Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Jakarta -

Belajar sejarah dapat dilakukan dengan cara berpikir sinkronik dan diakronik. Apa itu cara berpikir sinkronik dan diakronik?

Dilansir dari halaman web Rumah Belajar Kemdikbud, cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang meluas dalam ruang, tetapi terbatas dalam waktu. Sementara itu, cara berpikir diakronik adalah cara berpikir yang memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang.

Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas cara berpikir sinkronik mulai dari ciri-ciri hingga contohnya.

Berdasarkan e-Modul Sejarah Indonesia Kelas X: Konsep Berpikir Kronologis, Diakronik, Sinkronik, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah, kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang berarti dengan dan "chronoss" yang berarti waktu.

Dengan begitu, cara berpikir sinkronik hanya akan menganalisis sesuatu pada kondisi tertentu dan lebih menekankan pada struktur. Tujuan cara berpikir sinkronik dalam mempelajari sejarah adalah untuk mengkaji pola-pola, gejala-gejala, dan karakter sebuah peristiwa dalam masa tertentu. Cara berpikir ini memang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial.

Ciri-ciri dari cara berpikir sinkronik adalah:

1. Mempelajari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.3. Bersifat horizontal.4. Tidak memiliki konsep perbandingan.5. Jangkauan kajian lebih sempit.6. Memiliki kajian yang sangat sistematis.

7. Kajian bersifat serius dan mendalam.

Contoh Cara Berpikir Sinkronik

Supaya detikers lebih memahami cara berpikir sinkronik, simak contoh yang dikutip dari buku Sejarah Indonesia oleh Windriati, S.Pd., di bawah ini, yuk.

Contoh 1: Keadaan Ekonomi di Indonesia pada 1998

Indonesia berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk pada 1998, bahkan Presiden Soeharto pun mengundurkan diri dari jabatannya. Pada tahun tersebut, Indonesia memiliki banyak utang perusahaan dan negara yang jatuh tempo di tahun yang sama. Hal ini tentu membuat banyak perusahaan gulung tikar.

Akibatnya, angka pengangguran meningkat dan pendapatan per kapita Indonesia turun drastis dari 1.155 USD per kapita pada 1996 menjadi 610 USD per kapita pada 1998. Selain itu, terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika hingga Rp 15.000 per dollar Amerika. Hal ini membuat harga barang meningkat pesat dan inflasi semakin tidak terkendali.

Contoh 2: Suasana Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Jakarta

Pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa paling penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Jalan Proklamasi. Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apa pun yang bisa dijadikan sebagai senjata.

Meskipun Jepang sudah kalah dari Sekutu, tentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta. Namun, suasana di Jakarta tetap kondusif. Sebelum dibacakan di kediaman Sukarno, Proklamasi rencananya akan dibacakan di Lapangan Ikada.

Namun, karena takut terjadi pertumpahan darah, lokasi pembacaan akhirnya dipindahkan. Perubahan ini membuat sekitar 100 anggota Barisan Pelopor berjalan kaki dari Lapangan Ikada ke kediaman Sukarno. Akibatnya, meraka datang terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamai. Namun, Mohammad Hatta menolak tuntutan tersebut dan hanya memberikan amanat singkat.

Dengan demikian, dari dengan cara berpikir sinkronik dapat dilihat bahwa kajian yang dipaparkan dalam contoh di atas terbatas dalam waktu, yaitu keadaan ekonomi pada 1998 dan pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945, tetapi meluas pada ruang (suasana, karakter, dan pola).

Dua contoh di atas juga sekaligus menutup pembahasan kita mengenai cara berpikir sinkronik dalam belajar sejarah, nih.

Simak Video "Nadiem Makarim Rombak SBMPTN: Tidak Ada Lagi Tes Mata Pelajaran"


[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)

Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Sejarah berkaitan dengan konsep waktu, ruang, dan periodesasi atau pembabakan zaman. Yuk, kita bahas definisi, ciri, tujuan, dan contohnya.

---

"Eh, eh, aku mau ceritaa. Tadi ada 2 orang berantem di jalan raya. Rusuh banget deh,"

"Wah, jam berapa kejadiannya?"

"Jam 5 sore. Sangking lamanya, Pak Polisi sampai datang buat melerai,"

"Emang gara-gara apa sih? Kok bisa berantem?"

"Hehe, aku juga nggak tau,"

"Ah, nanggung nih ceritanya,"

Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Ekspresi kamu ketika mendengar cerita yang tidak lengkap (sumber: Pinterest)

Pernah nggak lagi cerita tapi lupa dengan urutan kejadiannya? Atau justru kamu kurang paham mengenai alasan mengapa peristiwa itu terjadi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Waduh, bisa-bisa ceritanya malah nggak lengkap dan berujung pada hoax alias berita palsu!

Bicara tentang cerita, kita teringat pada mapel Sejarah. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang memuat peristiwa atau cerita di masa lampau yang disusun secara sistematis agar teruji kebenarannya. Hayo, siapa di sini yang ngantuk setiap pelajaran Sejarah?

Dalam ilmu Sejarah, kita mengenal konsep ruang dan waktu. Konsep ini juga disebut sebagai sinkronik dan diakronik. Keduanya diperlukan dalam Ilmu Sejarah sebagai bukti bahwa peristiwa yang terjadi memang benar adanya sesuai dengan fakta.

Lalu, apa sih pengertian, ciri, serta contoh dari cara berpikir diakronik dan sinkronik? Kita bahas bareng-bareng di artikel ini, ya!

Baca juga: Latihan Soal PTS 10 IPS Semester 1 Tahun 2022

1. Pengertian Diakronik

Secara etimologis, Diakronik berasal dari Bahasa Yunani. 'Dia' artinya 'melalui' atau 'melampaui', dan 'chronicus' yang artinya 'waktu'. Jadi, diakronik adalah memanjang dalam waktu, namun terbatas pada ruang.

Cara berpikir diakronik dalam sejarah disebut juga berpikir secara kronologis. Peristiwa disusun berdasarkan urutan waktu dari awal hingga akhir, supaya tidak melompat-lompat dan berujung pada kekeliruan. Kita diajak menelusuri dan menganalisa peristiwa berdasarkan jam, hari, minggu, bulan, atau tahun. 

Ngomong-ngomong, kamu tahu nggak lawan kata dari kronologis? Ya, betul! Lawan kata dari kronologis adalah anakronisyang artinya kesalahan dalam penempatan peristiwa yang tidak sesuai dengan semestinya. Dalam bahasa Yunani, anakronis berarti 'melawan waktu'.

Baca juga: Jurusan Sejarah, Menyelami Masa Lalu Lewat Mata Kuliah

Ciri-ciri Berpikir Diakronik

  • Memanjang dalam waktu, menyempit dalam ruang

    Artinya, cara berpikir diakronik lebih mengutamakan urutan waktu dengan sedikit memerhatikan keluasan ruang.

  • Fokus pada kronologis

    Dalam berpikir diakronik, kronologis dibutuhkan untuk menempatkan kejadian secara urut dan tidak melompat-lompat.

  • Bersifat vertikal

    Alur waktu berjalan lurus tanpa ada penjelasan lebih lanjut tentang kejadian tersebut.

Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Contoh Pemaparan Sejarah Berdasarkan Cara Berpikir Diakronik

a. Sejarah Penerapan Demokrasi di Indonesia

  • Demokrasi Parlementer (1945-1959)

  • Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

  • Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)

  • Demokrasi Pancasila pada Era Reformasi (1998-sekarang)

b. Urutan Presiden Indonesia Sejak Kemerdekaan hingga Sekarang

  • Ir. Soekarno (1945-1967)

  • Soeharto (1967-1998)

  • B.J. Habibie (1998-1999)

  • Abdurrahman Wahid (1999-2001)

  • Megawati Soekarnoputri (2001-2004)

  • Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)

  • Joko Widodo (2014-2024)

2. Pengertian Sinkronik

Sinkronik juga berasal dari bahasa Yunani. Kata 'syn' yang berarti 'bersamaan', dan 'chronos' yang artinya 'waktu'. Maka dalam sejarah, sinkronik adalah cara berpikir yang meluas dalam ruang, tetapi terbatas pada waktu.

Cara berpikir sinkronik berfokus pada aspek-aspek peristiwa. Seperti penyebab, dampak, tokoh, tempat, dan lain-lain. Jadi, sinkronik berusaha menceritakan kejadian secara lebih mendalam. Gimana? Paham kan bedanya sinkronik dengan diakronik?

Ciri-ciri Berpikir Sinkronik

  • Mengkaji waktu tertentu

    Artinya, sinkronik hanya fokus mengkaji pada satu periode atau waktu tertentu.

  • Bersifat horizontal

    Artinya, sinkronik memandang peristiwa pada ruang yang lebih luas dalam berbagai aspek. Misalnya, aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan sebagainya.

  • Menitikberatkan pengkajian pada strukturnya

    Ketika menganalisis peristiwa, cara berpikir sinkronik berusaha mengaitkannya dengan aspek tertentu. Misalnya, saat membahas kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kamu juga mengaitkannya dengan aspek politik.

Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Contoh Pemaparan Sejarah Berdasarkan Cara Berpikir Sinkronik

a. Latar Belakang Diterapkannya Masa Demokrasi Terpimpin

Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada konstituante (dewan pembentuk UUD) tentang pokok-pokok demokrasi terpimpin, yaitu:

  • Demokrasi terpimpin bukan diktator.

  • Demokrasi terpimpin sesuai dengan dasar hidup dan kepribadian  bangsa Indonesia.

