Semua perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapat

Q.Rukun Iman kepada Rasul adalah rukun iman yang ke ...? __ Rules: Sertakan Penjelasan!!No ngasal!!No copas!!dll __ nt : on bntr gpp kli y ���

ka bantu jawan dong kaa:((​

tolong kak di jawab​

tolong kak jawab dari nomer 4 sampai 20​

tolong kak jawab dari atas sampai bawah ya c dan d juga ya ka​

Perahu menurut bentuk dasarnya dibedakan menjadi 3 yaitu? Jelaskan! ​

BANTU JAWAB BANTU JAWAB BANTU JAWAB​

apakah anak sebelum baligh boleh tidak bertaubat?​

sebutkan 3 adab dan akhlak kepada teman ​

Jelaskan kisah nabi dan rasul

Jakarta -

Agama Islam mengajarkan pemeluknya untuk berlaku ikhlas dalam segala perbuatan. Perilaku ikhlas ini memiliki banyak manfaat baik untuk dunia maupun akhirat.

Secara bahasa, ikhlas artinya murni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati.

Dari segi istilah, ikhlas adalah seluruh ibadah yang diniatkan hanya kepada Allah SWT, bukan yang lain. Orang yang ikhlas tidak akan mengharap pujian dari sesamanya. Lawan kata ikhlas adalah pamrih atau riya yang artinya mengharapkan pujian dari manusia.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud dan An-Nasa'i dikatakan bahwa Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatan kecuali yang dilakukan dengan ikhlas.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridho-Nya." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i).

Penjelasan lebih lanjut mengenai makna ikhlas juga termaktub dalam QS. Al-An'am ayat 162-163 sebagai berikut:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ (163)

Artinya: "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS. Al-An'am: 162-163).

Berikut 10 manfaat ikhlas dikutip dari buku Memaknai Kehidupan oleh Abdul Hamid:

1. Mendapat pahala dari Allah SWT2. Hati menjadi tenang dan ibadah menjadi lancar3. Menjadi manusia yang pemaaf4. Tidak mudah marah dan tidak diperdaya oleh amarah5. Selalu disayangi dan disenangi orang lain6. Dijauhkan dari sifat-sifat kotor seperti ujub, takabur, dan iri7. Hati selalu lapang dan terasa ringan dalam menjalani hidup8. Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan menerima Qada dan Qadar Allah9. Menjadi sosok yang hebat dan kuat

10. Mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT

Sahabat hikmah, sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan semata-mata hanya untuk menggapai ridho-Nya.

(nwy/nwy)


Page 2

Jakarta -

Agama Islam mengajarkan pemeluknya untuk berlaku ikhlas dalam segala perbuatan. Perilaku ikhlas ini memiliki banyak manfaat baik untuk dunia maupun akhirat.

Secara bahasa, ikhlas artinya murni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati.

Dari segi istilah, ikhlas adalah seluruh ibadah yang diniatkan hanya kepada Allah SWT, bukan yang lain. Orang yang ikhlas tidak akan mengharap pujian dari sesamanya. Lawan kata ikhlas adalah pamrih atau riya yang artinya mengharapkan pujian dari manusia.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud dan An-Nasa'i dikatakan bahwa Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatan kecuali yang dilakukan dengan ikhlas.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridho-Nya." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i).

Penjelasan lebih lanjut mengenai makna ikhlas juga termaktub dalam QS. Al-An'am ayat 162-163 sebagai berikut:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ (163)

Artinya: "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS. Al-An'am: 162-163).

Berikut 10 manfaat ikhlas dikutip dari buku Memaknai Kehidupan oleh Abdul Hamid:

1. Mendapat pahala dari Allah SWT2. Hati menjadi tenang dan ibadah menjadi lancar3. Menjadi manusia yang pemaaf4. Tidak mudah marah dan tidak diperdaya oleh amarah5. Selalu disayangi dan disenangi orang lain6. Dijauhkan dari sifat-sifat kotor seperti ujub, takabur, dan iri7. Hati selalu lapang dan terasa ringan dalam menjalani hidup8. Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan menerima Qada dan Qadar Allah9. Menjadi sosok yang hebat dan kuat

10. Mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT

Sahabat hikmah, sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan semata-mata hanya untuk menggapai ridho-Nya.

