Mengapa Jepang begitu mudah memenangkan perang terhadap Belanda sehingga Indonesia dapat dikuasainya?

Jakarta -

Indonesia telah mengalami beberapa kali penjajahan. Mulai dari bangsa Portugis, Spanyol, Perancis, Inggris, Belanda, hingga Jepang. Dari semua negara tersebut, Belanda memegang kekuasaan paling lama di Indonesia, sebelum akhirnya Belanda menyerah kepada Jepang.

Dari banyak buku pelajaran yang diajarkan di sekolah, sejarah mencatat kekuasaan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun. Berakhirnya penjajahan Belanda ini kemudian dilanjutkan oleh kekuasaan Jepang. Tercatat Jepang hanya berkuasa sekitar 3,5 tahun.

Peristiwa pendudukan Jepang di Indonesia menggantikan Belanda terjadi sekitar 3 tahun menjelang kemerdekaan Indonesia. Belanda menyerah kepada Jepang lewat perjanjian Kalijati.

Dikutip dari buku IPS Terpadu oleh Anwar Kurnia, perang di kawasan Asia Pasifik yang melibatkan Jepang menjadi jalan masuknya kekuasaan Jepang ke Indonesia. Setelah menghantam Pearl Harbour, Jepang menyerang dan berusaha menguasai negara di kawasan Asia Pasifik.

Agresi pasukan Jepang bergerak sangat cepat. Hal ini membuat Amerika Serikat kesulitan membendungnya. Pada saat itu, angkatan laut Amerika juga telah lumpuh. Serangan Jepang dikendalikan di pangkalan Kepulauan Carolina, Formosa, Indocina, dan Thailand.

Dalam waktu singkat, Jepang berhasil menduduki beberapa wilayah di kawasan Asia dan Pasifik. Kawasan Asia meliputi Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.

Sedangkan kawasan Pasifik terdiri dari Kepulauan Kuril, Kepulauan Marshall, Gilbert, Laut Bismarck, Irian Utara, Kepulauan Aleut, Midway, Kepulauan Carolina, Kepulauan Mariana, Kepulauan Solomon, Saipan, Guam, dan Laut Koral.

Jepang mulai mendaratkan pasukan di Indonesia pada 1 Maret 1942. Tentara Jepang mendarat di tiga tempat, yakni Banten, Indramayu, dan Bojonegoro dengan dipimpin oleh Jenderal Imamura.

Pendaratan yang dilakukan Jepang tidak diduga oleh Belanda pada saat itu. Tentara Belanda tidak dapat memberikan perlawanan terhadap pasukan Jepang yang bergerak cepat. Belanda menyerah kepada Jepang di Indonesia pada 8 Maret 1942 dengan tanpa syarat.

Penyerahan tanpa syarat ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Pihak Belanda diwakili oleh Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura. Penyerahan ini dikenal dengan perjanjian Kalijati. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia sekaligus awal pendudukan Jepang di Indonesia.

Simak Video "Jepang Resmi Buka Pintu untuk Wisatawan Mulai 11 Oktober"


[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)

tirto.id - Semboyan atau Gerakan 3A merupakan salah satu propaganda oleh Jepang untuk mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia. Sejarah pendudukan militer Jepang atau Dai Nippon di Indonesia berlangsung sejak tahun 1942 hingga 1945.Jepang menduduki wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah tanpa syarat melalui Perjanjian Kalijati yang ditandatangani tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Perundingan ini dilakukan lantaran kekalahan Belanda di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua.Selama menjajah Indonesia, pemerintahan militer Jepang melancarkan berbagai propaganda demi merebut simpati rakyat. Dai Nippon membutuhkan dukungan rakyat karena masih harus menghadapi Sekutu di Perang Dunia Kedua, sekaligus mengeruk sumber daya di Indonesia untuk membiayai perang.

Latar Belakang Sejarah

Propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap, demikian menurut Carl Hovland dalam buku berjudul Propaganda (2007).Nurdiana dalam penelitiannya bertajuk "Pengajaran Bahasa Jepang Sebagai Bentuk Propaganda pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945" (2009), menyebutkan bahwa gerakan propaganda oleh Jepang telah dilakukan jauh sebelum mereka menduduki Indonesia. Tahun 1917, misalnya, Jepang menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak asal Inggris, yaitu Anglo Petroleum. Perjanjian kerja sama ini kemudian memberikan mereka akses untuk bersentuhan langsung dengan wilayah Indonesia, khususnya di Tarakan, Borneo bagian utara.

Oleh sebab itu, ketika Jepang datang ke Indonesia pada 1942, Tarakan merupakan daerah pertama yang diduduki. Ketika, secara resmi menguasai wilayah Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, Dai Nippon semakin gencar melakukan propagandanya di Indonesia.


Sejarah, Isi, dan Tujuan Gerakan 3A

Dikutip dari buku Menudju Kemerdekaan (1964) karya Abdulsalam, Gerakan 3A yang dibentuk oleh Jepang diterapkan untuk membantu usaha peperangan mereka melawan Sekutu di Perang Dunia Kedua.Gerakan 3A dicetuskan pada 29 April 1942, bertepatan dengan hari nasional Jepang yang juga merupakan hari lahir Kaisar Hirohito. Pembentukannya digagas oleh Kepala Departemen Propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu. Demi mendapat dukungan dari rakyat Indonesia, maka Hitoshi Shimizu kemudian menggandeng tokoh nasional yakni Mr. Syamsuddin sebagai Ketua Gerakan 3A. Adapun isi dari propaganda Gerakan 31 adalah:
  • Nippon Pemimpin Asia
  • Nippon Pelindung Asia
  • Nippon Cahaya Asia
Akan tetapi, Gerakan 3A ini tidak bertahan lama karena lebih berorientasi kepada Jepang ketimbang rakyat Indonesia. Mohammad Hatta dalam Memoir (1979) menyebutkan bahwa Gerakan 3A tidak disukai karena lebih banyak "menggolong" daripada menolong. Gerakan 3A berakhir pada 1943 setelah mendapat banyak protes keras dari rakyat dan pemimpin Indonesia.

Gerakan Propaganda Jepang Lainnya

Selain Gerakan 3A, Jepang juga melakukan gerakan propaganda lain yang langsung menjurus kepada komunitas. Komunitas yang dimaksud di sini ialah suatu kelompok yang memiliki pengaruh besar.

Hadidjah dalam penelitiannya bertajuk "Kontribusi Pendudukan Jepang Bagi Persatuan Umat Islam di Indonesia" yang terhimpun dalam jurnal Hunafa (Volume 4, 2007) menyebutkan, Jepang memanfaatkan ketidaksukaan umat Islam di Indonesia kepada Belanda dengan mengakomodir kepentingan mereka.

Pengakomodiran ini diwujudkan dengan dibentuklah badan-badan keagamaan maupun keislaman. Usaha yang dilakukan Jepang ialah membentuk Shumubu (Departemen Agama) dan Shumuka (Kantor Urusan Agama).

Selain itu, Jepang juga membentuk Majelis Syurah Muslim Indonesia (Masyumi) serta Majelis Agama Islam untuk Bantuan Kemakmuran Asia Timur Raya (MAIBKARTA).

Dai Nippon menyasar pula komunitas Jawa sebagai upaya menghimpun masa yang lebih besar. Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945 (1993), menyebutkan bahwa ada beberapa gerakan berbasis kebudayaan yang dibentuk Jepang di Jawa.

Berbagai propaganda Jepang itu pada awalnya mendapatkan simpati. Tetapi seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia tidak lagi tertarik karena apa yang dilakukan pada nyatanya tidak jauh berbeda dari Belanda. Tahun 1945, Jepang mengalami serangkaian kekalahan di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua dari Sekutu. Hingga akhirnya, Jepang menyerah kepada Sekutu dan membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Mengapa Jepang begitu mudah memenangkan perang terhadap Belanda sehingga Indonesia dapat dikuasainya?

