Malang, Beritamadani.co.id – Sahabat Madani, pada kesempatan kali ini marilah kita membahas mengenai anak dengan kesulitan belajar spesifik. Anak dengan kesulitan belajar spesifik sebenarnya anak yang memiliki gangguan dalam persepsinya. Secara definisi persepsi dapat diartikan sebagai proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data atau informasi yang diterima oleh berbagai indera. Mereka yang mengalami gangguan persepsi dapat dipastikan akan mengalami masalah yang lebih berat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya. Dampak yang paling nyata dari gangguan persepsi ini seringkali dirasakan guru ketika mereka belajar membaca (disleksia), menulis (disgrafia), berhitung (diskalkulia), atau dalam memahami orientasi ruang maupun arah (disfraksia). Pada pembahasan ini, penulis ingin focus untuk menyampaikan tentang disleksia dan disgrafia: 1.Apa itu Disleksia? Definisi disleksia menurut Critchley (1970) adalah kesulitan membaca, menulis, dan mengeja (disotografi), tanpa adanya gangguan sensorik perifer. Dalam arti tidak memiliki kelemahan pada pendengaran, penglihatan, inteligensi, emosional primer atau lingkungan kurang menunjang. Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Meskipun mengalami kesulitan menulis huruf dan tentunya kesulitan belajar, bukan berarti disleksia merupakan ketidakmampuan intelektual. Selain mempengaruhi kemampuan menyusun kalimat, membaca dan menulis, disleksia juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Sedangkan perkembangan kemampuan standar tetap normal, seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan daya sensorik pada indera perasa. Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dan sebagainya. Gangguan disleksia ini adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun keatas, nakal dan suka mengganggu teman serta membuat onar di kelas. Entah apa alasannya, tetapi penderita disleksia 90%nya adalah laki-laki. a.Ciri-Ciri Disleksia Terdapat beberapa ciri disleksia antaranya ialah:
b.Apa Yang Dirasakan Anak Pengidap Disleksia? Walaupun tidak menyebabkan kematian atau cacat menetap, anak disleksik akan mengalami kesulitan saat di sekolah, dimulai dari usia sekolah paling dasar. Hal ini tentu akan menghambat prestasi akademik anak. Berikut ini keinginan anak yang mengalami disleksia.
2.Apa itu Disgrafia ? Gangguan disgrafia mengacu kepada anak yang mengalami hambatan dalam menulis, meskipun inteligensianya normal (bahkan ada yang diatas rata-rata) dan dia tidak mengalami gangguan dalam motorik maupun visual. Gangguan ini juga bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi dan sosial tetapi merupakan hambatan neurologis dalam kemampuan menulis, yang meliputi hambatan fisik, seperti: tidak dapat memegang pensil dengan benar atau tulisannya jelek. Anak dengan gangguan disgrafia mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka. a.Ciri-ciri Disgrafia Berikut ini adalah ciri-ciri yang dimiliki anak yang mengalami disgrafia:
Masalah yang dihadapi anak disgrafia mencakup kesulitan dalam menulis, mengeja, dan menyusun kerangka berpikir saat pelajaran mengarang. Hal ini terjadi manakala keterampilan menulis anak jauh dibawah standar umur dan skor IQ-nya. b.Penyebab Disgrafia Secara spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang yang telah dewasa maka diduga disgrafia disebabkan oleh trauma kepala entah karena kecelakaan, penyakit, dst. Disamping itu para ahli juga menemukan bahwa anak dengan gejala disgrafia terkadang mempunyai anggota keluarga yang memiliki gejala serupa. Demikian ada kemungkinan faktor herediter ikut berperan dalam disgrafia. Banyak individu yang menderita disgrafia biasanya merasakan sakit ketika menulis. Rasa sakit tersebut dimulai dari lengan bagian bawah kemudian menyebar ke sistem syaraf di seluruh tubuh. Ironisnya studi menemukan bahwa para penderita disgrafia jarang mengeluhkan rasa sakitnya tersebut. Hal ini terjadi karena:
c.Penanganan Disgrafia Upayakan untuk tidak membandingkan anak yang mengalami gangguan ini dengan anak lain yang normal. Membanding-bandingkannya hanya akan membuat anak merasa stres dan frustasi.
Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar menuangkan ide-idenya dengan menggunakan media komputer. Penggunaan komputer memungkinakan anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar dia mengetahui kesalahannya secara langsung.
Berilah pujian pada saat yang tepat dan wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Selain itu, jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan hal-hal yang sedang dilakukan anak karena itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustasi. Jika ini yang terjadi, akan terjadi kontradiksi dengan upaya penanggulangan hambatannya dan ini akan sulit kembali membangun rasa percaya diri anak.
Upayakan setiap peristiwa menjadi pengalaman, latih anak untuk terus menulis. Berikan tugas-tugas yang menarik, seperti: menulis surat untuk teman, untuk orang tua, menulis dalam selembar kartu pos, dan yang sejenisnya. Upaya-upaya ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan nyata. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik ini biasanya akan dapat terdiagnosa apabila telah berusia di atas 10 tahun. Karena apabila diusia awal masuk sekolah, maka jika anak belum bisa mencoba menulis dan berhitung adalah lumrah dan biasa. Mereka akan mengalami perkembangan pesat jika sudah mengenyam pendidikan sekolah dasar. Sahabat pembaca www.beritamadani.co.id, demikianlah uraian 2 dari 4 macam gangguan dalam kesulitan belajar spesifik, yang bisa penulis bagikan hari ini. Untuk pembahasan selanjutnya akan kita bahas mengenai diskalkulia dan disgrafia. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada pembahasan selanjutnya. Penulis: Firdiani Yuliana, S.Psi Daftar Pustaka
|