Tukirno (2012) Kesulitan-kesulitan dalam pelakasanaan pembelajaran mata pelajaran seni budaya dan keterampilan bidang seni rupa di kelas V SDN Arjosari 01 Kecamatan Blimbing tahun pelajaran 2011-2012 / Tukirno. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.
Abstract
Kata Kunci Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya Seni Rupa Pelaksanaan seni budaya bidang seni rupa di sekolah sering mengalami kendala karena diberikan dalam jumlah jam sangat terbatas padahal cakupan materinya terentang sangat luas. Jumlah durasi waktu pelajaran seni tidak sebanding dengan jumlah jam yang disediakan untuk mata pelajaran lainnya. Akibatnya guru mendapatkan kesulitan dalam menentukan kompetensi kepada peserta didik berdasarkan jumlah jam yang disediakan. Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran seni budaya bidang seni rupa kelas V SDN 1 Arjosari Kecamatan Blimbing. Sedangkan tujuan penelitian secara khusus yaitu untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan dalam persiapan guru sebelum mengajar proses pelaksanaan pembelajaran evaluasi pembelajaran seni budaya bidang seni rupa kelas di kelas V SDN Arjosari 1 Kecamatan Blimbing. Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara metode pengamatan dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data paparan data dan menarik kesimpulan. Instrumen yang digunakan ialah dengan menggunakan observasi dan wawancara. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berlokasi di SDN 1 Arjosari Kecamatan Blimbing. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ditemukan kendala-kendala dalam pelaksanaan mata pelajaran seni budaya bidang seni rupa di kelas V SDN Arjosari 1 Kecamatan Blimbing. Dalam persiapan pembelajaran ada beberapa hal antara lain kendala dalam merumuskan tujuan menetapkan langkah pembelajaran menentukan metode dan media yang tepat. Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran masalah yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan kelas pemberian motivasi dan penguatan. Hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan evaluasi aspek penilaian pada karya siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada semua pihak untuk lebih menyiapkan diri terutama bagi lingkungan pendidikan/sekolah agar persiapan sebelum pembelajaran benar-benar disiapkan pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dan tentunya evaluasi benar-benar dilaksanakan sesuai kurikulum/aturan yang berlaku.
Actions (login required)
tersebut dapat berguna untuk memotivasi atau memberikan rangsangan kepada
siswa untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan idenya.
4.4 Kendala-kendala dalam Pembelajaran Seni Rupa dengan
Memanfaatkan Pelepah Pisang sebagai Media Berkarya Dua Dimensi Teknik Kolase
Pembelajaran seni rupa dengan memanfaatkan pelepah pisang sebagai media berkarya dua dimensi teknik kolase tidak lepas dari berbagai kendala. Guna
memperoleh data terkait kendala, peneliti melakukan wawancara kepada 25 siswa yang dipilih secara acak. Peneliti memberikan enam buah pertanyaan. Pertanyaan
pertama berkenaan dengan cara guru dalam mengajar, diketahui sebanyak 17 siswa atau 68 siswa menyatakan cara mengajar guru sudah baik. 68 siswa
yang menyatakan bahwa cara mengajar guru sudah baik, sebagian besar memberikan alasan bahwa guru dapat menjelaskan dengan baik, jelas, dan dapat
dipahami, penjelasannya menarik, tidak terlalu cepat dalam berbicara, gurunya menyenangkan dan lucu serta kreatif. Selain itu, sebanyak 7 siswa atau 28
siswa menyatakan bahwa cara mengajar guru masih kurang baik. Siswa mengatakan bahwa guru terlalu banyak bercanda, kurang efektif dan kurang jelas
dalam menjelaskan. Sedangkan siswa yang menjawab bahwa cara mengajar guru tidak belum baik hanya 1 siswa atau 4 dengan alasan siswa tersebut masih
tidak dapat memahami materi yang disampaikan. Pada pertanyaan kedua yang berkenaan dengan pemahaman tentang
bahan, alat, dan prosedur berkarya, diketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau 80
mengatakan bahwa siswa dapat memahami tentang bahan, alat, dan langkah- langkah dalam pembuatan karya dua dimensi teknik kolase dengan memanfaatkan
pelepah pisang. Siswa menyatakan bahwa materi tersebut mudah dipelajari serta bahan dan alat-alatnya sangat mudah. Sedangkan 3 siswa atau 12 menyatakan
kurang dapat memahami materi karena baru pertama kali mempelajarinya dan masih belum paham. 2 siswa atau 8 menyatakan sama sekali tidak memahami
materi dengan alasan penjelasan guru kurang terperinci dan siswa merasa tidak terbakat atau tidak terlalu bisa.
Pada pertanyaan ketiga yang berkenaan dengan ketertarikan pada materi pelajaran, diketahui ada 19 siswa atau 76 menyatakan tertarik dengan materi
berkarya dua dimensi teknik kolase dengan memanfaatkan pelepah pisang. Sebagian besar siswa memberikan alasan bahwa karya seni tersebut sangat
menarik dan dapat mengasah kreativitas, memotivasi untuk melakukan hal yang baru bahkan ada yang mengatakan ingin menjadikannya sebagai peluang usaha
atau bisnis. 4 siswa atau 16 menyatakan kurang tertarik dengan materi tersebut karena merasa tidak terlalu bisa dan sulit untuk mengerjakan dan 2 siswa atau 8
menjawab sama sekali tidak terarik karena terlalu rumit dalam pengerjaannya. Pada pertanyaan keempat tentang ketertarikan pada materi kolase jika
dibandingkan dengan materi seni lukis cat air, diketahui bahwa sebanyak 18 siswa atau 72 menyatakan lebih tertarik pada materi berkarya dua dimensi teknik
kolase dengan memanfaatkan pelepah pisang dibandingkan dengan seni lukis cat air. 18 siswa tersebut mengatakan bahwa materi berkarya dua dimensi teknik
kolase lebih mudah dan tidak rumit, alat dan bahannya mudah diperoleh dan jika
menggunakan cat air memerlukan keahlian khusus. Sedangkan 6 siswa atau 24 menyatakan kurang tertarik karena tidak terlalu suka keduanya, sama tingkat
kesulitannya, dan ada pula yang menyatakan biasa saja. 1 siswa menyatakan sama sekali tidak tertarik dengan alasan lebih menyukai seni lukis cat air.
Pada pertanyaan kelima yang berkenaan dengan alokasi waktu pembelajaran diketahui ada 5 siswa atau 20 yang menyatakan bahwa waktu
yang diberikan oleh guru dalam proses pembuatan karya sudah cukup dengan alasan pengerjaannya yang cukup singkat dan lebih mudah. Akan tetapi, sebanyak
14 siswa atau 54 justru menyatakan waktu yang diberikan kurang dengan alasan membutuhkan waktu untuk menggunting, terlalu cepat, dan masih butuh
pemahaman lagi. Sebanyak 6 siswa atau 24 menyatakan waktu yang disediakan masih sangat kurang.
Pada pertanyaan keenam yang berkenaan dengan kesulitan dalam proses berkarya diketahui sebanyak 18 siswa atau 72 menyatakan mengalami kesulitan
dalam pembuatan karya dua dimensi teknik kolase dari pelepah pisang. Kesulitan- kesulitan tersebut antara lain dalam mengelem pelepah pisang pada kertas kardus,
dalam pembuatan polanya, pelepah yang terlalu kering mudah robek, dan waktu yang dibutuhkan agar pelepah benar-benar menempel pada kardus relatif lama.
Sedangkan 3 siswa atau 12 menyatakan tidak terlalu kesulitan dan 4 siswa atau 16 menyatakan sama sekali tidak ada kesulitan dalam proses pembuatannya.
