Kata budaya sendiri merupakan suatu bahasa yang berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu ‘budhayah’ yang merupakan sebuah bentuk jamak dari buddhi yang miliki arti budi atau akal. Sedangkan di dalam bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata culture yang berasal dari Bahasa Latin yaitu colore yang miliki arti mengolah atau mengerjakan. Kebudayaan Indonesia tidak lepas dari hasil budaya masyarakat praaksara yang telah berkembang berabad-abad lamanya. Nilai budaya yang masih berkembang dan diperlukan pada masa kini adalah sebagai berikut.
Dengan demikian, nilai budaya yang berkembang pada masa praaksara dan masih berkembang pada masa kini adalah nilai religius, nilai gotong royong, serta kreatifitas dan inovatif.
Kubur batu di Kampung Raja Prailiu, Waingapu, Sumba Timur. Kuburan batu besar yang identik dengan jaman megalitikum, bisa dengan mudah ditemui di Pulau Sumba. KOMPAS.com - Kehidupan zaman praaksara adalah kehidupan pada masa di mana catatan sejarah tertulis belum ada. Mengutip Kemdikbud RI, masa praaksara disebut juga masa prasejarah atau nirleka. Masa praaksara adalah zaman sebelum ditemukan tulisan atau zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Manusia pada zaman praaksara antara lain Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapiens. Kehidupan masyarakat praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu:
Baca juga: 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi Berikut ini penjelasannya: Masa berburu dan mengumpulkan makananManusia purba pada masa ini selalu berpindah-pindah (nomaden) karena tidak punya tempat tinggal tetap. Untuk mencari tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan makanan. Manusia purba mengumpulkan makanan yang tersedia di alam, tanpa mengolah atau menanam lebih dulu. Alat-alat yang digunakan pada masa ini antara lain:
Manusia praaksara membutuhkan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Pembuatan api dengan cara menggosokkan dua keing batu yang mengandung unsur besi. Maka akan timbul percikan api untuk membakar lumut atau rumput kering. Dalam kehidupan sosial, manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Baca juga: Bagaimana Pola Makan Zaman Manusia Purba?
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidup dengan cara pembukaan laham di hutan untuk dijadikan ladang. Pada masa ini, manusia praaksara mulai hidup menetap di suatu tempat tinggal sederhana secara berkelompok. Tetapi kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tidak sepenuhnya ditinggalkan. Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam, memelihara tumbuhan dan hewan. Alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah dihaluskan, antara lain:
Baca juga: Jenis Peninggalan Bersejarah Masa perundagianPada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja. Di kehidupan pada masa perundagian, manusia purba sudah menemukan bijih-bijih logam dan mengenal pengolahan logam. Sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam. Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi untuk membuat barang-barang kebutuhan rumah tangga yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Meski sudah ada alat-alat dari logam, tetapi manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Akan tetapi penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana penggunaan bahan batu. Karena persediaan logam masih terbatas. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Ilustrasi manusia masa praaksara di Indonesia KOMPAS.com - Kehidupan manusia purba pada masa praaksara yang berlangsung selama ratusan ribu tahun menyimpan banyak nilai-nilai budaya yang masih relevan hingga masa kini. Kita sebagai manusia modern, dapat mengambil nilai-nilai tersebut sebagai bahan refleksi diri demi menjadi manusia yang lebih baik. Berikut merupakan nilai-nilai budaya pada masa praaksara di Indonesia: Dalam buku Sejarah Indonesia masa Praaksara (2015) karya Herimanto, manusia purba hidup secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan alam. Dalam pola hidup berkelompok, manusia purba selalu menerapkan budaya gotong royong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Budaya gotong royong manusia purba terlihat dari cara mereka berburu dan meramu makanan. Sejak zaman Paleolithikum, manusia purba telah melakukan pembagian tugas dalam tingkat sederhana ketika berburu dan meramu makanan. Manusia purba menciptakan berbagai macam alat kebudayaan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Dalam menciptakan alat kebudayaan, manusia purba selalu menerapkan prinsip kreativitas dan inovasi. Mereka berhasil memberikan inovasi pada alat kebudayaan seperti batu, tulang hingga logam. Selain itu, manusia purba juga mampu memberi variasi terhadap alat kebudayaan dalam segi bentuk dan fungsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia purba memiliki kreativitas dalam menciptakan alat kebudayaan. Baca juga: Zaman Praaksara di Indonesia Pengambilan keputusan manusia purba pada masa praaksara telah dilakukan melalui musyawarah, meskipun masih dalam tingkat yang sederhana.
Manusia purba pada zaman neolithikum hingga zaman logam telah menggunakan budaya musyawarah untuk memilih pemimpin dan menyelesaikan berbagai masalah kolektif. Nilai-nilai religius pada masa praaksara didominasi oleh kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme. Dalam menjalankan kehidupan, manusia purba selalu berpedoman untuk melakukan hal-hal kebaikan sesuai dengan nilai spiritualitas yang mereka anut. Dalam buku Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 (1973) karya R. Soekmono, pada masa Neolithikum, manusia purba telah memercayai adanya alam kehidupan setelah kematian. Pada masa Neolithikum, manusia purba juga mampu menciptakan kebudayaan Megalithikum sebagai bentuk spritualitas mereka. Pada masa praaksara, corak kehidupan manusia purba identik dengan nilai budaya agraris dan maritim. Dalam budaya agraris, manusia purba telah berhasil mengembangkan kemampuan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Sedangkan dalam budaya maritim, manusia purba mampu melakukan pelayaran untuk menemukan daerah-daerah potensial yang cocok ditinggali. Hal ini dibuktikan dari persebaran bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu dari wilayah Indocina menuju ke kepulauan Indonesia. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. |