BERSHALAWAT.COM - Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya mengenai sholat tahajud tanpa tidur terlebih dahulu.
Apakah sholat tahajud tanpa tidur diperbolehkan atau tidak?
Apakah ketika kita melakukan sholat tahajud tanpa tidur sholatnya akan diterima?
Nah! Ustadz Adi Hidayat memiliki jawaban akan pertanyaan tentang sholat tahajud tanpa tidur.
Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Hukum Sholat di Antara Dua Tiang!
Yuk sahabat semua kita simak penjelasan Ustadz Adi Hidayat pada artikel ini!
Sholat tahajud merupakan sholat sunnah yang dilakukan di malam hari dengan jumlah rakaat minimal 2 rakaat dan tidak ada batas maksimal.
Sholat tahajud ini hukumnya sunnah muakkad yang mana artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Seperti yang kita ketahui, betapa luar biasanya manfaat melaksanakan sholat tahajud.
Terkini
Ilustrasi shalat sebelum tidur. Foto: Unsplash
Selain shalat wajib, ada beberapa shalat sunnah yang dapat dikerjakan oleh umat Islam, salah satunya yaitu shalat sebelum tidur. Ibadah ini disebut juga dengan shalat witir dan dapat dikerjakan secara berjamaah atau munfarid (sendirian).
Anjuran menunaikan shalat witir sebelum tidur disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang telah diriwayatkan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah memerintahkan kepadaku agar melaksanakan shalat witir sebelum tidur” (HR. Ar-Tirmidzi)
Berdasarkan hadits di atas, shalat witir sebelum tidur dijadikan sebagai shalat penutup. Selain itu, Rasulullah SAW juga berwasiat kepada beberapa sahabatnya seperti Abu Hurairah dan Ibnu Umar agar menjadikan shalat witir sebagai shalat terakhir sebelum tidur.
Ninik Handrini menjelaskan dalam bukunya Berkata Baik atau Diam, melaksanakan shalat witir sebelum tidur disarankan bagi umat Muslim yang tidak yakin bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud. Artinya, setelah itu tidak ada shalat lain hingga tiba waktu shalat Subuh.
Shalat witir dikerjakan paling sedikit satu rakaat dan paling banyak 13 rakaat. Shalat witir dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan dapat dilakukan dengan rakaat ganjil seperti 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13.
Ilustrasi shalat. Foto: Pixabay
Berikut ini adalah lafal niat shalat witir (tiga rakaat):
Usalli sunnatal witri salasa (sesuaikan dengan jumlah rakaat) rakaatin lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat shalat witir tiga rakaat karena Allah ta’ala."
Adapun waktu pelaksanaan shalat witir yaitu dimulai setelah mengerjakan shalat Isya sampai menjelang shalat Subuh atau terbit fajar. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW beriktu ini:
Dari Kharijah bin Hudafah berkata, pada suatu pagi Rasulullah SAW pernah keluar ke tempat kami lalu bersabda, “Sungguh Allah telah menganugerahi kamu dengan shalat yang sungguh lebih baik bagi kamu daripada unta yang paling baik. Kami bertanya, 'Shalat apakah itu ya Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Yaitu shalat witir yang waktunya antara shalat Isya sampai terbitnya fajat’.” (HR. Thabrani)
Doa Sesudah Shalat Witir
Mengutip buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah karangan Yusak Burhanidin dan Muhammad Najib, ketika usai mengerjakan shalat witir baik secara berjamaah atau sendiri-sendiri (munfarid), dianjurkan untuk membaca doa sesudahnya. Berikut ini doa sesudah mengerjakan shalat witir:
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًاقَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allahumma inna nas’aluka imaanan daaiman, wa nas’aluka qalban khaasyi’an, wa nas’aluka ‘ilman naafi’an, wa nas’aluka yawiinan saadiqan, wa nas’aluka ‘amalan saalihan, wa nas’aluka diinan qayyiman, wa nas’alula khairan kasiiran, wa nas’alukal-’afwa wal-’afiyah, wa nas’aluka tamaamal-’afiyah, wa nas’alukasyi syakura ‘alal ‘afiyah, wa nas’alukal-gina’a ‘anin-naas.
Allahuma rabbanaa taqabbal minna salaatana wa siyamana wa qiyaamanaa wa takhusyu ‘ana wa tadarru ‘ana wa ta’abbadudanaa wa tammim taqsiranaa ya allahum ya allahu ya allahu ya arhamar-rahimin, wa sallallahu ‘ala khairan khalqihi muhammadin wa ‘alaa alihi wa sahbihi ajma’in, wal-hamdulillahi rabbil-alamin.
Ilustrasi doa. Foto: Pixabay
Artinya: “Wahai Allah. Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyu', kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus,
kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu terkaya dari semua manusia.
Wahai Allah, Tuhan kami. Terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyu'an kami, kerendahan hati kami, ibadah kami. Sempurnakanlah kelalaian atau kekurangan kami,
Wahai Allah Wahai Allah Wahai Allah Wahai Dzat yang Paling Penyayang diantara para penyayang. Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada sebaik-baiknya makhluk-Nya, Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua, dan segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam.”