Hasil wawancara dengan 25 siswa dan hasil pengamatan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif
akan ketertarikannya dan pemahamannya pada materi pembelajaran seni rupa
dengan memanfaatkan pelepah pisang sebagai media berkarya dua dimensi teknik kolase. Sebelum membuat simpulan tentang kendala dalam pembelajaran, peneliti
akan menjelaskan terlebih dahulu hasil wawancara dengan guru seni budaya. Setelah berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, peneliti juga
melakukan wawancara dengan guru seni budaya tentang kendala-kendala selama proses pelaksanaan pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru seni budaya
menyatakan bahwa kendala yang dihadapi oleh guru adalah kesulitan untuk memotivasi siswa yang tidak suka dengan sub bidang mata pelajaran tertentu,
khususnya seni rupa. Guru mengatakan bahwa ada beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri sehingga takut tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan.
Sedangkan hal yang terkait dengan materi pembelajaran berkarya dua dimensi teknik kolase dengan memanfaatkan pelepah pisang, guru menyatakan tidak
banyak kesulitan dalam penyampaiannya. Kesulitan yang dihadapi oleh guru adalah ketika ada beberapa siswa yang tidak membawa peralatan berkarya secara
lengkap sehingga hal tersebut sedikit menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan guru serta hasil pengamatan oleh peneliti, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
proses berkarya karena waktu pengerjaan yang diberikan oleh guru terlalu singkat. Hal ini sebagai akibat dari pembagian alokasi waktu mata pelajaran seni budaya
dalam satu semester untuk tiga sub mata pelajaran, yakni seni rupa, seni musik, dan seni tari. Pada perencanaan pembelajaran, guru menetapkan alokasi waktu
untuk materi pelajaran tersebut adalah dua kali pertemuan. Setelah proses
pembelajaran selesai, waktu dua kali pertemuan tersebut dirasa belum cukup bagi siswa untuk menyelesaikan karyanya.
Dalam perencanaan pembelajaran, guru telah berupaya dengan baik dengan menetapkan materi pelajaran tentang karya dua dimensi teknik kolase
pada kelas IX. Guru menggunakan pertimbangan bahwa karya dua dimensi teknik kolase memiliki kesulitan lebih tinggi dari seni lukis cat air. Setelah peneliti
mengamati dan melakukan wawancara dengan siswa dalam proses pembelajaran karya dua dimensi teknik kolase dengan memanfaatkan pelepah pisang, diketahui
bahwa materi pelajaran tersebut lebih mudah dipahami oleh siswa. Hal ini sedikit berbeda dengan pertimbangan guru ketika membuat perencaanan pembelajaran.
Pada pembelajaran yang akan datang, guru hendaknya perlu menyusun perencanaan secara tepat dalam upaya melaksanakan pembelajaran yang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah berkenaan
dengan proses siswa berkarya. Siswa mengalami kesulitan dalam pembuatan karya saat merekatkan pelepah pisang pada kertas kardus. Pelepah pisang sulit
merekat secara merata pada kertas kardus. Kesulitan lainnya adalah pelepah yang terlalu kering mudah robek, dan waktu yang dibutuhkan agar pelepah benar-benar
menempel pada kardus dan dalam pembuatan polanya relatif lama. Dalam hal ini, guru perlu berupaya lebih maksimal dalam memantau dan memberikan
pengarahan ketika siswa sedang melaksanakan proses pembuatan karya.
117
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat dikemukakan simpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran seni rupa dengan
memanfaatkan pelepah pisang sebagai media berkarya dua dimensi teknik kolase pada siswa kelas IX G SMP N 1 Kesesi berjalan lancar sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat oleh guru. Namun demikian, perlu adanya suatu upaya pembelajaran yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang disusun secara tepat diharapkan dapat menjadi suatu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: 1 kegiatan perencanaan, 2 kegiatan pelaksanaan, dan 3 kegiatan evaluasi. Kegiatan
perencanaan pembelajaran dilakukan oleh guru dengan menyusun perangkat pembelajaran yakni Program Tahunan Prota, Program Semester Promes dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Pada kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran, guru perlu memahami KSTP secara lebih dalam lagi guna
menciptakan proses pembelajaran yang baik. Secara umum, hal ini berkaitan dengan perencanaan untuk mata pelajaran seni budaya dan secara khusus
berkaitan dengan perencanaan untuk sub mata pelajaran seni rupa.
Video yang berhubungan