Dengan cara apakah badak dan kerbau beradaptasi pada lingkungan yang panas

Dengan cara apakah badak dan kerbau beradaptasi pada lingkungan yang panas

Dengan cara apakah badak dan kerbau beradaptasi pada lingkungan yang panas
Lihat Foto

FREEPIK/BRGFX

Ilustrasi.

KOMPAS.com - Adaptasi morfologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya.

Mengutip Kemdikbud RI, berikut ini penjelasan adaptasi morfologi pada hewan:

Adaptasi morfologi

Adaptasi morfologi mudah dikenali dan diamati karena tampak dari luar. Adaptasi morfologi dilihat dari bentuk tubuh atau salah satu organ tubuh.

Contoh adaptasi morfologi pada hewan adalah ragam jenis paruh dan kaki burung dan tipe mulut serangga.

Contoh adaptasi morfologi pada tumbuhan adalah ragam jenis akar, batang, dan daun.

Baca juga: Ciri-ciri Makhluk Hidup

Adaptasi morfologi pada bentuk paruh dan kaki burung

Burung memiliki bentuk kaki berbeda-beda sesuai dengan lingkungan tempat hidup dan jenis mangsa yang dimakan.

Adaptasi morfologi pada kaki burung antara lain:

  • Bebek: Bentuk kaki bebek mempunyai selaput renang di antara jari kakinya. Berfungsi untuk berjalan di lumpur atau membantu saat berenang.
  • Burung pipit: Bentuk kaki burung pipit mempunyai jari-jari panjang dan terletak dalam bidang datar. Berfungsi untuk hinggap di ranting pohon.
  • Ayam: Bentuk kaki ayam panjang dan tegak. Berfungsi untuk berjalan di darat dan mengais makanan di tanah.
  • Elang: Bentuk kaki burung elang pendek dan bercakar tajam. Berfungsi untuk mencengkeram mangsa.
  • Kakatua dan Pelatuk: Bentuk kaki burung Kakaktua dan Pelatuk mempunyai dua buah jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah ke belakang. Berfungsi untuk memanjat.

Baca juga: Klasifikasi Hewan Vertebrata dan Invertebrata

Burung memiliki bentuk paruh berbeda-beda sesuai dengan jenis makanan atau mangsa yang dimakan.

Adaptasi morfologi pada paruh burung antara lain:

  • Itik: Bentuk paruh itik seperti sudut dan pangkal bergerigi. Berfungsi untuk menyaring makanan dari air dan lumpur. Jenis makanan itik adalah ikan dan cacing.
  • Elang: Bentuk paruh elang tajam, kuat, runcing, dan agak bengkok. Berfungsi untuk mengoyak makanan berupa daging. Jenis makanan elang adalah ular, ayam, dan kelinci.
  • Burung Pipit: Bentuk paruh burung pipit pendek, tebal, dan runcing. Berfungsi untuk memecah biji-bijian seperti padi.
  • Burung Pelatuk: Bentuk paruh burung Pelatuk runcing dan agak panjang. Berfungsi untuk memahat kayu pohon dan menangkap makanannya yaitu serangga.
  • Burung Pelikan: Bentuk paruh burung Pelikan panjang dan berkantong besar pada bagian bawah. Berfungsi untuk menyimpan makanannya yaitu ikan.
  • Ayam: Bentuk paruh ayam pendek, tebal, dan runcing. Berfungsi untuk mematuk makanan seperti biji-bijian dan cacing.

Baca juga: Sistem dan Alat Pernapasan Hewan

Adaptasi morfologi pada serangga

Adaptasi morfologi pada serangga dapat dilihat dari bentuk mulut yang berbeda-beda sesuai dengan jenis makanannya.

Adaptasi morfologi pada mulut serangga antara lain:

  • Kupu-kupu: Bentuk mulut kupu-kupu berupa alat pengisap. Berfungsi untuk mengisap sari madu (nektar) pada bunga.
  • Nyamuk: Bentuk mulut nyamuk berupa tabung panjang dan runcing sebagai alat penusuk dan pengisap. Berfungsi untuk mengisap makanan berupa darah manusia atau hewan dari kulit mangsa.
  • Jangkrik: Bentuk mulut jangkrik mempunyai gigi-gigi kecil. Berfungsi untuk menggigit dan mengunyah makanan yang berupa daun.
  • Lalat rumah: Lalat rumah mempunyai mulut berupa alat penyerap yang mirip spons (gabus). Berfungsi untuk menyerap makanan terutama yang berupa cairan.

Baca juga: Reproduksi pada Hewan: Cara dan Fungsinya

Adaptasi morfologi pada unta

Lingkungan tempat tinggal unta adalah di gurun pasir yang panas dan gersang. Bentuk dan susunan tubuh unta sesuai dengan keadaaan alam di gurun pasir.

Tubuh unta mampu bertahan meski tidak makan dan tidak minum beberapa hari.

Adaptasi morfologi pada hewan unta memungkinkan unta mampu bertahan tanpa makan dan minum beberapa hari.

Adaptasi morfologi pada unta adalah:

  • Punuk unta: Punuk unta banyak mengandung lemak sebagai cadangan makanan dalam tubuh. Lemak di punuk unta digunakan saat tidak ada makanan di sekitarnya.
  • Lambung unta: Lampung unta mampu menyimpan air dalam jumlah banyak. Air disimpan dalam bentuk cairan tubuh yang dikeluarkan sedikit demi sedikit ke sistem pencernaan. Sehingga unta bisa tahan tidak minum berhari-hari.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

sebutkan Dan jelaskan bagian tubuh berdasarkan bentuknya​

produksi padi di Indonesia 10450ton,luas lahan yang di gunakan sebesar 250 ha berapa produktivitas lahannya​

NO 7 TABEL ADA DI ATAS7. soal di bawahA. Tuliskan nama kelompok tumbuhan yang berkode K,L,dan M pada foto di atas B. Tuliskan masing-masing … dua contoh tumbuhan yang tergolong dalam kelompok L dan M8. Jelaskan perbedaan utama antara ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE sehingga kedua kelompok tumbuhan tersebut dibagi menjadi subdivisi yang berbeda tolong kk secepatnya y kk​

Soal Ayu membantu ibunya menanam tanaman cabe dan bawang ia ingin tanaman mana yang paling cepat tumbuh. Gambar kan Tujuan percobaan? Minta tolong di … Jawab plis dikumpulkan besok

1. Sebutkan Adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku pada burung pipit 2. Sebutkan Adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku pada burung … elang 3. Sebutkan Adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku pada burung kolibri

pada rangkaian listrik seri baterai dan lampu diletakkan secara a sejajar B sebaris C berdampingan D berjauhan​

bantu jawab IPA kelas 7 semester 1 kurikulum 2013​

Sebutkan Adaptasi FISIOLOGI, TINGKAH LAKU.pada BURUNG PIPIT,BURUNG ELANG,DAN BURUNG KOLIBI. aku mintanya adaptasi fisiologi dan tingkah laku ya, semog … a sesuai

kuishewan ovipar berkembangbiak dgn cara?​

15.Peristiwa pernafasan pada tumbuhan melalui batang terjadi karena adanya .... A. StomataB. LentiselC. EpidermisD. Palisade​

Kerbau merupakan ternak ruminansia besar yang memiliki nama latin Bubalus Bubalis. Pada umunya, ada tiga jenis kerbau yang ada di Dunia. Pertama, kerbau liar (B. bubalus arnee), Kerbau sungai (Bubalus bubalis bubalis) dan kerbau lumpur (B. bubalis carabauesis). Kerbau yang ada di Indonesia hanya ada dua jenis yaitu kerbau sungai dan kerbau lumpur (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

Populasi kerbau di Indonesia memiliki jumah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan populasi sapi. Selain itu, dari tahun ke tahun populasi kerbau semakin menurun dan jarang ditemui dibeberapa daerah di Indonesia. Belum lagi kini tenaga kerja kerbau sudah digantikan oleh mesin-mesin untuk membajak sawah ataupun mengangkut barang. Sehingga, para petani ataupun peternak sudah jarang yang berternak kerbau.

Kerbau sering di gembalakan di sawah, kebun dan sungai. Hal yang sering diingat dari kerbau tentunya adalah sifatnya yang suka berkubang. Hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan mengapa kerbau suka berkubang sedangkan sapi ataupun ruminansia besar lainnya tidak demikian?

1.      Kerbau Tidak Tahan Panas

Secara alamiah kerbau termasuk salah satu hewan yang tidak tahan panas atau dengan cuaca panas. Suhu tubuh normal kerbau berkisar antara 38,2-38,4◦C dan berada dalam keseimbangan lingkungan sekitar 22-30◦C (Parakassi, 1999). Oleh karena memiliki suhu tubuh yang memiliki panas tinggi maka kerbau tidak tahan dengan suhu panas dari lingkungan. Sehingga, cara untuk mempertahankan suhu tubuh kerbau yaitu dengan berkubang di lumpur atau di air.

2.      Sifat Fisiologis Kerbau

Alasan kedua yang menyebabkan kerbau suka berkubang yaitu karena sifat fisiologis kerbau. Menurut Fahimuddin (1975) Faktor kerbau suka berkubang adalah karena kerbau memiliki kelenjar keringat yang sedikit yaitu sepertiga dari sapi dan kerbau memiliki rambut yang jarang. Robey (1976) juga menambahkan bahwa pigmen kulit kerbau yang gelap dapat mempengaruhi suhu tubuh kerbau karena warna gelap dapat menyerap kalor lebih tinggi.

3.       Koefisien Tahan Panas (KTP) Rendah

Jika dilihat dari aspek Koefisien Tahan Panas atau KTP kerbau mempunyai Koefisien Tahan Panas yang rendah (Cockrill, 1984). Oleh Karen KTP yang rendah ternak kerbau sangat rentan menderita cekaman panas. Bila tidak terdapat teduhan atau kubangan maka ternak kerbau akan kesulitan dalam membuang panas dari tubuhnya. Suhu rektal dan angka respirasi pada ternak kerbau bertambah lebih cepat jika terkena sinar matahari. Sehingga kerbau sangat peka terhadap perubahan suhu dari lingkungannya.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan kerbau suka berkubang di rawa ataupun di air. Namun, keistimewaan yang dimiliki kerbau adalah mampu mengembalikan suhu tubuh menjadi normal dengan cepat jika ternak kerbau berteduh ataupun berkubang. Hal tersebut karena kerbau memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan mudah terjadi Validasi.

Sumber:
Hasinah, H dan Handiwirawan, 2006. Keragaman Genetik Ternak Kerbau di Indonesia. Posiding Lokarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi Pusat. Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Parakkasi, 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit UP. Jakarta.

Fahimuddi, 1975. Ternak Kerbau. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.

Robey, C.A Jr, 1976. Physiological Responses of Waret Buffalo in the Florida Environment.M.S. Thesis University of Florida, Cainsville, Flora, UCA.

Cockrill, W.R. 1984. Water Buffalo in. Evulotion of Demosticate Animals. Masson Publisheh. Longman London and New York.