakukan untuk memperlunak syarat-syarat kapitulasi.[58] Bila perang tak segera berakhir, Uni Soviet sedang punya cukup saat untuk memindahkan pasukan-pasukan mereka ke ajang perang Pasifik, untuk kemudian menduduki Sakhalin, Kepulauan Kuril, dan probabilitas Hokkaido[59] (invasi dimulai dengan pendaratan di Rumoi, Hokkaido).[60]

Proyek Manhattan

Pada 1939, Albert Einstein dan Leó Szilárd menulis sepucuk surat untuk Presiden Roosevelt yang mendesaknya untuk mendanai penelitian dan pengembangan bom atom. Roosevelt setuju dan hasilnya yaitu proyek riset sangat rahasia yang disebut Proyek Manhattan. Proyek ini dipimpin Jenderal Leslie Groves dengan J. Robert Oppenheimer sbg direktur pengarah bagian ilmiah. Bom atom pertama dengan sukses diledakkan dalam percobaan Trinity 16 Juli 1945.

Sementara proyek nyaris kemudiannya, pimpinan perang Amerika mulai mempertimbangkan untuk memakai bom atom terhadap Jepang. Groves membentuk komite pencari sasaran yang berjumpa pada bulan April dan Mei 1945. Komite ini menyusun daftar sasaran bom atom. Mereka memilih 18 kota-kota di Jepang. Masuk dalam daftar di urutan sangat atas yaitu Kyoto, Hiroshima,[61] Yokohama, Kokura, dan Niigata.[62][63] Pada kemudiannya Kyoto dihapus dari daftar atas desakan Menteri Perang Henry L. Stimson yang pernah mengunjungi Kyoto sewaktu bulan madu, dan mengetahui kota ini sangat penting dalam bidang aturan sejak dahulu kala istiadat dan sejarah.[64]

Pada bulan Mei, Harry S. Truman diangkatkan sbg Presiden Amerika Serikat yang baru setelah Franklin Roosevelt wafat pada 16 April 1945. Truman menyetujui pembentukan komite Interim, suatu kumpulan penasihat yang melapor tentang bom atom.[63] Komite Interim terdiri dari George L. Harrison, Vannevar Bush, James Bryant Conant, Karl Taylor Compton, William L. Clayton, dan Ralph Austin Bard, serta ditolong dewan penasihat yang terdiri dari ilmuwan Oppenheimer, Enrico Fermi, Ernest Lawrence, dan Arthur Compton. Dalam laporan tanggal 1 Juni 1945, komite berkesimpulan bom atom mesti dipakai secepat mungkin terhadap instalasi-instalasi perang berikut rumah-rumah pekerja di sekelilingnya, dan tak perlu memberi peringatan atau peragaan sebelumnya.[65]

Mandat yang diberikan untuk komite tak termasuk penggunaan bom atom, walaupun penggunaannya sudah dianggarkan bila sudah berakhir.[66] Komite mengkaji kembali penggunaan bom atom setelah benar protes dalam bangun Laporan Franck dari ilmuwan Proyek Manhattan. Pada rapat 21 Juni, komite menegaskan kembali bahwa tak benar alternatif lain selain memakai bom atom.[67]

Acara-acara di Potsdam

Pimpinan daya utama Sekutu berjumpa dalam Konferensi Potsdam 16 Juli-2 Agustus 1945. Uni Soviet, Kerajaan Bersatu, dan Amerika Serikat, masing-masing diwakili oleh Stalin, Winston Churchill (kemudian Clement Attlee), dan Truman.

Negosiasi

Perang melawan Jepang yaitu salah satu dari beragam isu yang diberitahukan di Potsdam. Truman mendapat berita tentang suksesnya percobaan Trinity pada awal konferensi, dan menyampaikan informasi tersebut ke delegasi Inggris. Kesuksesan percobaan bom atom menyebabkan delegasi Amerika Serikat mempertimbangkan kembali tentang perlunya partisipasi Soviet (seperti dijanjikan di Yalta).[68] Prioritas teratas Sekutu yaitu mempersingkat perang dan mengurangi korban di pihak Amerika Serikat. Kedua hal tersebut mungkin bisa ditolong dengan benarnya campur tangan Uni Soviet, namun probabilitas mesti dibayar dengan membolehkan Soviet mencaplok wilayah-wilayah di luar wilayah yang dijanjikan untuk mereka di Yalta, dan mungkin Jepang akan terbagi dua seperti Jerman.[69]

Dalam kesepakatan dengan Stalin, Truman memutuskan untuk memberikan pimpinan Soviet kabar tentang keberadaan senjata baru yang kuat tanpa memberitahukan rinciannya. Namun, Sekutu lainnya tak menyadari bahwa intelijen Soviet telah menyusup dalam Proyek Manhattan pada tahap awal, sehingga ketika Stalin mengetahui keberadaan bom atom, beliau tak terkesan dengan potensinya.[70]

Deklarasi Potsdam

Pimpinan negara-negara utama Sekutu memutuskan untuk mengeluarkan pernyataan yang disebut Deklarasi Potsdam yang menetapkan "penyerahan tanpa syarat" dan memperjelas guna kapitulasi Jepang untuk posisi kaisar dan untuk Hirohito secara pribadi. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris saling bertentangan tentang butir terakhir. Amerika Serikat berhasrat menghapus posisi kaisar dan probabilitas mengadilinya sbg penjahat perang. Sebaliknya, Inggris berhasrat mempertahankan posisi kaisar, mungkin dengan Hirohito yang tetap bertahta. Pernyataan-pernyataan dalam rancangan Deklarasi Potsdam merasakan beragam revisi sebelum versi yang diterima kedua belah pihak berakhir.[71]

Pada 26 Juli 1945, Amerika Serikat, Inggris, dan Cina merilis Deklarasi Potsdam yang mengandung syarat-syarat kapitulasi Jepang dengan peringatan, "Kami tak akan menyimpang dari ketentuan-ketentuan ini. Tak benar alternatif. Kami tak membolehkan benarnya penundaan." Untuk Jepang, deklarasi menetapkan syarat-syarat sbg berikut:

  • Penghapusan "selama-lamanya dari kekuasaan dan pengaruh tokoh-tokoh yang telah menipu dan menyesatkan rakyat Jepang ke arah dimulainya penaklukan dunia"
  • Pendudukan "titik-titik dalam wilayah Jepang yang akan ditentukan oleh Sekutu"
  • "Kedaulatan Jepang akan dibatasi pada pulau-pulau Honshu, Hokkaido, Kyushu, dan Shikoku, serta pulau-pulau kecil seperti yang kami tetapkan." Seperti telah diumumkan dalam Deklarasi Kairo 1943, wilayah-wilayah Jepang akan disita sampai wilayah sebelum perang, termasuk Korea dan Taiwan, begitu pula wilayah-wilayah jajahannya baru-baru ini.
  • "Daya militer Jepang mesti sepenuhnya dilucuti"
  • "Keadilan yang keras mesti dijatuhkan untuk seluruh penjahat perang, termasuk seluruh yang telah memainkan kekejaman terhadap orang kita yang ditawan".

Di lain pihak, deklarasi menegaskan bahwa:

  • "Kami tak bermaksud memperbudak Jepang sbg suatu ras atau menghancurkannya sbg suatu bangsa, ... .. Pemerintah Jepang mesti menghapus seluruh penghalang untuk kebangkitan dan makin menguatnya kecenderungan demokrasi di sela rakyat Jepang. Kebebasan berkata, beragama, dan berpikir, begitu pula peghormatan untuk hak asasi manusia yang fundamental mesti ditegakkan."
  • "Jepang mesti dibolehkan mempunyai industri-industri yang akan menunjang ekonomi dan memungkinkan untuk membayar tuntutan pampasan yang serupa dan patut, ... .. Partisipasi Jepang dalam hubungan dagang internasional mesti dibolehkan."
  • "Kesatuan pendudukan Sekutu akan ditarik dari Jepang segera setelah tujuan-tujuan tersebut dicapai dan telah berdirinya suatu pemerintahan yang bertanggung jawab dan mempunyai tujuan damai sesuai dengan hasrat rakyat Jepang yang diungkapkan secara lepas."

Satu-satunya pasal yang menyebut tentang "penyerahan tanpa syarat" dicantumkan pada pengahabisan deklarasi:

  • "Kami mengimbau pemerintah Jepang untuk mencetuskan sekarang juga kapitulasi tanpa syarat dari seluruh tingkatan bersenjata Jepang, dan untuk memperlihatkan jaminan yang cukup dan layak atas maksud patut mereka terhadap hal tersebut. Pilihan lain untuk Jepang yaitu "penghancuran sepenuhnya dan segera."

Tak dituturkan tentang Kaisar Hirohito apakah termasuk ke dalam salah satu dari tokoh yang "menyesatkan rakyat Jepang", atau juga seorang penjahat perang, bahkan sebaliknya bagian dari "pemerintah yang bertanggung jawab dan berkeinginan damai". Pasal "penghancuran sepenuhnya dan segera" probabilitas yaitu peringatan terselubung soal kepemilikan bom atom oleh Amerika Serikat (yang telah dicobakan dengan sukses pada minggu konferensi).[72]

Reaksi Jepang

Pada 27 Juli, pemerintah Jepang menimbang-nimbang cara menanggapi Deklarasi Potsdam. Empat tokoh militer dari Dewan Penasihat Militer bermaksud menolaknya, tetapi Tōgō membujuk kabinet untuk tak memainkannya sampai beliau mendapat reaksi dari Uni Soviet. Dalam suatu telegram, Duta Akbar Jepang untuk Swiss Shunichi Kase berpendapat bahwa penyerahan tanpa syarat hanya berlanjut untuk militer dan bukan untuk pemerintah atau rakyat, dan beliau minta supaya dipahami bahwa pemilihan bahasa yang hati-hati dalam Deklarasi Potsdam sepertinya "telah merasakan pemikiran yang mendalam" dari pihak pemerintah-pemerintah yang menandatanganinya--"mereka rupa-rupanya telah bersusah payah berusaha menyelamatkan muka kita pada beragam pasal-pasal."[73] Pada hari berikutnya, surat-surat kabar Jepang melaporkan bahwa Jepang telah menolak pokok Deklarasi Potsdam yang sebelumnya telah disiarkan dan dijatuhkan sbg selebaran udara di atas Jepang. Dalam usaha mengatasi persepsi publik, Perdana Menteri Suzuki berjumpa dengan pers, dan memberi pernyataan,

Aku menganggap Proklamasi Bersama sbg pengulangan kembali Deklarasi di Konferensi Kairo. Tentang hal tersebut, Pemerintah tak menganggapnya mempunyai nilai penting sama sekali. Salah satu hal yang bisa dilakukan yaitu mengabaikannya (mokusatsu). Kami tak akan memainkan apa-apa kecuali menanggungnya sampai pengahabisan untuk mendatangkan pengahabisan perang yang sukses.[74]

Guna kata mokusatsu yaitu mengabaikan atau tak menanggapi.[74] Walaupun demikian, pernyataan Suzuki, terutama kalimat terakhir hanya menyisakan sedikit ruang untuk interpretasi yang salah. Pers Jepang dan pers luar negeri mengartikannya sbg penolakan, dan tak benar pernyataan lebih lanjut yang disampaikan ke muka umum atau arus diplomatik untuk mengubah kesalahpahaman ini.