(nwy/nwy)

Perbuatan baik apa saja jika tidak dilakukan dengan ikhlas maka dianggap tidak sempurna dan bahkan tidak memiliki nilai apa-apa. Oleh karena itu ikhlas adalah menjadi bagian yang amat penting dari semua kegiatan ibadah. Sekalipun begitu tidak mudah menjalankannya.

Ikhlas adalah perbuatan hati. Siapapun tidak bisa membantu agar sempurna, oleh karena bersifat individu, atau sangat pribadi. Orang lain hanya bisa memberi saran atau peringatan yaitu bahwa agar semua perbuatan baik, amal, ibadah didasari oleh keikhlasan. Sementara itu, yang bersangkutan sendiri yang bisa menata hatinya, agar ikhlas itu.

Bahkan, perbuatan hati berupa ikhlas itu tidak perlu dilaporkan kepada siapapun. Seseorang yang mengatakan bahwa ibadahnya dilakukan dengan ikhlas, maka bisa jadi sebenarnya justru tidak ikhlas. Ikhlas adalah suara hati yang tidak perlu diucapkan. Suara itu hanya patut disampaikan kepada Tuhan dan tidak perlu kepada sesama manusia.

Ibadah apapun seharusnya dilakukan dengan sempurna. Berdzikir, shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain tidak akan sempurna dan bahkan tidak akan ada gunanya jika tidak dibarengi dengan niat ikhlas itu. Memang, semua ibadah, setidaknya melibatkan tiga aspek, yaitu hati atau qolby, ucapan atau qouly, dan perbuatan atau fi'ly. Ketiganya harus dilakukan secara sempurna.

Di antara ketiga aspek dimaksud yang paling sulit dilakukan dalam beribadah adalah justru yang memiliki posisi terpenting, yaitu niat dimaksud. Terkait dengan ucapan atau doa yang seharusnya diucapkan atau bagian tubuh yang seharusnya digerakkan adalah mudah dilakukan. Hal itu bisa dilatih. Yang dibutuhkan, agar berhasil menjadi benar, hanyalah berlatih dengan tekun dan sabar.

Namun betapapun tepatnya aspek qouly dan fi'ly dalam rangkaian ibadah itu, jika tidak disempurnakan dengan suara batin, hati, atau qolby yang benar, maka ibadah yang dimasksudkan itu tetap tidak akan nyampai pada tujuan yang sebenarnya. Namun sayangnya, orang lebih sibuk berdebat tentang hal yang mudah itu.

Sebagai contoh sederhana, orang menyukai berdebat tentang perlu tidaknya doa qunut, adzan jum'ah dua atau satu kali, jumlah bilangan raka'at shalat tarweh, niat itu harus diucapkan atau tidak, hisab atau ru'yat, dan seterusnya. Sekalipun hal itu penting, yaitu bahwa ucapan doa atau qouly dan atau gerak anggota ubuh atau fi'ly itu penting, tetapi ada yang jauh lebih penting lagi, yaitu suasana batin atau qolby yang ikhlas.

Ada saja orang merasa bahwa ibadahnya paling benar, sedangkan yang lain dianggap keliru. Padahal yang dimaksudkan benar itu adalah baru pada tataran qouly dan fi'lynya. Kebenaran pada kedua aspek tersebut masih harus disempurnakan dengan ketepatan pada suara hatinya masing-masing. Sementara itu, merasa benar dan apalagi menyalahkan orang lain adalah merupakan ekspresi dari ketidak-ikhlasannya, atau setidaknya akan mengganggu hati orang lain, yang hal itu seharusnya dihindari.

Memperhatikan lingkup keseluruhan aspek ibadah seperti itu, maka seharusnya tidak perlu saling menyalahkan, saling menilai kualitas ibadah orang lain, dan apalagi mengklaim bahwa ibadah dirinya saja yang diterima. Bisa saja ibadah itu dari aspek qouly dan fi'lynya benar, tetapi belum tentu aspek qolbynya benar-benar telah sempurna.

Oleh karena itu, setelah ibadah dijalankan, cara yang tepat adalah menyerahkan saja semuanya pada Allah, Dzat Yang Maha Memiliki Otoritas menerima ibadah dari siapapun. Segala ibadah harus dilakukan dengan ikhlas, sedangkan yang mengetahui keikhlasan itu hanya Allah sendiri. Dengan berpikir seperti itu, maka kiranya tidak perlu saling menyalahkan antar sesama yang hanya membuahkan perpecahan hingga akibatnya umat menjadi lemah. Wallahu a'lam.