Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia

Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia

Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Cornelis de Houtman.

KOMPAS.com - Selama Abad Penjelajahan, Belanda termasuk salah satu negara di Eropa yang banyak memberikan kontribusi bagi peradaban dunia.

Sejak akhir abad ke-16, beberapa pelaut Belanda mulai menjelajah samudra dengan berbagai alasan.

Penjelajahan samudra oleh para pelaut Belanda awalnya dilakukan dengan mengikuti rute yang ditemukan oleh bangsa Portugis.

Hingga abad ke-17, sejumlah penjelajah bangsa Belanda berhasil melayari samudra dan menemukan wilayah baru di berbagai belahan dunia.

Beberapa di antaranya bahkan berhasil sampai di Indonesia.

Willem Barentsz

Pelaut Belanda yang pada tahun 1594 mencoba berlayar untuk mencari tanah Hindia melalui daerah Kutub Utara adalah Willem Barentsz.

Barentsz adalah seorang navigator dan kartografer Belanda yang melakukan penjelajahan pertamanya pada 1594 menuju Kutub Utara.

Namun, ia gagal karena kapalnya terjepit dan terhenti di sebuah pulau yang dinamakan Novaya Zemlya.

Setelah terdampar hampir satu tahun di Novaya Zemlya, Barentsz memutuskan untuk kembali ke Belanda pada 1597, tetapi meninggal dalam perjalanan.

Baca juga: Marco Polo, Penjelajah yang Mengaku Bertemu Unicorn di Sumatera

Cornelis de Houtman

Cornelis de Houtman menjadi pelaut Belanda yang berhasil sampai ke Indonesia untuk pertama kalinya.

Ekspedisi Kedua Belanda ke Indonesia adalah sebuah ekspedisi yang berlangsung dari 1598 hingga 1600, salah satu penyerangan tiba-tiba Belanda terhadap perdagangan rempah yang menyebabkan pendirian Perusahaan Hindia Timur Belanda. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob Cornelius van Neck.

Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia

Pelayaran kembali pada 1599, oleh Cornelis Vroom

Selama abad ke-16, Portugis mendominasi perdagangan rempah, namun setelah Ekspedisi Pertama Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman, para penyokong ekspedisi tersebut memutuskan bahwa waktunya telah matang untuk terjun lebih jauh dalam pasar rempah Indonesia. Perusahaan di belakang ekspedisi pertama, Compagnie van Verre, dan Perusahaan Baru untuk Pelayaran ke Hindia Timur yang baru didirikan ikut bergabung dan di antara mereka berhasil mengumpulkan hampir 800.000 gulden, jumlah uang terbesar yang pernah dihimpun di Belanda untuk sebuah perusahaan swasta.[1] Seorang pembuat peta terkemuka Amsterdam, Petrus Plancius, juga tertarik dalam perusahaan tersebut, dan mempelajari dengan teliti laporan ekspedisi pertama untuk menulis satu set petunjuk pelayaran untuk ekspedisi tersebut.

Laksamana Jacob van Neck terpilih sebagai pemimpin, dengan Wakil Laksamana Wybrand van Warwyck dan penjelajah Arktika Jacob van Heemskerck sebagai letnannya.[2] Yang juga naik kapal tersebut adalah Willem Janszoon.[3] Pada 1 Mei 1598, armada tersebut berlayar dari Texel.[2]

Armada ini terdiri dari delapan kapal: Mauritius dan Hollandia, yang telah berlayar bersama armada pertama, serta Amsterdam, Zeelandia, Geldria, Utrecht, Vriesland, dan sebuah kapal yang lebih kecil, Overeyssel. Lima yang terakhir ini semuanya dinamai sesuai nama provinsi Belanda.[3]

Armada ini mencatat waktu yang sangat baik pada awalnya, mengelilingi Tanjung Harapan hanya dalam waktu tiga bulan.[2] Namun, segera setelah mencapai Tanjung, armada tersebut dihantam badai besar, dan pecah menjadi dua bagian.[2] Van Neck dengan tiga kapal segera pulih dan mendarat di pantai Timur Madagaskar untuk mengisi persediaan,[2] sementara kapal lainnya di bawah Warwyck tidak bisa mendarat di Madagaskar karena badai.[4]

 

Ilustrasi dari "Het Tweede Boeck" van Neck menunjukkan aktivitas Belanda di pantai Mauritius, serta penggambaran burung dodo yang diterbitkan pertama kali, di sebelah kiri

Setelah berlayar selama tujuh bulan, Van Neck dan ketiga kapalnya sampai di kota perdagangan Banten pada 25 November.[4] Orang-orang Banten menerima Belanda dengan penuh semangat, karena baru-baru ini mereka bertempur dengan Portugis dan menghancurkan tiga kapal mereka, sehingga mereka berharap bisa memperoleh perlindungan dari armada Portugis yang penuh dendam melalui penggemblengan aliansi dengan Van Neck.[5] Dalam waktu satu bulan dia telah mengisi ketiga kapalnya penuh dengan rempah-rempah.[4]

Sementara itu, kapal-kapal lainnya mendarat di pulau Do Cerne, yang mereka ganti namanya menjadi Mauritius sebagai penghormatan bagi Maurice dari Nassau.[6] Mereka meninggalkan seekor ayam jantan dan tujuh ekor ayam betina di pulau itu, dan juga menanam banyak benih, termasuk beberapa pohon jeruk dan lemon.[6] Mereka kemudian berlayar ke Banten, yang mereka capai pada 30 Desember, yang memicu perayaan Tahun Baru yang menggembirakan dari pihak awak Van Neck.[4]

Van Neck segera mengisi salah satu dari empat kapal yang dibawa oleh Warwyck dengan rempah-rempah dan kemudian berlayar pulang dengannya dan tiga kapal lainnya yang telah diisinya.[6] Dia tiba di Amsterdam pada Juli 1599, perjalanannya memakan waktu setengah dari lamanya ekspedisi de Houtman.[7] Para awak kapal diarak melewati jalan-jalan di belakang rombongan sangkakala seraya semua lonceng di kota berdentang, kemudian diberi anggur sebanyak yang bisa mereka minum, sementara Van Neck dianugerahkan sebuah gelas emas.[5] Van Neck membawa pulang hampir satu juta pon lada dan cengkih, serta setengah kapal berisi pala, lawang, dan kayu manis.[8]

  • Ekspedisi Pertama Belanda ke Indonesia
  • Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia

  1. ^ Masselman, p. 110
  2. ^ a b c d e Masselman, p. 111
  3. ^ a b Mutch, p. 13
  4. ^ a b c d Masselman, p. 112
  5. ^ a b Milton, p. 135
  6. ^ a b c Masselman, p. 113
  7. ^ Masselman, p. 114
  8. ^ Milton, p. 134

  • Masselman, George (1963). The Cradle of Colonialism. New Haven & London: Yale University Press. 
  • Milton, Giles (1999). Nathaniel's Nutmeg or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader Who Changed the Course of History. New York: Penguin Books. ISBN 0-374-21936-2. 
  • Mutch, T.D. (1942). The First Discovery of Australia With an account of the Voyage of the "Duyfken" and the Career of Captain Willem Jansz. Sydney. Diakses tanggal 2009-12-26. 
  • Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-621285-5. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ekspedisi_Kedua_Belanda_ke_Nusantara&oldid=17961882"

Cornelis de Houtman (lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun)[1] adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Cornelis de Houtman bersama armadanya tiba pada 27 Juni 1596 di perairan Banten,[1] lalu kembali lagi pada 14 Agustus 1597 membawa 240 kantong lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga pala.[2] Keberhasilannya ini membuka jalan bagi ekspedisi-ekspedisi selanjutnya yang berujung pada praktik kolonialisme di Nusantara.

Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia
Cornelis de HoutmanLahir(1565-04-02)2 April 1565
Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia
Gouda, Holandia, Tujuh Belas Provinsi
Meninggal1 September 1599(1599-09-01) (umur 34)
Siapa nama pemimpin Bangsa Belanda yang memimpin ekspedisi ke Indonesia dan kapan tiba di Indonesia
Kesultanan Aceh
KebangsaanBelandaPekerjaanPenjelajah

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdam, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berarti "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak awal. Penyakit seriawan merebak hanya beberapa minggu setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di antara para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah lebih lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berhenti kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran awal. Penerimaan penduduk awalnya bersahabat, tetapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka akhirnya berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan air dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Malahayati tanggal 11 September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.

Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan bagi Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berdagang ke Timur. Dalam lima tahun kemudian, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa disebut memulai penjajahan Hindia Belanda.

  1. ^ a b "Cornelis de Houtman - Mozaik Tirto - Tirto.ID". tirto.id. Diakses tanggal 2018-07-30. 
  2. ^ "Melipat Laba di Pelayaran Kedua". Historia - Obrolan Perempuan Urban. Diakses tanggal 2018-07-30. 
  •   "Houtman, Cornelis". New International Encyclopedia. 1905. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cornelis_de_Houtman&oldid=20846269"