  • Demokrasi terpimpin berarti demokrasi di seluruh persoalan kenegaraan dan kemasyarakatan, termasuk sosial, politik, dan ekonomi.

  • Inti pimpinan di dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.

  • Di dalam demokrasi terpimpin, oposisi wajib mampu melahirkan pendapat yang sehat dan membangun.

Jika melihat pokok-pokok di atas, demokrasi terpimpin tentunya terlihat baik dan tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun nyatanya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya. Akibatnya, demokrasi terpimpin kerap kali malah menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, juga budaya bangsa Indonesia.

Baca juga: Bikin Teks Sejarah dengan Ciri-ciri, Contoh, & Struktur Ini, Yuk!

b. Demonstrasi Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUKHP)

Aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil di berbagai daerah menolak RUKHP dengan melakukan aksi besar-besaran. Di Jakarta, mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi menggelar demonstrasi di depan gedung MPR/DPR RI. Mereka juga menyampaikan mosi tidak percaya dan RUKHP yang dinilai bermasalah, salah satunya pasal korupsi yang hukumannya lebih rendah.

Karena tidak mendapat respon, demonstrasi kembali berlanjut dan mahasiswa mengajukan 7 tuntutan, yaitu:

  • Menolak RKUHP, RUU Pertambangan Minerba, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan, dan RUU Ketenagakerjaan. Mendesak pembatalan UU KPK dan UU Sumber Daya Air. Mendesak disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.

  • Batalkan pimpinan KPK bermasalah pilihan DPR

  • Tolak TNI dan Polri menempati jabatan sipil

  • Hentikan militerisme di Papua dan daerah lain, bebaskan tahanan politik Papua segera

  • Hentikan kriminalisasi aktivis

  • Hentikan pembakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera yang dilakukan oleh korporasi dan pidanakan korporasi pembakar hutan serta cabut izinnya

  • Tuntaskan pelanggaran HAM dan adili penjahat HAM, termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan, pulihkan hak-hak korban segera.

Sayangnya, unjuk rasa lanjutan ini berujung ricuh dan menimbulkan 232 korban jiwa, yang terdiri dari mahasiswa, aparat keamanan, masyarakat sipil, dan wartawan.

3. Periodesasi

Selain diakronik dan sinkronik, ada pula Periodesasi yang berarti 'pembabakan'. Dalam konsep Periodesasi, Sejarah disusun menurut klasifikasi tertentu dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.

Tujuan Periodesasi


  • Menyederhanakan rangkaian peristiwa sejarah.

  • Mempermudah pembaca untuk memahami sejarah.

  • Membantu mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa sejarah.

  • Memudahkan daIam menganaIisis perkembangan dan perubahan yang terjadi di setiap periode.

Contoh Periodesasi

Periodesasi sejarah Indonesia terbagi menjadi zaman prasejarah dan zaman sejarah, sebagai berikut:

a. Zaman Prasejarah, yaitu zaman manusia sebelum mengenal tulisan. Penelitian zaman prasejarah didasarkan pada peninggalan benda purbakala, seperti:

  • Artefak, yaitu semua benda yang memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia.

  • Fiture, yaitu artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempatnya.

  • Ekofak, yaitu benda dari unsur biotik. Contohnya fosil makhluk hidup.

  • Situs, yaitu bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.

Baca juga: Kuliah Jurusan Arkeologi, Cari Kerjanya Susah?

b. Zaman Sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan. Zaman sejarah dibagi menjadi 3, yaitu:

  • Zaman Kuno, dimulai sejak kerajaan tertua sampai abad ke-14 yang dipengaruhi agama Hindu dan Buddha.

  • Zaman Indonesia Baru, dimulai dari abad ke-15 sampai abad ke-18 yang dipengaruhi perkembangan kerajaan Islam.

  • Zaman Indonesia Modern, dimulai sejak pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia merdeka, hingga sekarang.

---

Sekarang kamu sudah mengerti definisi, ciri, serta contoh dari cara berpikir diakronik, sinkronik, dan periodesasi. Sebelum bercerita, perhatikan lagi unsur ruang dan waktu agar tidak menimbulkan hoax ya. Mau belajar lebih banyak tentang Sejarah? Coba kelas gratis Brain Academy, yuk. Bisa online atau datang langsung ke cabang.

Penerapan konsep berpikir sinkronik tersebut dilakukan dengan cara

Referensi:

Demo RKUHP 2019 [Daring]. Tautan: https://nasional.kompas.com/read/2022/06/21/17233991/saat-rkuhp-picu-demo-besar-mahasiswa-pada-2019

Peninggalan Masa Pra Sejarah [Daring]. Tautan: https://balarjabar.kemdikbud.go.id/sumberdaya-arkeologi/ 

Sumber Gambar:

Meme Spill The Tea [Daring]. Tautan: https://id.pinterest.com/pin/703335666807652446/

(Diakses 6-7 September 2022)