Mengapa kita harus fasih dalam menggunakan bahasa Indonesia brainly

Bahasa adalah alat komunikasi yang melalui percakapan dengan kata-kata. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bagi rakyat Indonesia. Bahasa yang merupakan sarana komunikasi bagi bangsa Indonesia. Bahasa yang mempersatukan komunikasi dari berbagai suku di Indonesia. Bahasa yang sangat penting untuk dipelajari lebih dalam bagi bangsa Indonesia, terutama para generasi muda penerus bangsa.

Saat ini para generasi muda mengabaikan pentingnya mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa yang seharusnya kita pelajari dan pahami justru disepelekan oleh para generasi muda bangsa.

Misalnya pada saat mata pelajaran bahasa Indonesia, para siswa sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang ngobrol sama teman sebangku ketika pembelajaran berlangsung, bahkan ada yang sampai tidur ketika guru menerangkan mata pelajaran Indonesia. 

Mereka menganggap bahwa belajar bahasa Indonesia itu akan membuang-buang waktu saja yang tidak begitu penting karena mereka merasa sudah bisa berbahasa Indonesia dan tidak harus lagi belajar bahasa Indonesia.

Mereka juga menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia itu membosankan sehingga mereka asyik dengan dunianya sendiri. Mereka justru bersemangat ketika mempelajari bahasa asing.

Menurut mereka bahasa asing sangat penting dipelajari untuk masa depan. Contohnya bahasa Inggris, mereka akan lebih bangga ketika sudah bisa dan menguasai bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional yang harus dikuasai.

Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus memelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh untuk memperkaya kata-kata bahasa Indonesia yang kita miliki. Tidak ada ruginya bagi kita untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam lagi, justru dengan mempelajari bahasa Indonesia kita akan mendapat manfaat yang akan membantu kita dalam komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa manfaat mempelajari bahasa Indonesia, yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam, rangka pelestarian dan pengembangan budaya, meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, dan membantu mengemukakan pendapat yang baik dan sopan.

Mempelajari bahasa Indonesia sangat penting bagi kita karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan oleh semua warga negara Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah dan berbagai macam bahasa yang berbeda.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu dalam berkomunikasi dengan msayarakat dari daerah yang berbeda. Ketika kita bertemu denga orang dari daerah yang berbeda dan bahasa yang berbeda juga akan sulit berkomunikasi jika menggunakan -masing. Kita tidak akan mengerti apa yang sedang dibicarakan dan bagaimana daerahnya masing cara menyampaikan tujuan kita. 

Maka dari itu, untuk memudahkan dalam komunikasi dengan orang yang memiliki bahasa yang berbeda, digunakanlah bahasa Indonesoia agar lebih mudah dipahami dan dimengerti tujuan yang akan kita sampaikan atau akan kita terima dari orang lain.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Oleh: Dr. Felicia N. Utorodewo
(Praktisi pendidikan dan pelatih bahasa Indonesia)

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan pun diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang No 20/2003 Sisdiknas. Undang-undang tersebut menyatakan “bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pernyataan itu diperkuat oleh ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,  serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang ini menyatakan bahwa, “bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah bagaimanakah cara sekolah mengatur prioritas pengenalan dan pembelajaran bahasa Indonesia pada anak di tengah keberadaan bahasa lainnya (bahasa daerah dan bahasa asing) dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat umum.

Di Indonesia, pengguna bahasa berhadapan dengan keberadaan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Biasanya, anak pada awalnya akan terpapar pada bahasa ibunya. Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikenal oleh seorang anak melalui ibunya. Di Indonesia, bahasa ibu dapat berupa bahasa daerah (indigenous language) mengingat bahwa Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa daerah. Bahasa ibu dapat pula berupa bahasa Indonesia. Bagi anak-anak yang dibesarkan di kota-kota besar, bahasa ibunya dapat berupa bahasa Indonesia. Bagi seorang anak yang lahir di luar negeri atau yang salah satu orang tuanya, terutama ibunya, merupakan orang asing, bahasa ibu anak itu adalah bahasa asing, bergantung pada tempat kelahirannya atau bahasa yang digunakan salah seorang orang tuanya. Jadi, bahasa pertama seorang anak merupakan bahasa awal yang dikenalnya. 

Pengajaran bahasa Indonesia selama ini, adalah pengajaran bahasa layaknya bahasa pertama. Anak dianggap sudah memiliki keterampilan berbahasa dasar dalam bahasa Indonesia. Pengajaran bahasa diberikan dengan anggapan anak sudah mengetahui cara melafalkan kata dan memahami arti kata dalam bahasa Indonesia. Intonasi juga dianggap sudah dikuasai dan mengabaikan kenyataan bahwa lafal dan intonasi bahasa daerah berbeda dari bahasa Indonesia. Dalam kenyataannya, tidak selalu semudah itu. 

Bahasa asing merupakan bahasa yang kaidahnya, kadang-kadang aksaranya, dan konsepnya sama sekali berbeda dari bahasa Indonesia. Berarti, bahasa diajarkan sebagai bahasa yang sama sekali belum dikenal oleh anak. Semua diajarkan: pelafalan, kosakata, tata bahasa, situasi, bahkan cara menulis pun diajarkan untuk bahasa tertentu, seperti bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Korea, dan sebagainya.      

Di Indonesia, situasi kemampuan berbahasa anak-anak bervariasi. Seorang anak dapat disebut sebagai seorang yang monolingual (menguasai satu bahasa); bilingual (menguasai dua bahasa); atau seorang yang poliglot (menguasai lebih dari dua bahasa). Seorang anak yang dibesarkan di daerah perkotaan, ditambah dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, akan mampu berbahasa Indonesia dan mungkin bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pinggiran kota, mungkin dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, mungkin pula tidak, akan mampu berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pedesaan dan, mungkin, terpencil hanya mampu berbahasa daerah.

Foto ilustrasi anak belajar bahasa (freepik.com/rawpixel-com)

Keadaan itu menunjukkan bahwa seorang anak sejak dini mampu menjadi seseorang yang poliglot (menguasai banyak bahasa sekaligus). Tentu, dengan akibat tertentu, misalnya anak akan lamban berbicara. Kelambanan terjadi karena anak sibuk mengingat kata yang didengarnya; memisahkannya dalam kelompok bahasa berbeda; dan mempelajari bilakah dan kepada siapakah suatu bahasa digunakan. Setelah melampaui usia dua tahun, anak akan mulai berbicara. Pada usia enam tahun, anak akan memilih bahasa yang akan dikembangkan. Bahasa yang jarang digunakan akan disimpan dalam ingatannya (memorinya). Nanti, suatu saat, bahasa tersebut akan dengan mudah diingatnya jika ia mempelajari bahasa tersebut. 

Dari kenyataan itu, pengajaran bahasa Indonesia tidak selalu harus diberikan sebagai bahasa pertama, melainkan sebagai bahasa kedua, setelah bahasa ibu. Menurut penelitian UNESCO, pengenalan huruf, angka, dan konsep keseharian atau lingkungan sebaiknya diberikan dalam bahasa ibu yang dikenal anak. Sebaiknya, di kelas satu hingga tiga, bahasa ibu digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia dapat digunakan jika ada konsep yang tidak ditemukan dalam bahasa ibu. Barulah berangsur-angsur diperkenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Biasanya, diawali di kelas 4 dan seterusnya. Bahasa Inggris, sebagai bahasa dunia, diperkenalkan sebagai bahasa asing dan mulai diajarkan di jenjang SMP dan seterusnya. Bahasa asing lainnya, seperti Mandarin, Arab, Jerman, Perancis diajarkan mulai jenjang SMA. 

Situasi yang beragam seperti yang digambarkan di atas menjadi masalah dalam pendidikan Indonesia. Banyak sekolah, apalagi sekolah yang berlabel ‘sekolah internasional’, yang selain mengajarkan bahasa asing sejak dini, juga menggunakan bahasa asing sebagai bahasa instruksional di sekolahnya. Bolehkah bahasa asing diajarkan sejak dini? Tentu, boleh. Akan tetapi, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, pengajaran bahasa asing dan bahasa Indonesia harus diberikan dengan intensitas yang sama. Kedua, pengajar bahasa asing harus menguasai bahasa asing dengan fasih. Jangan sampai ada kesalahan gramatikal atau lafal saat mengajarkan kepada siswa. Sekali kesalahan tersebut terjadi, anak akan terus membawanya hingga dewasa. 

Permasalahannya terbesar terjadi karena sekolah internasional mengajarkan bahasa asing tanpa mengajarkan bahasa Indonesia. Kadang kala, sekolah memberikan jumlah jam yang lebih sedikit untuk bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing. Akibatnya, anak justru tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Akibat budaya yang lebih besar adalah anak menjadi tersisih dari bangsanya sendiri. Anak lebih dapat bergaul dengan orang asing sehingga ia bersekolah di luar negeri (memang, orang tuanya mempersiapkannya untuk itu) dan tentu lebih senang bekerja dan tinggal di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Tentu, kejadian itu tidak kita harapkan, bukan?       

Daftar Pustaka

Educational Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP). 2017. Dukungan bagi Pendidikan Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMB-BBI) di Sekolah-sekolah Pedesaan dan Daerah Terpencil di Papua. Jakarta: ACDP, Balitbang, Kemendikbud.

Kennison, Sheila M. 2014. Introduction to Language Development. California: Sage Publications.

Levey, Sandra dan Polirstok, Susan. 2011. Language Development: Understanding Language Diversity in the Classroom. California: Sage Publications.

UNESCO. 2007. Improving the Quality of Mother Tongue-based Literacy and Learning: Case Studies from Asia, Africa, and South America. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education.

Rubrik ini dipersembahkan oleh:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA