Kondisi perekonomian suatu negara sedang mengalami inflasi yang cukup tinggi

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS
HM.4.6/4/SET.M.EKON.3/1/2022

Ditengah Peningkatan Inflasi Global, Laju Inflasi Indonesia Tahun 2021 Tetap Terkendali Rendah dan Stabil

Jakarta, 3 Januari 2022

Ditengah masa pandemi, inflasi Indonesia relatif terkendali dibandingkan dengan beberapa negara yang terus mengalami peningkatan inflasi akibat supply-demand imbalance dan krisis energi, misalnya Singapura sebesar 3,8% (yoy), Euro Area sebesar 4,9% (yoy) dan Amerika Serikat sebesar 6,8% (yoy) pada November 2021.

Di tengah tekanan inflasi di berbagai negara maju tersebut, laju inflasi Indonesia pada tahun 2021 masih terkendali pada level yang rendah dan stabil, serta berada di bawah kisaran target sebesar 3±1% (yoy) yang telah ditetapkan. Realisasi inflasi pada tahun 2021 tercatat sebesar 1,87% (yoy) atau naik dari realisasi tahun 2020 yang sebesar 1,68% (yoy). Hasil pengendalian ini tidak terlepas dari koordinasi yang kuat antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga.

​Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Pencapaian realisasi inflasi tahun 2021 didukung oleh inflasi volatile food (VF) yang masih terjaga ditengah peningkatan inflasi administered prices (AP) dan masih terbatasnya inflasi inti,” ungkap Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, di Jakarta, Senin (3/01).

Secara bulanan, inflasi Desember 2021 meningkat sesuai dengan tren musiman dengan realisasi sebesar 0,57% (mtm), yang dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi dan merupakan angka tertinggi sepanjang tahun 2021.

Komponen VF pada Desember 2021 mengalami inflasi 2,32% (mtm) atau 3,20% (yoy) dengan andil 0,38%. Beberapa komoditas VF yang dominan menyumbang terhadap inflasi Desember 2021 antara lain cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai merah. Secara tahunan, inflasi VF terjaga sesuai rentang sasarannya yang disepakati dalam High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (HLM TPIP) pada 11 Februari 2021 yakni dalam kisaran 3% sampai dengan 5% (yoy).

Secara khusus, harga komoditas cabai rawit pada Desember 2021 meningkat sebesar 85,98% (mtm) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,11%. Kenaikan harga komoditas cabai rawit disebabkan oleh produksi yang tidak optimal sehingga menyebabkan terbatasnya pasokan di tengah mulai naiknya permintaan masyarakat seiring dengan pelonggaran PPKM di berbagai daerah. Produksi yang tidak optimal antara lain disebabkan karena serangan hama patek di daerah Garut, banjir di Pontianak, serta mulai berakhirnya masa panen di beberapa daerah sentra produksi cabai rawit, seperti di Cianjur, Magelang, dan Blitar.

Komoditas lain yang cukup berperan penting menyumbang inflasi nasional di Desember 2021 yakni minyak goreng. Sepanjang tahun 2021, total andil minyak goreng terhadap inflasi umum sebesar 0,31%. Semenjak Juli 2020, minyak goreng telah menunjukkan kenaikan harga sebesar 46,32%. Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per 31 Desember 2021, harga minyak goreng telah mencapai Rp19.900,00/liter.

“Kenaikan harga CPO saat ini memang berdampak terhadap konsumen yaitu kenaikan harga minyak goreng sebagai salah satu turunannya. Namun di sisi lain juga memberikan insentif kepada kesejahteraan petani yang terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR),” ungkap Menko Airlangga.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah terus berupaya mendorong langkah stabilisasi harga guna menurunkan harga beberapa bahan pangan yang mengalami tren kenaikan dalam menjelang akhir tahun. Salah satu langkah tersebut dilakukan Pemerintah bersama dengan produsen minyak goreng dan pengusaha ritel yakni melalui program penyediaan 11 juta liter minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000,00 per liter yang dilakukan melalui skema operasi pasar, khususnya menjelang periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

Ditengah tren peningkatan harga minyak goreng dan masih tingginya fluktuasi harga aneka cabai, komoditas beras terpantau stabil dalam kisaran Rp11.650,00-Rp.11.800,00/kg. Hal ini terlihat dari komoditas beras tidak lagi masuk dalam 20 besar komoditas yang dominan menyumbang terhadap inflasi nasional.

Kebijakan pelonggaran PPKM menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 juga mendorong peningkatan inflasi pada komponen AP. Komponen AP mengalami inflasi sebesar 0,45% terutama didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara yang memberikan andil terhadap inflasi Desember 2021 sebesar 0,06%. 

Sepanjang tahun 2021, tarif angkutan angkutan udara memberikan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,08%. Komoditas dalam komponen AP yang juga dominan menyumbang terhadap inflasi nasional yakni aneka jenis rokok. Sepanjang tahun 2021, rokok kretek filter dan rokok putih menyumbang andil terhadap inflasi nasional masing-masing sebesar 0,08% dan 0,04%. Kenaikan harga rokok kretek filter maupun jenis lainnya sendiri seiring dengan naiknya tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang berlaku sejak 1 Januari 2020.

Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm) atau 1,56% (yoy) dengan andil 0,11%. Inflasi inti Desember 2021 utamanya didorong adanya kenaikan harga ikan segar dan sabun detergen bubuk/cair dengan andil masing-masing sebesar 0,02% dan 0,01%. Sepanjang tahun 2021, komoditas komponen inti yang dominan menyumbang terhadap inflasi nasional yakni nasi dengan lauk yang memberikan andil sebesar 0,05%. Kenaikan harga nasi dengan lauk biasanya didorong adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas VF.

Disisi lain, penurunan kasus Covid-19 yang terjadi secara konsisten membuat Pemerintah dapat terus memberlakukan relaksasi pembatasan mobilitas. Kondisi ini mendorong kelancaran aktivitas ekonomi termasuk pada sektor manufaktur. Hasilnya, terjadi kenaikan pada permintaan domestik dan luar negeri sehingga turut mendongkrak tingkat produksi. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia Desember 2021 tercatat di posisi 53,5 atau masih berada pada level ekspansif. Level PMI Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN yakni Malaysia (52,8), Filipina (51,8), dan Myanmar (49,0).

Ke depan, tingkat inflasi tahun 2022 diperkirakan akan meningkat dibanding pencapaian tahun 2021. Permintaan domestik yang semakin pulih seiring bergeliatnya aktivitas ekonomi diperkirakan akan mendorong peningkatan inflasi.

“Pemerintah juga terus memonitor imported inflation seiring tren kenaikan harga komoditas global dan normalisasi kebijakan moneter bank sentral dunia. Ditengah berbagai tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2022, komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia untuk menguatkan koordinasi kebijakan strategi pengendalian inflasi menjadi kunci untuk menjaga inflasi tetap terkendali,” pungkas Menko Airlangga. (dep1/ag/fsr)

***

Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Haryo Limanseto

Website: www.ekon.go.id Twitter, Instagram, Facebook, & Youtube: @PerekonomianRI Email:

LinkedIn: Coordinating Ministry for Economic Affairs of the Republic of Indonesia

Kita perlu mengetahui istilah-istilah ekonomi dan pastinya sebagai pelaku ekonomi kita memerhatikan tentang naik serta turunnya harga barang. Fenomena ini dikenal dengan sebutan inflasi.

Inflasi sangat berpengaruh karena akan menentukan harga pasar dari semua yang Anda butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Inflasi juga sangat berpengaruh bagi para pengusaha karena berkaitan dengan operasional perusahaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Inflasi diartikan sebagai kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.

Sementara pengertian lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa inflasi adalah keadaan perekonomian negara di mana ada kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu panjang. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Adapun kenaikan harga yang bersifat sementara seperti kenaikan harga menjelang Hari Raya Idul Fitri tidak termasuk ke dalam inflasi. Secara garis besar, inflasi disebabkan karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

Tingkat inflasi bisa diukur dengan indikator Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi yang diukur IHK kemudian dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yang di antaranya sebagai berikut:

  • Kelompok bahan makanan
  • Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
  • Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
  • Kelompok sandang
  • Kelompok kesehatan
  • Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
  • Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Penyebab Inflasi

Meningkatnya Jumlah Permintaan

Penyebab inflasi yang pertama bisa dikarenakan meningkatnya permintaan atau demand pada suatu jenis barang atau jasa tertentu. Ketika permintaan meningkat sementara stok barang yang tersedia tak memadai, maka akan terjadi kenaikan harga.

Meningkatnya Biaya Produksi

Inflasi juga bisa disebabkan karena meningkatnya biaya produksi. Biaya produksi yang baik bisa disebabkan karena beberapa hal seperti naiknya harga bahan baku atau naiknya upah pegawai.

Peredaran Uang

Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat tinggi, maka inflasi bisa terjadi. Hal ini dikarenakan ketika jumlah uang di masyarakat meningkat, harga barang akan ikut mengalami kenaikan. Karena kenaikan daya beli masyarakat sedangkan stok barang statis, maka harga barang akan ikut naik.

Jenis-jenis Inflasi

Inflasi Berdasarkan Dampak Ekonomi

Inflasi Ringan

Inflasi rendah yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu mengganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/jasa secara umum, biasanya di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.

Inflasi Sedang

Inflasi tingkat ini dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat berpenghasilan tetap, tetapi belum membahayakan aktivitas perekonomian negara. Inflasi sedang berada di kisaran kenaikan harga 10%–30% per tahun.

Inflasi Berat

Jenis inflasi ini bisa mengakibatkan kekacauan perekonomian di suatu negara. Kondisi ini umumnya membuat masyarakat lebih memilih menyimpan barang dan tidak mau menabung karena bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi. Kenaikan harga sebab inflasi ini ad di besaran 30%–100% per tahun.

Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation)

Di tingkat inflasi ini telah mengacaukan perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini berada di kisaran 100% ke atas per tahun.

Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Demand pull inflation

Inflasi jenis ini terjadi karena permintaan akan barang atau jasa lebih tinggi dari yang bisa dipenuhi oleh produsen.

Cost push inflation

Kemudian cost push inflation terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi sehingga harga penawaran barang naik.

Bottle neck inflation

Sementara untuk inflasi jenis ini merupakan campuran yang disebabkan oleh faktor penawaran atau faktor permintaan.

Inflasi Berdasarkan Sumbernya

Inflasi Berasal dari Domestik

Inflasi ini terjadi dan bersumber dari dalam negeri. Terjadi karena jumlah uang di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi ini juga dapat terjadi ketika barang atau jasa tertentu berkurang sedangkan permintaan pasar tetap yang membuat harga menjadi naik.

Inflasi Berasal dari Luar Negeri

Inflasi yang berasal dari luar negeri atau imported inflation disebabkan karena harga barang-barang impor atau yang berasal dari luar negeri semakin mahal karena adanya kenaikan harga di negara asal barang itu diproduksi.

Dampak Inflasi

Inflasi memiliki cukup banyak dampak bagi perekonomian suatu negara, diantaranya inflasi bisa menggerus daya beli masyarakat. Jika kondisi ini daya beli menurun, maka masyarakat akan lebih irit berbelanja. Padahal, motor penggerak ekonomi suatu negara salah satunya ditopang melalui konsumsi masyarakat. Jika masyarakat mengurangi belanja, otomatis pertumbuhan ekonomi akan bergerak lambat atau stagnan, bahkan bisa lebih rendah.

Inflasi juga berpengaruh dan merugikan konsumen karena gaji atau penghasilan menjadi stagnan, tetapi biaya pengeluaran atau belanja membengkak karena kenaikan harga barang atau jasa yang menjadi kebutuhan utama.

Dampak selanjutnya dari inflasi adalah memengaruhi kemampuan ekspor sebuah negara. Akibat inflasi, biaya ekspor menjadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun yang bisa menyebabkan devisa berkurang.

Inflasi juga bisa memengaruhi minat orang menabung di bank. Hal ini disebabkan karena bunga simpanan tabungan menjadi kecil karena tergerus inflasi. Belum lagi, menabung di bank juga mengeluarkan biaya administrasi setiap bulan, sehingga bunga yang diperoleh nasabah semakin minim.

Lebih jauh, inflasi dapat mempengaruhi kestabilan mata uang suatu negara. Kestabilan kurs mata uang mengandung dua aspek, yakni kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Kondisi inflasi pun bisa mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi sulit, karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar.

Peran Masyarakat Mengatasi Inflasi

Jika inflasi terjadi, pemerintah biasanya sudah memiliki perencanaan. Ambil contoh pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) sudah memiliki target tahunan untuk mengatasi terjadi inflasi.

Masyarakat juga ternyata bisa ambil bagian dalam mengatasi inflasi. Beberapa cara diantaranya adalah tidak berlebihan ketika membeli sembako atau kebutuhan lain. Jangan mudah panik jika terjadi sebuah fenomena, misalnya produksi bawang merah merosot sehingga harga melonjak. Jangan sampai Anda membeli dalam jumlah banyak karena panik.

Jika hal ini terjadi, justru bisa menaikkan harga menjadi lebih tinggi karena permintaan yang amat besar.

Inflasi sendiri memang tidak bisa diduga kapan akan terjadi, bisa datang kapan saja. Oleh karena itu Anda bisa mengatasi inflasi dengan mengontrol keuangan secara baik. Pemahaman tentang ilmu ekonomi harus dimiliki untuk mengatasi masalah keuangan yang dihadapi di masa mendatang.

Investasi juga sangat bermanfaat untuk finansial jangka panjang Anda. Karena pertumbuhan uang Anda dapat mengalahkan inflasi sehingga daya beli Anda tidak menurun. Jika Anda sudah memantapkan hati untuk mulai berinvestasi, CIMB Niaga memiliki berbagai jenis investasi termasuk reksadana.

Terdapat beberapa jenis reksadana yang ditawarkan di CIMB Niaga seperti Reksadana Pasar Uang, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Terproteksi, Reksadana Campuran, Reksadana Index (RDI), dan Reksadana Saham yang memiliki berbagai keunggulan dan manfaat.

Manfaat menggunakan reksadana di CIMB Niaga antara lain dikelola oleh manajer investasi yang profesional, diversifikasi investasi, transparansi informasi untuk Anda, likuiditas yang tinggi, biaya rendah, hingga memberi kemudahan akses berinvestasi.


Tersedia pilihan lain Reguler Investment CIMB Niaga yaitu investasi berkala atau Cost Averaging (CA), sebagai strategi investasi yang menginvestasikan dana secara bertahap dan teratur tanpa pertimbangan harga pasar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko volatilitas atau naik turunnya harga instrumen investasi. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai Reksadana CIMB Niaga, anda bisa mencarinya di sini.