Pada hari ketiga Kongres Pemuda ke 2 terdapat 2 tokoh yang berbicara yaitu

Jakarta - Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Momen ini, diprakarsai tokoh-tokoh pemuda pada tahun 1928, atau 17 tahun sebelum Indonesia merdeka. Sumpah Pemuda, menjadi tonggak sejarah dirintisnya bangsa Indonesia lewat ikrar "Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa".

Ikrar ini, dinggap sebagai penyulut api semangat yang mempertegas cita-cita berdirinya Negara Republik Indonesia. Untuk melahirkan ikrar Sumpah Pemuda, para pemuda-pemudi telah melakukan kongres terlebih dahulu yakni pada 27-28 Oktober 1928.

Naskah asli Sumpah pemuda. (Foto:Tagar/Plengdut.com)

Hari lahirnya Sumpah pemuda tak lepas dari peranan sejumlah tokoh penting. Berikut adalah sejumlah tokoh penting yang ikut melahirkan hari sumpah pemuda yang dikutip Tagar dari berbagai sumber:

1. Soegondo Djojopoespito

Pria kelahiran Tuban, Jawa Timur pada 22 Februari 1905 ini adalah pemimpin Kongres Pemuda Indonesia II yang berlangsung pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928. 

Soegondo merupakan tokoh pemuda yang aktif dalam Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). Hal ini, membuatnya ditunjuk untuk memimpin Kongres Pemuda Indonesia II yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

2. Mohammad Yamin

Pria yang terkenal sebagai sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus dan ahli hukum ini merupakan orang yang merumuskan isi teks Sumpah Pemuda. Mohammad Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903. Dialah yang pertama kali mengusulkan dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 

Beliau, menjabat sebagai sekretaris dalam Kongres Pemuda Indonesia tahun 1928. Saat sesi terakhir Kongres pemuda II, Mohammad Yamin mengusulkan rumusan resolusi yang berisi tiga frasa yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa yang kemudian menjadi trilogi Sumpah Pemuda.

3. Wage Rudolf Soepratman

Namanya pasti sudah tidak asing bagi kita semua. Wage Rudolf Soepratman atau biasa disebut W.R Soepratman adalah pencipta lagu Indonesia Raya. Saat Kongres Pemuda II, W.R Soepratman meminta Soegondo selaku ketua Kongres untuk memperdengarkan lagu ciptaanya. 

Permintaan itu sangat berat, sebab saat itu Kongres dijaga ketat polisi Belanda. Untuk mengakalinya, Para tokoh ini melakukan trik elegan dan diplomatis, hingga akhirnya lagu Indonesia Raya bisa berkumandang lewat lantunan biola. Itulah untuk pertama kalinya lagu kebangsaan diperdengarkan di depan umum. Mendengar lagu tersebut, semua yang hadir terpukau.

4. Soenario Sastrowardoyo

Perjalanan Soenario Sastrowardoyo dalam sejarah kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebab, ia berperan secara aktif dalam peristiwa Manifesto 1025 dan Kongres Pemuda II yang merupakan tonggak sejarah nasional. 

Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur pada tanggal 28 Agustus 1902 ini, merupakan Sekretaris II Perhimpunan Hindia dalam Manifesto 1925. Perhimpunan tersebut, nantinya berganti menjadi Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Pada Kongres Pemuda II, Soenario berkontribusi sebagai penasihat sebab banyaknya pengalaman yang ia miliki dalam berorganisasi.

5. Dolly Salim

Wanita dengan nama lengkap Theodora Athia Salim ini lahir pada tanggal 26 Juli 1913. Dolly, dinobatkan sebagai tokoh penting dalam Hari Sumpah Pemuda, karena putri dari Agus Salim ini merupakan orang pertama yang memperdengarkan lagu Indonesia Raya karya W.R Soepratman secara instrumental melalui gesekan biolanya. 

Meski demikian, Dolly tidak termasuk sebagai anggota Kongres. Justru, Dolly adalah perwakilan organisasi kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij) atau Gerakan Kepanduan bernapaskan Islam Nasionalis. Yaitu, sebuah organisasi di bawah naungan Persatuan Pemuda Islam dimana sang ayah Agus Salim yang menjadi penasihat organisasi tersebut kala itu.

6. Amir Syarifuddin

Amir Syarifuddin Harahap adalah pemuda Batak yang aktif menyumbangkan pemikirannya untuk perumusan sumpah Pemuda. Saat itu, beliau bertugas sebagai Bendahara Kongres Pemuda Indonesia. Amir Syarifuddin Harahap lahir di Medan, Sumatra Utara, 27 April 1907 dan meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Desember 1948 pada usia 41 tahun. 

Ia adalah seorang politikus sosialis dan salah satu pemimpin terawal Republik Indonesia serta pernah menjabat sebagai Perdana Menteri ketika Revolusi Nasional Indonesia berlangsung. Pada tahun 1948, Amir dieksekusi mati oleh pemerintah lantaran terlibat dalam pemberontakan komunis.

7. Sie Kong Liong

Pemuda keturunan Tionghoa ini, mempunyai peran penting dalam kelancaran Kongres Pemuda saat itu. Sebab, beliau lah yang menyediakan rumahnya sebagai tempat dilaksanakannya Kongres Pemuda. Rumah tersebut kini jadikan Museum Sumpah Pemuda, terletak di Jalan Kramat No.106, Jakarta Pusat.