Jepang memasuki Kepulauan Indonesia pada Januarai 1942 melalui Ambon dan berhasil menguasai seluruh Maluku. Setelah berhasil menguasai Ambon, Jepang meluaskan ekspansinya ke daerah Tarakan, Kalimantan Timur pada 12 Januari 1942. Pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di Pulau Jawa dan tidak berselang lama Jepang dapat menguasai Pulau Jawa. Hal tersebut ditandai dengan menyerahnya Belanda kepada Jepang lewat Perjanjian Kalijati. Faktor yang menyebabkan keberhasilan Jepang menguasai wilayah Indonesia secara menyeluruh dan cepat adalah jumlah pasukan yang sangat banyak, lokasi pendaratan yang strategis dan tidak diprediksi Belanda sebelumnya. serta bantuan masyarakat Indonesia di beberapa daerah.

Dengan demikian faktor keberhasilan Jepang menguasai wilayah Indonesia secara menyeluruh dan cepat adalah jumlah pasukan yang sangat banyak, lokasi pendaratan yang strategis dan tidak diprediksi Belanda sebelumnya. serta bantuan masyarakat Indonesia di beberapa daerah.

KOMPAS.com - Masa pendudukan Jepang pada 1942 sampai 1945 menjadi catatan sejarah kelam dalam perjuangan bangsa Indonesia.

Jutaan rakyat Indonesia kala itu hidup tersiksa dan kelaparan. Mereka dipaksa bekerja dan tak punya kebebasan.

Ironinya, di awal kedatangannya, Jepang disambut gembira oleh rakyat Indonesia. Sebelum sampai ke cerita itu, mari simak dulu latar belakang Jepang datang ke Indonesia.

Negara imperialis

Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang (2018), sebelum abad ke-18, Jepang adalah negara yang terbelakang.

Baca juga: PETA, Pasukan Indonesia Bentukan Jepang

Jepang hanya mampu mengekor tetangganya, China dalam berbagai hal. Namun ini semua berubah ketika Amerika datang ke Jepang memaksa Jepang membuka pelabuhannya.

Bangsa Jepang menyadari ketertinggalan mereka jika dibanding dengan negara-negara barat. Mereka pun melakukan revolusi besar-besaran dengan belajar ke barat.

Revolusi ini dikenal dengan Restorasi Meiji yang dimulai pada 1868. Hasilnya, Jepang semakin kuat dan modern.

Bersamaan dengan ilmu dan teknologi, Jepang juga membawa ajaran imperialisme dari barat.

Imperialisme adalah upaya mendominasi dan memperkuat negara dengan menjajah atau menguasai wilayah lain.

Baca juga: Heiho dan PETA, Organisasi Militer Bentukan Jepang

Jepang membawa ideologi fasisme. Fasisme biasanya dicirikan dengan nasionalisme yang berlebihan (ultranasionalisme), mengutamakan kekuatan militer, dan otoriter.

Di Perang Dunia II, Jepang menunjukkan kekuatannya dengan berperang melawan Amerika Serikat. Pada 8 Desember 1941, Jepang mengebom Pearl Harbour, pangkalan militer AS di Samudra Pasifik.

Kemenangan Jepang di Pearl Harbour dan tempat lainnya mendorong Jepang melebarkan sayapnya ke Asia Tenggara. Jepang ingin mengalahkan AS dan sekutu-sekutunya yakni Inggris, Belanda, dan Australia.

Masuknya Jepang ke Indonesia

Dikutip dari Pendudukan Jepang di Indonesia (2009), Jepang pertama kali datang ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 lewat Tarakan, Kalimantan Timur.

Baca juga: Kerja Rodi dan Romusha, Kerja Paksa Zaman Penjajahan

Pasukan Hindia Belanda terpukul mundur. Kemudian pada 24 Januari 1942, Balikpapan kembali jatuh ke tangan Jepang. Menyusul Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasikn pada 10 Februari 1942.

Pada 14 Februari 1942, Jepang menurunkan pasukan payung di Palembang dan berhasil menguasai kota itu hanya dalam dua hari.

Di Kalimantan dan Sumatra, Jepang menguasai ladang minyak. Jepang kemudian mulai bergerak ke Jawa yang menjadi pusat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.

Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan di Jawa Barat, dan Kragan di Jawa Tengah.

Pada 5 Maret 1942, Jepang berhasil merebut Batavia dari Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, komandan dan pasukannya yang terpukul mundur ke Lembang, Jawa Barat, akhirnya dikuasai juga oleh Jepang.

Baca juga: Mengenal Tiga Tokoh Pengibar Bendera Pertama

Pasukan Belanda yang kalah, bersedia menyerahkan Bandung dan daerah-daerah sekitarnya. Namun Letnan Jenderal Hitoshi Imamura yang memimpin invasi, meminta penyerahan total atas semua pasukan di Jawa dan bagian Indonesia lainnya.

Jika Belanda menolak, Jepang akan mengebom Bandung dari udara. Belanda akhirnya memenuhi tuntutan Jepang.

Pada 8 Maret 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Starkenborgh Stachouwer dan Panglima Tentara Hindia Belanda Ter Poorten menemui Letnan Jenderal Imamura di Kalijati, Subang, Jawa Barat untuk berunding.

Hasilnya adalah penyerahan Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang. Peralihan kekuasaan ini ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati antara Jenderal Ter Poorten dengan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Hirohito, Kaisar Terlama di Jepang

Mengapa kedatangan Jepang disambut gembira?

Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan gembira rakyat Indonesia. Dikutip dari Di Bawah Matahari Terbit (2016), kedatangan Jepang disambut baik karena Jepang dianggap telah membebaskan Indonesia dari belenggu Pemerintah Hindia Belanda.

Jepang berusaha menampilkan kebenciannya terhadap bangsa kulit putih dengan menyiksa tawanan Belanda di depan umum.

Sebaliknya, Jepang membebaskan rakyat pribumi yang jadi tawanan politik Belanda

Penulis Pramoedya Ananta Toer yang menyaksikan kedatangan pasukan Jepang di Blora, Jawa Tengah pada 1942 menulis, "dengan kedatangan pasukan Jepang, hampir setiap orang di kota memiliki harapan yang tinggi terhadap mereka, kecuali di kalangan orang-orang yang mengabdi kepada Belanda."

Di sepanjang jalan, pasukan Jepang disambut dengan sorak sorai "Banzai, banzai!" serta "Hidup Nippon, hidup Nippon!".

Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya

Sebelum bala tentara Jepang mendarat di Indonesia, selama beberapa bulan radio Tokyo telah mendengung-dengungkan propaganda bahwa mereka akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.

Di awal kedatangannya pun, Jepang memutarkan lagu Indonesia Raya setiap hari lewat radio. Bendera Merah Putih juga dikibarkan oleh Jepang di samping bendera Jepang.

Jepang mengenalkan diri sebagai "saudara tua" bangsa Indonesia karena sama-sama dari benua Asia.

Jepang melancarkan propaganda yang menunjukkan dirinya seolah-olah pahlawan. Mereka menjanjikan masyarakat bisa membeli barang dengan harga murah karena politik dumping.

Politik dumping Jepang yakni menjual harga barang lebih murah di luar negeri dibanding di negaranya sendiri.

Baca juga: Terbentuknya PPKI dan Detik-detik Proklamasi

Kepada umat muslim, Jepang bahkan menjanjikan akan memfasilitasi naik haji dengan ongkos yang murah.

Di awal, bujuk rayu Jepang berhasil mengelabui rakyat pribumi. Rakyat pribumi makin percaya karena ada ramalan yang ditulis Raja Kediri, Jayabaya, yang memerintah sekitar tahun 1157.

Ramalan Jayabaya kira-kira berbunyi, "Akan datang bangsa berkulit kuning dari Utara, berperawakan tidak tinggi, pendek pun juga tidak. Mereka itu nanti akan menduduki tanah Jawa, tetapi hanya seusia tanaman jagung. Dan akan kembali ke negerinya sendiri, sedangkan tanah Jawa akan kembali dikuasai anak negeri sendiri pula."

Tujuan Jepang menguasai Indonesia

Berbeda dengan janji-janjinya, tujuan Jepang ke Indonesia sebenarnya tak lebih dari untuk kepentingan bangsanya sendiri.

Baca juga: Biografi Soepomo, Perumus Pancasila dan UUD 1945

Berikut beberapa tujuan Jepang datang ke Indonesia:

  1. Menjadikan Indonesia sebagai penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar bagi industri Jepang.
  2. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia bisa menjadi pasar yang menguntungkan bagi Jepang.
  3. Menjadikan Indonesia sebagai sumber tenaga kerja dan buruh yang banyak dengan upah murah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.