Pada 30 Juli, Duta Akbar Satō menulis bahwa Stalin probabilitas sedang berkata dengan Sekutu Barat tentang transaksinya dengan Jepang. Menurut Satō, "Tak benar alternatif selain penyerahan tanpa syarat dengan segera bila kita berhasrat mencegah partisipasi Rusia dalam perang."[75] Pada 2 Agustus, Tōgō menulis untuk Satō, "Sulit untuk Anda untuk mewujudkan hal itu ... .. terbatas saat kita untuk berlanjut ke persiapan mengakhiri perang sebelum musuh mendarat di pulau-pulau utama Jepang, di lain pihak sulit untuk memutuskan syarat-syarat damai yang nyata di tanah cairan secara sekaligus."[76]

Hiroshima, Manchuria, dan Nagasaki

Hiroshima: 6 Agustus


Page 3

Tags (tagged): meriah, jaya, timang gajah, bener meriah, center, of studies, timang, gajah, unkris, ada kecamatan, gajah kabupaten bener, mulie bukit, tunyang, bumi ayu cekal, baru damaran, baru, datu, barat lampahan, timur linung, bale, mekar ayu meriah, sumber, timang gajah timang, rasa tunyang, umah, besi, center of, studies rintisan, kelurahan, indonesia rintisan kelurahan, meriah jaya, bener


Page 4

Tags (tagged): meriah, jaya, timang gajah, bener meriah, center, of studies, timang, gajah, unkris, kabupaten bener, kecamatan timang gajah, luas km, 2, aceh gampong, gunung, tunyang kampung, baru, karang jadi kenine, kolam, setie, simpang, layang simpang rahmat, suka damai, sumber, center of, studies indonesia, rintisan, kelurahan indonesia rintisan, meriah jaya, bener


Page 5

Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu ronde analisis numerik yang dipergunakan untuk mendudukkan permasalahan persamaan linear dan sering dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu aktivitas yang dipekerjakan tak langsung, yaitu berasal dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha membetulkan hampiran dalam tak berhingga namun langkah konvergen. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi ini dipergunakan untuk mendudukkan persamaan linear berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar.

Aktivitas yang dipekerjakan ini ditemukan oleh matematikawan yang berasal dari Jerman,Carl Gustav Jakob Jacobi. Penemuan ini diperhitungkan pada tahun 1800-an.

Jikalau kita mengubah dalam Sistem Persamaan Linear, karenanya dapat ditulis sebagai berikut

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian, dikenal bahwa

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, di mana
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks diagonal,
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga bawah, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga atas.

Kemudian, persamaan di atas dapat diubah menjadi :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian,

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Jika ditulis dalam persangkaan iteratif, karenanya aktivitas yang dipekerjakan Jacobi dapat ditulis sebagai :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

di mana

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan banyaknya iterasi. Jika
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
mencetuskan hampiran ke-
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
penyelesaian SPL, karenanya
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yaitu hampiran awal.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
  1. Set penghitung iterasi k=1
  2. WHILE
    Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    DO
    1. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Hitung
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    2. SET
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    3. IF ||X_Y||<T THEN STOP
    4. Tambah penghitung iterasi,
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    5. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Set yi=xi
    6. SET Y=(y1 y2 y3...yn)T
  3. Tulis pesan "Aktivitas yang dipekerjakan gagal sesudah N iterasi"
  4. STOP

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud software Matlab

Penggunaan algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud matlab. Matlab merupakan program pengolahan data numerik.

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
H=X0'
n=length (b)
X=X0
for k:=1 until N
for i:=i until n,
S = b (i) - A (i,[1:i-1,i+1:n]) * X0 (1:i-1,i+1:n](
X(i) = S / A (i,i)
end
g = abs (X-X0)
err = norm (g)
relerr = err / (norm (X)+eps)
X0 = X
H = [H;X0']
if (err<T)|(relerr<T), break, end
end

Kekonvergenan

MEtode ini hendak mempunyai nilai konvergen jika matriksnya merupakan matriks dominan secara diagonal, yaitu apabila unsur diagonal pada kolom tersebut semakin besar dari penjumlahan unsur-unsur pautannya pada kolom tersebut.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pustaka

Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. ANDI, Yogyakarta

edunitas.com


Page 6

Cara Kepramukaan merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Landasan Kepramukaan. Setiap unsur dalam Cara Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan semuanya saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan. [1]

Jenis Cara Kepramukaan

Cara Kepramukaan merupakan cara berlatih interaktif profresif melalui :[1]

  1. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
  2. berlatih sambil melakukan
  3. cara berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  4. cara yang menarik dan menantang;
  5. cara di dunia terbuka;
  6. kehadiran orang matang yang memberikan asuhan, desakan, dan dukungan;
  7. penghargaan berupa tanda kecakapan;
  8. satuan terpisah selang putra dan putri;

Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas kontrak yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut darma merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Cara Kepramukaan.[1]

Satya Pramuka diucapkan secara sukarela oleh seorang yang akan menjadi Anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan. Satya Pramuka juga dipakai sebagai pengikat diri pribadi untuk secara sukarela mengamalkannya dan dipakai sebagai titik tolak memasuki anggota Pendidikan Kepramukaan guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota warga.[1]

Sedangkan Darma Pramuka merupakan alat pendidikan dapat berdiri sendiri yang progresif untuk membina dan mengembangkan adab luhur, selain itu juga merupakan upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong supaya anggotanya menemukan, menghayat, serta mematuhi sistem nilai yang dimiliki warga dimana ia hidup dan menjadi anggota dalam warga tersebut. Sebagai landasan gerak untuk Gerakan Pramuka, Darma Pramuka berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan Pendidikan Kepramukaan yang caranya mendorong peserta didik manunggal dengan warga, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong. Darma Pramuka mampu pula disamakan dengan Kode Etik untuk organisasi dan Anggota Gerakan Pramuka yang memerankan sebagai landasan serta ketentuan moral landasan yang diterapkan bersama berbagai ketentuan yang lain yang mengatur hak dan kewajiban anggotanya, pembagian tanggungjawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota.[1]

Berlatih Sambil Melakukan

Berlatih sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sejumlah mungkin cara praktik secara praktis pada setiap cara kepramukaan dalam bangunan pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat untuk anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangkasang supaya timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu supaya berpartisipasi aktif dalam segala cara, baik di dalam Gerakan Pramuka maupun di dalam sekeliling yang terkait kemasyarakatan merupakan tujuan dari berlatih sambil melakukan.[1]

Cara Berkelompok Bekerjasama dan Berkompetisi

Peserta didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik sendiri. Cara berkelompok memberikan kesempatan berlatih memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta melakukan pekerjaan dan bekerjasama dalam kerukunan. Cara berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan harapan untuk menjadi bertambah baik.[1]

Cara yang Menarik dan Menantang

Cara menarik dan menantang merupakan cara yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan memuat pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan kepramukaan yakni modern, manfaat, dan taat asas. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga sepele diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada cara yang mampu mengembangkan bakat dan minat yang meliputi ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat untuk perkembangan kepribadian.[1]

Cara di Dunia Membuka

Cara di dunia membuka merupakan cara rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan, dan tidak jarang disertai dengan cara yang menarik dan menantang terutama untuk kaum muda supaya bersedia dan bersedia bergabung dalam Gerakan Pramuka, serta untuk anggota Pramuka supaya tetap terpikat, mengikuti serta mengembangkan cara kepramukaan.[1]

Pada umumnya cara di dunia membuka mampu memberikan pengalaman dengan mempunyainya rasa saling ketergantungan selang unsur-sunru dunia dan kepentingan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu rasa tanggungjawab akan masa hadapan dengan menghormati keseimbangan dunia untuk tetep menjaga serta menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga sekeliling yang terkait merupakan hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan landasan dalam setiap cara yang selaras dengan dunia.

Mengembangkan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, menyadari tidak mempunyai sesuatu yang amat sangat di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.

Kehadiran Orang Matang yang Memberikan Bimbingan, Dorongan, dan Dukungan

Anggota matang berfungsi sebagai perencanaan, organisator, pelaksanaan, pengendalian, pengawas dan penilai. Sedang Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota matang dalam melakukan cara kepramukaan. Anggota muda yang dalam melakukan cara yang dimaksud, diharap mampu melakukan konsultasi dengan anggota matang . Dan pada waktu pelaksanaan cara tersebut, anggota matang diharapkan mampu memberikan pembinaan dan pendampingan. Dikarenakan anggota matang bertanggungjawab atas pelaksanaan cara kepramukaan oleh anggota muda.[1]

Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan

Penghargaan berupa tanda kecakapan berhaluan mendorong dan merangsang peserta didik supaya secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Setiap peserta didik wajib berusaha memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan diri dan baktinya kepada warga. [1]

Sistem Satuan Terpisah

Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus hadapan, satuan karya pramuka, dan cara bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra mampu dibina oleh pembina putri. Cara yang diselenggarakan dalam bangunan perkemahan, harus dijamin dan diamankan supaya tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.[1]

Catatan Kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Aturan Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ed. Hasil Munaslub 2012). Kwartir Nasional, Jakarta. 2012. 


edunitas.com


Page 7

Cara Kepramukaan merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Landasan Kepramukaan. Setiap unsur dalam Cara Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan semuanya saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan. [1]

Jenis Cara Kepramukaan

Cara Kepramukaan merupakan cara berlatih interaktif profresif melalui :[1]

  1. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
  2. berlatih sambil melakukan
  3. cara berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  4. cara yang menarik dan menantang;
  5. cara di dunia terbuka;
  6. kehadiran orang matang yang memberikan asuhan, desakan, dan dukungan;
  7. penghargaan berupa tanda kecakapan;
  8. satuan terpisah selang putra dan putri;

Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas kontrak yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut darma merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Cara Kepramukaan.[1]

Satya Pramuka diucapkan secara sukarela oleh seorang yang akan menjadi Anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan. Satya Pramuka juga dipakai sebagai pengikat diri pribadi untuk secara sukarela mengamalkannya dan dipakai sebagai titik tolak memasuki anggota Pendidikan Kepramukaan guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota warga.[1]

Sedangkan Darma Pramuka merupakan alat pendidikan dapat berdiri sendiri yang progresif untuk membina dan mengembangkan adab luhur, selain itu juga merupakan upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong supaya anggotanya menemukan, menghayat, serta mematuhi sistem nilai yang dimiliki warga dimana ia hidup dan menjadi anggota dalam warga tersebut. Sebagai landasan gerak untuk Gerakan Pramuka, Darma Pramuka berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan Pendidikan Kepramukaan yang caranya mendorong peserta didik manunggal dengan warga, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong. Darma Pramuka mampu pula disamakan dengan Kode Etik untuk organisasi dan Anggota Gerakan Pramuka yang memerankan sebagai landasan serta ketentuan moral landasan yang diterapkan bersama berbagai ketentuan yang lain yang mengatur hak dan kewajiban anggotanya, pembagian tanggungjawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota.[1]

Berlatih Sambil Melakukan

Berlatih sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sejumlah mungkin cara praktik secara praktis pada setiap cara kepramukaan dalam bangunan pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat untuk anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangkasang supaya timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu supaya berpartisipasi aktif dalam segala cara, baik di dalam Gerakan Pramuka maupun di dalam sekeliling yang terkait kemasyarakatan merupakan tujuan dari berlatih sambil melakukan.[1]

Cara Berkelompok Bekerjasama dan Berkompetisi

Peserta didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik sendiri. Cara berkelompok memberikan kesempatan berlatih memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta melakukan pekerjaan dan bekerjasama dalam kerukunan. Cara berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan harapan untuk menjadi bertambah baik.[1]

Cara yang Menarik dan Menantang

Cara menarik dan menantang merupakan cara yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan memuat pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan kepramukaan yakni modern, manfaat, dan taat asas. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga sepele diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada cara yang mampu mengembangkan bakat dan minat yang meliputi ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat untuk perkembangan kepribadian.[1]

Cara di Dunia Membuka

Cara di dunia membuka merupakan cara rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan, dan tidak jarang disertai dengan cara yang menarik dan menantang terutama untuk kaum muda supaya bersedia dan bersedia bergabung dalam Gerakan Pramuka, serta untuk anggota Pramuka supaya tetap terpikat, mengikuti serta mengembangkan cara kepramukaan.[1]

Pada umumnya cara di dunia membuka mampu memberikan pengalaman dengan mempunyainya rasa saling ketergantungan selang unsur-sunru dunia dan kepentingan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu rasa tanggungjawab akan masa hadapan dengan menghormati keseimbangan dunia untuk tetep menjaga serta menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga sekeliling yang terkait merupakan hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan landasan dalam setiap cara yang selaras dengan dunia.

Mengembangkan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, menyadari tidak mempunyai sesuatu yang amat sangat di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.

Kehadiran Orang Matang yang Memberikan Bimbingan, Dorongan, dan Dukungan

Anggota matang berfungsi sebagai perencanaan, organisator, pelaksanaan, pengendalian, pengawas dan penilai. Sedang Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota matang dalam melakukan cara kepramukaan. Anggota muda yang dalam melakukan cara yang dimaksud, diharap mampu melakukan konsultasi dengan anggota matang . Dan pada waktu pelaksanaan cara tersebut, anggota matang diharapkan mampu memberikan pembinaan dan pendampingan. Dikarenakan anggota matang bertanggungjawab atas pelaksanaan cara kepramukaan oleh anggota muda.[1]

Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan

Penghargaan berupa tanda kecakapan berhaluan mendorong dan merangsang peserta didik supaya secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Setiap peserta didik wajib berusaha memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan diri dan baktinya kepada warga. [1]

Sistem Satuan Terpisah

Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus hadapan, satuan karya pramuka, dan cara bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra mampu dibina oleh pembina putri. Cara yang diselenggarakan dalam bangunan perkemahan, harus dijamin dan diamankan supaya tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.[1]

Catatan Kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Aturan Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ed. Hasil Munaslub 2012). Kwartir Nasional, Jakarta. 2012. 


edunitas.com


Page 8

Cara Kepramukaan merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Landasan Kepramukaan. Setiap unsur dalam Cara Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan semuanya saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan. [1]

Jenis Cara Kepramukaan

Cara Kepramukaan merupakan cara berlatih interaktif profresif melalui :[1]

  1. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
  2. berlatih sambil melakukan
  3. cara berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  4. cara yang menarik dan menantang;
  5. cara di dunia terbuka;
  6. kehadiran orang matang yang memberikan asuhan, desakan, dan dukungan;
  7. penghargaan berupa tanda kecakapan;
  8. satuan terpisah selang putra dan putri;

Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas kontrak yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut darma merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Cara Kepramukaan.[1]

Satya Pramuka diucapkan secara sukarela oleh seorang yang akan menjadi Anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan. Satya Pramuka juga dipakai sebagai pengikat diri pribadi untuk secara sukarela mengamalkannya dan dipakai sebagai titik tolak memasuki anggota Pendidikan Kepramukaan guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota warga.[1]

Sedangkan Darma Pramuka merupakan alat pendidikan dapat berdiri sendiri yang progresif untuk membina dan mengembangkan adab luhur, selain itu juga merupakan upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong supaya anggotanya menemukan, menghayat, serta mematuhi sistem nilai yang dimiliki warga dimana ia hidup dan menjadi anggota dalam warga tersebut. Sebagai landasan gerak untuk Gerakan Pramuka, Darma Pramuka berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan Pendidikan Kepramukaan yang caranya mendorong peserta didik manunggal dengan warga, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong. Darma Pramuka mampu pula disamakan dengan Kode Etik untuk organisasi dan Anggota Gerakan Pramuka yang memerankan sebagai landasan serta ketentuan moral landasan yang diterapkan bersama berbagai ketentuan yang lain yang mengatur hak dan kewajiban anggotanya, pembagian tanggungjawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota.[1]

Berlatih Sambil Melakukan

Berlatih sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sejumlah mungkin cara praktik secara praktis pada setiap cara kepramukaan dalam bangunan pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat untuk anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangkasang supaya timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu supaya berpartisipasi aktif dalam segala cara, baik di dalam Gerakan Pramuka maupun di dalam sekeliling yang terkait kemasyarakatan merupakan tujuan dari berlatih sambil melakukan.[1]

Cara Berkelompok Bekerjasama dan Berkompetisi

Peserta didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik sendiri. Cara berkelompok memberikan kesempatan berlatih memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta melakukan pekerjaan dan bekerjasama dalam kerukunan. Cara berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan harapan untuk menjadi bertambah baik.[1]

Cara yang Menarik dan Menantang

Cara menarik dan menantang merupakan cara yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan memuat pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan kepramukaan yakni modern, manfaat, dan taat asas. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga sepele diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada cara yang mampu mengembangkan bakat dan minat yang meliputi ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat untuk perkembangan kepribadian.[1]

Cara di Dunia Membuka

Cara di dunia membuka merupakan cara rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan, dan tidak jarang disertai dengan cara yang menarik dan menantang terutama untuk kaum muda supaya bersedia dan bersedia bergabung dalam Gerakan Pramuka, serta untuk anggota Pramuka supaya tetap terpikat, mengikuti serta mengembangkan cara kepramukaan.[1]

Pada umumnya cara di dunia membuka mampu memberikan pengalaman dengan mempunyainya rasa saling ketergantungan selang unsur-sunru dunia dan kepentingan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu rasa tanggungjawab akan masa hadapan dengan menghormati keseimbangan dunia untuk tetep menjaga serta menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga sekeliling yang terkait merupakan hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan landasan dalam setiap cara yang selaras dengan dunia.

Mengembangkan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, menyadari tidak mempunyai sesuatu yang amat sangat di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.

Kehadiran Orang Matang yang Memberikan Bimbingan, Dorongan, dan Dukungan

Anggota matang berfungsi sebagai perencanaan, organisator, pelaksanaan, pengendalian, pengawas dan penilai. Sedang Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota matang dalam melakukan cara kepramukaan. Anggota muda yang dalam melakukan cara yang dimaksud, diharap mampu melakukan konsultasi dengan anggota matang . Dan pada waktu pelaksanaan cara tersebut, anggota matang diharapkan mampu memberikan pembinaan dan pendampingan. Dikarenakan anggota matang bertanggungjawab atas pelaksanaan cara kepramukaan oleh anggota muda.[1]

Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan

Penghargaan berupa tanda kecakapan berhaluan mendorong dan merangsang peserta didik supaya secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Setiap peserta didik wajib berusaha memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan diri dan baktinya kepada warga. [1]

Sistem Satuan Terpisah

Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus hadapan, satuan karya pramuka, dan cara bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra mampu dibina oleh pembina putri. Cara yang diselenggarakan dalam bangunan perkemahan, harus dijamin dan diamankan supaya tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.[1]

Catatan Kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Aturan Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ed. Hasil Munaslub 2012). Kwartir Nasional, Jakarta. 2012. 


edunitas.com


Page 9

Cara Kepramukaan merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan Prinsip Landasan Kepramukaan. Setiap unsur dalam Cara Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan semuanya saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan. [1]

Jenis Cara Kepramukaan

Cara Kepramukaan merupakan cara berlatih interaktif profresif melalui :[1]

  1. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
  2. berlatih sambil melakukan
  3. cara berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  4. cara yang menarik dan menantang;
  5. cara di dunia terbuka;
  6. kehadiran orang matang yang memberikan asuhan, desakan, dan dukungan;
  7. penghargaan berupa tanda kecakapan;
  8. satuan terpisah selang putra dan putri;

Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas kontrak yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut darma merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam Cara Kepramukaan.[1]

Satya Pramuka diucapkan secara sukarela oleh seorang yang akan menjadi Anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan. Satya Pramuka juga dipakai sebagai pengikat diri pribadi untuk secara sukarela mengamalkannya dan dipakai sebagai titik tolak memasuki anggota Pendidikan Kepramukaan guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota warga.[1]

Sedangkan Darma Pramuka merupakan alat pendidikan dapat berdiri sendiri yang progresif untuk membina dan mengembangkan adab luhur, selain itu juga merupakan upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong supaya anggotanya menemukan, menghayat, serta mematuhi sistem nilai yang dimiliki warga dimana ia hidup dan menjadi anggota dalam warga tersebut. Sebagai landasan gerak untuk Gerakan Pramuka, Darma Pramuka berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan Pendidikan Kepramukaan yang caranya mendorong peserta didik manunggal dengan warga, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong. Darma Pramuka mampu pula disamakan dengan Kode Etik untuk organisasi dan Anggota Gerakan Pramuka yang memerankan sebagai landasan serta ketentuan moral landasan yang diterapkan bersama berbagai ketentuan yang lain yang mengatur hak dan kewajiban anggotanya, pembagian tanggungjawab antar anggota serta pengambilan keputusan oleh anggota.[1]

Berlatih Sambil Melakukan

Berlatih sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sejumlah mungkin cara praktik secara praktis pada setiap cara kepramukaan dalam bangunan pendidikan keterampilan dan berbagai pengalaman yang bermanfaat untuk anggota muda. Mengarahkan perhatian anggota muda untuk selalu berbuat hal-hal nyata, merangkasang supaya timbulnya keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacu supaya berpartisipasi aktif dalam segala cara, baik di dalam Gerakan Pramuka maupun di dalam sekeliling yang terkait kemasyarakatan merupakan tujuan dari berlatih sambil melakukan.[1]

Cara Berkelompok Bekerjasama dan Berkompetisi

Peserta didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik sendiri. Cara berkelompok memberikan kesempatan berlatih memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta melakukan pekerjaan dan bekerjasama dalam kerukunan. Cara berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan harapan untuk menjadi bertambah baik.[1]

Cara yang Menarik dan Menantang

Cara menarik dan menantang merupakan cara yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan memuat pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka. Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan kepramukaan yakni modern, manfaat, dan taat asas. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga sepele diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada cara yang mampu mengembangkan bakat dan minat yang meliputi ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat untuk perkembangan kepribadian.[1]

Cara di Dunia Membuka

Cara di dunia membuka merupakan cara rekreasi yang edukatif dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan dan keamanan, dan tidak jarang disertai dengan cara yang menarik dan menantang terutama untuk kaum muda supaya bersedia dan bersedia bergabung dalam Gerakan Pramuka, serta untuk anggota Pramuka supaya tetap terpikat, mengikuti serta mengembangkan cara kepramukaan.[1]

Pada umumnya cara di dunia membuka mampu memberikan pengalaman dengan mempunyainya rasa saling ketergantungan selang unsur-sunru dunia dan kepentingan untuk melestarikannya, serta mengembangkan suatu rasa tanggungjawab akan masa hadapan dengan menghormati keseimbangan dunia untuk tetep menjaga serta menanamkan pada anggota muda bahwa menjaga sekeliling yang terkait merupakan hal yang utama yang harus ditaati dan dikenali sebagai aturan landasan dalam setiap cara yang selaras dengan dunia.

Mengembangkan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, menyadari tidak mempunyai sesuatu yang amat sangat di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, serta membina kerjasama dan rasa memiliki.

Kehadiran Orang Matang yang Memberikan Bimbingan, Dorongan, dan Dukungan

Anggota matang berfungsi sebagai perencanaan, organisator, pelaksanaan, pengendalian, pengawas dan penilai. Sedang Pramuka Penegak dan Pandega berfungsi sebagai pembantu anggota matang dalam melakukan cara kepramukaan. Anggota muda yang dalam melakukan cara yang dimaksud, diharap mampu melakukan konsultasi dengan anggota matang . Dan pada waktu pelaksanaan cara tersebut, anggota matang diharapkan mampu memberikan pembinaan dan pendampingan. Dikarenakan anggota matang bertanggungjawab atas pelaksanaan cara kepramukaan oleh anggota muda.[1]

Penghargaan Berupa Tanda Kecakapan

Penghargaan berupa tanda kecakapan berhaluan mendorong dan merangsang peserta didik supaya secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi keterampilan. Setiap peserta didik wajib berusaha memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan diri dan baktinya kepada warga. [1]

Sistem Satuan Terpisah

Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus hadapan, satuan karya pramuka, dan cara bersama. Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, kecuali perindukan siaga putra mampu dibina oleh pembina putri. Cara yang diselenggarakan dalam bangunan perkemahan, harus dijamin dan diamankan supaya tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.[1]

Catatan Kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l Aturan Rumah Tangga Gerakan Pramuka (ed. Hasil Munaslub 2012). Kwartir Nasional, Jakarta. 2012. 


edunitas.com


Page 10

Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu ronde analisis numerik yang dipergunakan untuk mendudukkan permasalahan persamaan linear dan sering dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu aktivitas yang dipekerjakan tak langsung, yaitu berasal dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha membetulkan hampiran dalam tak berhingga namun langkah konvergen. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi ini dipergunakan untuk mendudukkan persamaan linear berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar.

Aktivitas yang dipekerjakan ini ditemukan oleh matematikawan yang berasal dari Jerman,Carl Gustav Jakob Jacobi. Penemuan ini diperhitungkan pada tahun 1800-an.

Jikalau kita mengubah dalam Sistem Persamaan Linear, karenanya dapat ditulis sebagai berikut

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian, dikenal bahwa

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, di mana
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks diagonal,
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga bawah, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga atas.

Kemudian, persamaan di atas dapat diubah menjadi :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian,

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Jika ditulis dalam persangkaan iteratif, karenanya aktivitas yang dipekerjakan Jacobi dapat ditulis sebagai :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

di mana

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan banyaknya iterasi. Jika
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
mencetuskan hampiran ke-
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
penyelesaian SPL, karenanya
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yaitu hampiran awal.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
  1. Set penghitung iterasi k=1
  2. WHILE
    Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    DO
    1. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Hitung
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    2. SET
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    3. IF ||X_Y||<T THEN STOP
    4. Tambah penghitung iterasi,
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    5. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Set yi=xi
    6. SET Y=(y1 y2 y3...yn)T
  3. Tulis pesan "Aktivitas yang dipekerjakan gagal sesudah N iterasi"
  4. STOP

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud software Matlab

Penggunaan algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud matlab. Matlab merupakan program pengolahan data numerik.

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
H=X0'
n=length (b)
X=X0
for k:=1 until N
for i:=i until n,
S = b (i) - A (i,[1:i-1,i+1:n]) * X0 (1:i-1,i+1:n](
X(i) = S / A (i,i)
end
g = abs (X-X0)
err = norm (g)
relerr = err / (norm (X)+eps)
X0 = X
H = [H;X0']
if (err<T)|(relerr<T), break, end
end

Kekonvergenan

MEtode ini hendak mempunyai nilai konvergen jika matriksnya merupakan matriks dominan secara diagonal, yaitu apabila unsur diagonal pada kolom tersebut semakin besar dari penjumlahan unsur-unsur pautannya pada kolom tersebut.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pustaka

Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. ANDI, Yogyakarta

edunitas.com


Page 11

Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu ronde analisis numerik yang dipergunakan untuk mendudukkan permasalahan persamaan linear dan sering dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu aktivitas yang dipekerjakan tak langsung, yaitu berasal dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha membetulkan hampiran dalam tak berhingga namun langkah konvergen. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi ini dipergunakan untuk mendudukkan persamaan linear berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar.

Aktivitas yang dipekerjakan ini ditemukan oleh matematikawan yang berasal dari Jerman,Carl Gustav Jakob Jacobi. Penemuan ini diperhitungkan pada tahun 1800-an.

Jikalau kita mengubah dalam Sistem Persamaan Linear, karenanya dapat ditulis sebagai berikut

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian, dikenal bahwa

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, di mana
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks diagonal,
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga bawah, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga atas.

Kemudian, persamaan di atas dapat diubah menjadi :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian,

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Jika ditulis dalam persangkaan iteratif, karenanya aktivitas yang dipekerjakan Jacobi dapat ditulis sebagai :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

di mana

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan banyaknya iterasi. Jika
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
mencetuskan hampiran ke-
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
penyelesaian SPL, karenanya
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yaitu hampiran awal.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
  1. Set penghitung iterasi k=1
  2. WHILE
    Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    DO
    1. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Hitung
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    2. SET
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    3. IF ||X_Y||<T THEN STOP
    4. Tambah penghitung iterasi,
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    5. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Set yi=xi
    6. SET Y=(y1 y2 y3...yn)T
  3. Tulis pesan "Aktivitas yang dipekerjakan gagal sesudah N iterasi"
  4. STOP

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud software Matlab

Penggunaan algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud matlab. Matlab merupakan program pengolahan data numerik.

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
H=X0'
n=length (b)
X=X0
for k:=1 until N
for i:=i until n,
S = b (i) - A (i,[1:i-1,i+1:n]) * X0 (1:i-1,i+1:n](
X(i) = S / A (i,i)
end
g = abs (X-X0)
err = norm (g)
relerr = err / (norm (X)+eps)
X0 = X
H = [H;X0']
if (err<T)|(relerr<T), break, end
end

Kekonvergenan

MEtode ini hendak mempunyai nilai konvergen jika matriksnya merupakan matriks dominan secara diagonal, yaitu apabila unsur diagonal pada kolom tersebut semakin besar dari penjumlahan unsur-unsur pautannya pada kolom tersebut.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pustaka

Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. ANDI, Yogyakarta

edunitas.com


Page 12

Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu ronde analisis numerik yang dipergunakan untuk mendudukkan permasalahan persamaan linear dan sering dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi merupakan salah satu aktivitas yang dipekerjakan tak langsung, yaitu berasal dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha membetulkan hampiran dalam tak berhingga namun langkah konvergen. Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi ini dipergunakan untuk mendudukkan persamaan linear berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar.

Aktivitas yang dipekerjakan ini ditemukan oleh matematikawan yang berasal dari Jerman,Carl Gustav Jakob Jacobi. Penemuan ini diperhitungkan pada tahun 1800-an.

Jikalau kita mengubah dalam Sistem Persamaan Linear, karenanya dapat ditulis sebagai berikut

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian, dikenal bahwa

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, di mana
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks diagonal,
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga bawah, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan matriks segitiga atas.

Kemudian, persamaan di atas dapat diubah menjadi :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Kemudian,

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Jika ditulis dalam persangkaan iteratif, karenanya aktivitas yang dipekerjakan Jacobi dapat ditulis sebagai :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

di mana

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
merupakan banyaknya iterasi. Jika
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
mencetuskan hampiran ke-
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
penyelesaian SPL, karenanya
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yaitu hampiran awal.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
  1. Set penghitung iterasi k=1
  2. WHILE
    Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    DO
    1. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Hitung
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    2. SET
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    3. IF ||X_Y||<T THEN STOP
    4. Tambah penghitung iterasi,
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
    5. FOR
      Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
      , Set yi=xi
    6. SET Y=(y1 y2 y3...yn)T
  3. Tulis pesan "Aktivitas yang dipekerjakan gagal sesudah N iterasi"
  4. STOP

Algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud software Matlab

Penggunaan algoritma Aktivitas yang dipekerjakan Iterasi Jacobi dalam wujud matlab. Matlab merupakan program pengolahan data numerik.

INPUT :

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, A, b, dan hampiran awal Y=(y1 y2 y3...yn)T , batas toleransi T, dan maksimum iterasi N

OUTPUT :

X=(x1 x2 x3...xn)T, vektor galat hampiran
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
, dan
Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah
yang merupakan matriks dengan baris vektor-vektor hampiran selama iterasi.
H=X0'
n=length (b)
X=X0
for k:=1 until N
for i:=i until n,
S = b (i) - A (i,[1:i-1,i+1:n]) * X0 (1:i-1,i+1:n](
X(i) = S / A (i,i)
end
g = abs (X-X0)
err = norm (g)
relerr = err / (norm (X)+eps)
X0 = X
H = [H;X0']
if (err<T)|(relerr<T), break, end
end

Kekonvergenan

MEtode ini hendak mempunyai nilai konvergen jika matriksnya merupakan matriks dominan secara diagonal, yaitu apabila unsur diagonal pada kolom tersebut semakin besar dari penjumlahan unsur-unsur pautannya pada kolom tersebut.

Siapa yang merahasiakan bahwa Jepang menyerah

Pustaka

Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. ANDI, Yogyakarta

edunitas.com