Seiring dengan ramainya kegiatan di gedung itu usai pelaksanaan kongres, gedung tersebut diberi nama Indonesische Clubgebouw (IC) atau Gedung Pertemuan Indonesia hingga 1934. Sejumlah tokoh pergerakan pernah mondok di gedung ini, antara lain, Amir Syarifuddin, Muhammad Yamin, dan W.R Supratman.

8. Sarmidi Mangoensarkoro

Pria kelahiran Surakarta 23 Mei 1904 ini, merupakan salah satu pembicara dalam Kongres Pemuda II. Dalam pidatonya, ia menyampaikan permasalahan pendidikan dan mampu membangkitkan semangat para pemuda yang hadir. 

Menurut beliau, pendidikan merupakan salah satu cara untuk keluar dari penjajahan dan semua anak bangsa berhak memilikinya. Pada masa Kemerdekaan, Sarmidi pun diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 1949 hingga 1950. Ia meninggal di Jakarta pada 8 Juni 1957.

9. Djoko Marsaid

Tidak banyak informasi yang bisa digali dari beliau, Namun, namanya tetap tercantum dalam tokoh penting perumusan Sumpah Pemuda. Djoko Marsaid merupakan perwakilan Jong Java yang bertugas sebagai wakil ketua Kongres Pemuda mendampingi Soegondo Djojopuspito.

10. Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo

Kartosoewirjo, merupakan salah satu tokoh penting dalam pembuatan Teks Sumpah Pemuda 1928. Pria kelahiran Cepu, Blora, Jawa Tengah pada 7 Januari 1905 ini, bersekolah di Holland Inlandsche School (HIS) di Rembang yang merupakan sekolah elit khusus anak-anak Eropa dan campuran. 

Kartosoewirjo meninggal di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada 5 September 1962 dalam usia 57 tahun. Dia merupakan pempimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962. Tujuannya, mengamalkan Al-Qur'an dan mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah.

11. Johannes Leimena

Dr. Johannes Leimena lahir di Ambon, Maluku pada 6 Maret 1905. Ia adalah anggota Jong Ambon dan merupakan panitia Kongres Pemuda yang Pertama dan Kedua. Ia merupakan Menteri yang paling lama menjabat dibawah kepemimpinan presiden Sukarno atau selama sekitar 20 tahun tanpa terputus. Leimena meninggal di Jakarta pada 29 Maret 1977 pada usia 72 tahun.

12. Mohammad Roem

Aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum ini, lahir di Parakan, Temanggung Jawa Tengah pada 16 Mei 1908. Perlakukan diskriminatif di sekolah Belanda membuat rasa nasionalisme Moh. Roem membara. Sehingga akhirnya, ia bertekad ikut dalam perumusan ikrar Sumpah Pemuda. 

Moh. Roem juga dikenal sebagai seorang diplomat di perang kemerdekaan Indonesia. Pada masa kepemimpinan presiden Soekarno, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, serta Mendagri.

13. Adnan Kapau Gani

Aktivis pemuda yang lahir di Palembang, Sumatra Barat pada 16 September 1905 ini, bergerak dalam organisasi Jong Sumatra Bond dan terlibat dalam Kongres Pemuda II yang berhasil menelurkan Sumpah Pemuda. 

Mayjen TNI (Purn) dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani adalah seorang dokter, politisi, dan tokoh militer Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II. A.K. Gani meninggal di Palembang, Sumatra Selatan pada 23 Desember 1968 dalam usia 63 tahun.

14. Kasman Singodimedjo

Orator ulung kelahiran Purworejo, Jawa Tengah pada 25 Februari 1904 ini, merupakan seorang Perintis keberadaan Pramuka di Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai Jaksa Agung Indonesia dari 1945 hingga 1946. Selain itu Kasman juga Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal bakal DPR.[]

Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Upaya mempersatukan organisasi-organisasi pemuda pergerakan dalam satu wadah telah dimulai sejak Kongres Pemuda Pertama 1926. Sebagai kelanjutannya, tanggal 20 Februari 1927 diadakan pertemuan, tetapi pertemuan ini belum mencapai hasil yang final. Sebagai penggagas Kongres Pemuda Kedua adalah Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Hindia Belanda.

Pada tanggal 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi untuk persiapan kongres kedua, dan dilanjutkan pada 12 Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini telah hadir perwakilan semua organisasi pemuda dan diputuskan untuk mengadakan kongres pada bulan Oktober 1928, dengan susunan panitia yang membagi jabatan pimpinan kepada satu organisasi pemuda (tidak ada organisasi yang rangkap jabatan) sebagai berikut:

  • Ketua: Sugondo Djojopuspito (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia)
  • Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
  • Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
  • Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Muhammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, kongres diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula mendapat keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutupan di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri: hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres akhirnya ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.

Artikel utama: Museum Sumpah Pemuda

Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong.[1]

Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.[2]

  1. ^ Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong Diarsipkan 2007-10-27 di Wayback Machine., Suara Pembaruan
  2. ^ "Museum Sumpah Pemuda Bekas Kos, Pemersatu Bangsa". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-19. Diakses tanggal 2013-10-28. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kongres_Pemuda_Kedua&oldid=20774082"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA