Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Fikih Ilmu Kalam mengarahkan sasarannya kepada soal-soal kepercayaan (akidah) sedangkan Fiqh sasarannya adalah hukum-hukum perbuatan lahiriyah mukallaf (ahkam al amaliah
Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-ilmu lain. 1. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Fikih
Ilmu Kalam mengarahkan sasarannya kepada soal-soal kepercayaan (akidah)
sedangkan Fiqh sasarannya adalah hukum-hukum perbuatan lahiriyah mukallaf
(ahkam al amaliah). Ilmu Kalam dapat menguatkan akidah dan syari’ah. Sedangkan
Ilmu Fiqh berusaha mengambil hukum sesuatu yang tidak dijelaskan oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya. 2. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf
Objek kedua ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan Ketuhanan. Objek kajian ilmu kalam adalah Ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan denganNya. Sementara objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadap-Nya. 3. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Falsafah
Ilmu kalam dan ϐilsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu Ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan ϐilsafat Islam adalah pembuktian intelektual melalui pengamatan dari kajian langsung. Ilmu kalam berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai
Ketuhananya. Sedangkan ϐilsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
Perkenalkan Nama saya irhan hisyam dwi nugroho saat ini menjadi mahasiswa di program studi Sistem Informasi di Universitas Pendidikan Ganesha Page 2
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Hallo Sobat! selamat datang di halaman About me, Perkenalkan Saya Irhan Hisyam Dwi Nugroho dari Banyuwangi, Jawa Timur. untuk saat ini saya sedang berkuliah di Universitas Pendidikan Ganesha dengan Jurusan Sistem Informasi. Blog irhanhisyam.com adalah blog yang khususkan untuk tempatnya sharing Ilmu Taqwa (IMTAQ) , Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) disini saya juga akan membagikan artikel seperti pengembagan diri dan tips trick. Saya memiliki Hobi membaca dan menulis, karena menurut imam Al-Ghazali "Ikatlah ilmu kalian dengan menuliskannya" dan saya ingin sharing mengenai ilmu saya saat di perkuliahan nanti semoga bisa bermanfaat. Cita-cita saya ingin membangun beberapa UMKM di indonesia yang masih terkendala di era teknologi ini saya ingin membantu mereka. Blog ini dibuat pada bulan Juni 2017 Dan saya mendaftaran Domain (.com) pada tahun 2020 bulan januari . irhanhisyam.com mengutamakan pengunjung sehingga setiap yang saya post bersumber dari buku-buku dan artikel Terpercaya dan bukan Hoax insyallah kami akan selalu up to date. Saya Berterimakasih kepada Kalian semua yang selalu mensupport kami saya selaku penulis dan pemilik web ini minta maaf sebesar-besarnya. Beberapa Archievent atau Penghargaan yang pernah saya dapatkan bisa di cek di halaman Portfolio jangan lupa untuk kirimkan kritik, saran lewat comment atau Kontak Saya. Oh ya saya juga aktif membagikan tulisan atau bahasa kerennya sih jadi Contributor Content Writer di berbagai website. ada hal mendasar kenapa selain saya memiliki blog pribadi juga ikut sharing di user generated Content. saya pribadi ingin sharing tentang pengalaman dari mulai perkuliahan, mencari pekerjaan sampingan,hingga tentang dunia blogging. Penulis juga menyadari mengenai keterbatasan ilmu pengetahuan oleh sebab itu saya mengajak anda jika artikel saya terdapat indikasi permasalahan bisa lansung comment saja ya, saya akan menerima kritikan tersebut.
Anda bisa menghubungi saya dari berbagai platform, di blog ini juga menerima guest post, dan backlink. dibawah ini adalah beberapa platform yang bisa anda hubungi: E-mail : [email protected]
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM,
FIQIH, FILSAFAT, DAN ILMU JIWA
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Lindawati Rohimah (16010500)
Marwatur Rohimah (16010500)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO LAMPUNG
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Kalam, Fikih, Filsafat, Dan Ilmu Jiwa” dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan materi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Kalam, Fikih, Filsafat, Dan Ilmu Jiwa” khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN 3
BAB III PENUTUP 14
DAFTRA PUSTAKA 15
Ilmu tasawuf adalah ilmu atau teori yang membahas wahyu atau risalah Allah, bagaimana seorang hamba menggapai tuhannya. Berbagai macam cara dapat dilakukan sampai latihan spiritual dan juga proses pertaubatan atau penyucian jiwa dan hati. Sedangkan ilmu kalam adalah ilmu yang memiliki pokok bahasan akidah yaitu sesuatu yang berhubungan dengan ajaran ketahuidan seorang hamba. Adapun filsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu bagi manusia mengenai keberadaan (esensi), seperti proses penciptaan alam dan manusia yang menggunakan logika dalam mengkajinya secara nalar. Sedangkan ilmu jiwa merupakan ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala dan aktivitas kejiwaan manusia yang dapat dianalisis dari akhlak seorang hamba atau prilakunya karena prilaku merupakan perwujudan dari fikiran dan jiwa setiap insan. Tasawuf seringkali dibedakan dan dipisahkan dengan ilmu kalam dan filsafat dalam studi-studi pemikiran keislaman, seolah-olah tidak memiliki hubungan dan relasi kesejarahaan. Padahal pada mulanya, tasawuf hampir tidak dapat dipisahkan dengan ilmu kalam dan filsafat karena ketiganya menyatu, tumpang-tindih dan bersinambung hingga mencapai suatu yang disebut dengan ilmu keislaman intelektual akhlakul karimah. Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam adalah tentang pernyataan kebenaran. Sementara hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu filsafat adalah prose pencarian hakikat kebenaran. Tasawuf adalah pencarian jalan ruhani, kebersatuan dengan kebenaran mutlak dan pengetahuan mistik menurut jalan dan sunnah. Sedangkan filsafat tidak dimaksudkan hanya filsafah peripatetik yang rasionalistik, tetapi seluruh mazhab intelektual dalam kultur Islam yang telah berusaha mencapai pengetahuan mengenai sebab awal melalui daya intelek dengan batasan-batasan hukum keislaman dalam melakukan kajian ilmu. Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya memiliki hubungan-hubungan yang terkait dengan ilmu-ilmu keislaman yang lainnya, baik dari segi konsep, tujuan serta kontribusi ilmu tasawuf terhadap ilmu-ilmu tersebut begitupun sebaliknya, bagaimana kontribusi ilmu keislaman yang lain terhadap ilmu tasawuf. Maka dalam makalah ini kami akan membahas hubungan ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu keislaman lainnya, diantaranya: ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu fiqih dan ilmu jiwa. Dengan tujuan agar kita lebih mampu mengkorelasikan ilmu-ilmu tersebut dan bisa membandingkannya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam? Bagaimana Keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqih? Bagaimana Keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fisawat? Bagaimana Keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa (Transpersonal Psikologi)?Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan tujuan penulisan sebagai berikut: Untuk mengetahui keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam. Untuk mengetahui keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqih. Untuk mengetahui keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fisawat. Untuk mengetahui keterkaitan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa (Transpersonal Psikologi). Dari permasalah dan tujuan diatas ada pula manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut: Memberikan pengetahuan dari berbagai sumber yang terpercaya. Mampu menjadikan pedoman terhadap pemateri dan para pembaca dalam memandu proses pembelajaran. Adanya pemahaman terhadap materi keterkaitan tasawuf dengan siplin ilmu lainnya. Dapat digunakan sebagai modul pegangan mahasiswa. Menambah wawasan pembaca. Sebagai modal untuk melakukan kajian ulang. Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah akhlak tasawuf semester lima. Keterkaitan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara yang dapat dilakukan seorang hamba untuk menyucikan diri atau bertaubat, berusaha melawan hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada firman Allah dan mengikuti syariat Rasulullah dalam usaha mendekatkan diri dan mencapai keridoan Allah. Secara harfiah kalam artinya perkataan atau percakapan. Sedangkan secara terminologi bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan membicarakan tentang Rasul-Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya. Beberapa ulama memberikan pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan argument mereka, Menurut Ibnu Khaldun Ilmu Kalam adalah Ilmu yang mengandung argument-argument rasional untuk membela Aqidah-aqidah Imanya dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa contoh) yang didalam aqidah menyimpang dari mazhab salah dan ahli sunnah. Dari segi bahasa, istilah kalam berarti al-qaul (pembicaraan). Namun dalam tradisi keilmuan, Wolfson, berpendapat bahwa istilah ini dipakai sebagai terjemahan kata logos, yakni pikiran yanng terkandung dan menjadi dasar bagi suatu perkataan, pembicaraan, dan argumen. Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan membicarakan tentang rasul rasul tuhan, untuk menetapkan sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan tidak ada padanya. Menurut al-gazali tauhid dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu: Isi (lubb), mengucapkan kalimat la ilaha illallah, sementara hatinya lupa atau ingkar pada Allah SWT. Tingkatan ini jenis orang munafik. Isi dari isi (lubb al-lubb), mengakui makna kalimat tahlil di dalam hati sebagaimana berlaku di sebagian kaum. Merupakan tingkatan itiqad al awam Qasyr (kulit), kesaksian akan hal tersebut secara intuitif. Pemahaman bahwa keanekaragaman itu bersumber pada satu titik. Qasyr al-qasyr (kulit dari kulit), tidak melihat dalam wujud.ia telah lenyap dari pada melihat dirinya dan makhluk.dalam istilah tasawuf dikenal dengan fana. Jadi menurut pemakalah bahwa ilmu kalam merupakan suatu disiplin ilmu yang bahasannya mencangkup tentang Allah, dari mulai wujud tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan membicarakan tentang rasul rasul tuhan, untuk menetapkan sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak ada padanya, dan tidak ada padanya itu semua sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Keterkaitan Tasawuf dengan Ilmu Kalam Ilmu kalam disebut juga dengan ilmu tauhid, ilmu ini banyak mengedepankan pembicaraan tentang teologi atau perbedaan keyakinan dalam kehidupan, biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar dasar argumentasi atau pendapat, baik aqillyah (rasional) maupun naqliyah (alquran dan sunnah). Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai berikut: Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak. Sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Di sinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati. Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih dinamis dan aplikatif. Jadi keterkaitan tasawuf dengn ilmu kalam secara singkat adalah ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam, Sebagai pengendali ilmu tasawuf maka ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati. Keterkaitan Tasawuf dengan Ilmu Fiqih Ilmu fiqih merupakan ilmu mengenai tata cara beribadah kepada Allah SWT yang membahas mengenai sah atau tidaknya suatu ibadah. Pembahasannya besifat hitam-putih, karena menyangkut masalah syariat. Dan ini perlu adanya pedoman dalam mengimplementasikan ilmu fiqih karena aka nada banyak pendapat dalam pemahaman yang ada pada para ulama. Semua cara itu benar karena bersama-sama ingin mencontoh baginda Rasulullah Saw menurut penafsiran mereka masing-masing. Keterkaitan Tasawuf dengan Ilmu Fiqih Di dalam islam terdapat dua hal yang mendasar, yaitu akidah dan syariat. Akidah merupakan suatu kepercayaan yang muncul dari dalam sanubari setiap insan tanpa adanya paksaan atau secara kesadaran diri. Sementara itu syariat adalah hal yang mengatur tata kehidupan manusia muslim sehari-hari, termasuk didalamnya soal ibadah. Fiqih sebagai refleksi syariat, memiliki empat pokok komponen ajarannya, yaitu ‘ubudiyyah (peribadatan), mu’amalah, munakahat, dan jinayat. Antara keimanan serta amaliah ibadah mempunyai keterkaitan yang kuat dan berkesinambungan. Dengan kata lain, amal ibadah merupakan manifestasi dari keimanan. Kuat dan lemahnya keimanan seseorang dapat diukur dari intensitas ibadahnya, perkejolakan emosi kejiwaan, sampai sejauh mana seseorang beribadah, disitulah ukuran lahiriah keimanannya. Hal tersebut merupakan titik tolak yang diperlukan ketika kita akan mengklasifikasikan seseorang kedalam golongan mukmin atau nonmukmin. Ilmu fiqih merupakan ilmu mengenai tata cara beribadah kepada Allah SWT. yang membahas mengenai sah atau tidaknya suatu ibadah. Pembahasannya besifat hitam-putih, karena menyangkut masalah syariat. Biasanya pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari thaharah (tata cara bersuci), kemudian persoalan-persoalan ke fiqih-an lainnya. Pembahasan tentang thaharah lainnya tidak secara langsung terkait dengan pembicaraan pada nilai-nilai rohaniahnya. Permasalahan saati ini, disiplin ilmu yang seperti apa yang dapat menyempurnakan ilmu fiqih dalam persoalan serta permasalahan tersebut? Jawabannya ialah ilmu tasawuf, ilmu ini merupakan ilmu yang paling tepat dalam menjawab pertanyaan tersebut karena memberikan unsur batin, seperti khusyuk dan ikhlas beserta jalannya masing-masing. Ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan seseorang untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih karena tanpa adanya unsur batin pelaksanaan kewajiban tidak akan sempurna. Ma’rifat secara rasa (al-ma’rifat al-dzauqiyyah) terhadap Allah melahirkan hukum-hukum-Nya secara sempurna. Dari sinilah dapat diketahui kelirunya pendapat yang menuduh bahwa perjalanan menuju Allah (dalam tasawuf) adalah melepaskan diri dari hukum-hukum-Nya. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah (45): 18). Antara tasawuf dan fiqih merupakan dua buah disiplin ilmu yang saling berkaitan dan saling menyempurnakan. Jadi seorang ahli fiqih harus bertasawuf sebagai jalan penyempurnaan seorang hamba. Sebaliknya, seorang ahli tasawuf (sufi) pun harus mendalami dan mengikuti aturan fiqih. Tegasnya, seorang faqih harus mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan berkaitan dengan tata cara pengamalannya. Berdasarkan pemaparan diatas, telah dijelaskan bahwa ilmu tasawuf dan ilmu fiqih merupakan dua disiplin ilmu yang saling berkaitan dan melengkapi. Setiap manusia hendaknya harus saling mempelajari serta menempuh keduanya. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ilmu fiqih yang terkesan sangat formalistik-lahiriah, menjadikan sangat kaku, kering, dan tidak memiliki makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diiringi dengan muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki tasawuf. Begitupun sebaliknya, tasawuf akan terhindar dari sikap-sikap merasa suci karena pengamal tasawuf juga harus memperhatikan kesucian lahir sebagaimana yang diatur dalam fiqih. Tasawuf dan fiqih saling melengkapi satu sama lain. Seorang faqih yang hanya mengamalkan fiqih saja maka hanya akan menjalankan formalistik ritual belaka, tanpa merasakan arti ataupun makna beribadah dalam jiwanya. Padahal makna beribadah sendiri ialah menuju kedekatan kepada Allah SWT. Keterkaitan Tasawuf dengan Filsafat Plato mendefenisikan filsafat dengan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada. Sedangkan Aristoteles agak berbeda dengan gurunya dengan mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, sosial budaya dan estetika. Jadi secara umum filsafat merupakan ilmu yang membahas tentang segala pengetahuan yang mencangkup semua aspek disiplin ilmu pengetahuan dalam ranah perkembangan dalam dunia pengetahuan. Ilmu yang memerlukan pemikiran kuat dan pendalaman pengetahuan untuk dapat berfilsafat. Keterkaitan tasawuf dengan filsafat Ilmu tasawuf yang berkembang didunia islam tidak dapat dinaifkan sebagai sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat misalnya dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara jujur, harus diakui bahwa terminologi jiwa dan roh itu merupakan terminologi yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Pemahaman tentang roh dan jiwa sendiri menjadi hal yang esensial dan penting dalam tasawuf. Kajian mengenai roh dan jiwa kemudian banyak dikembangkan dalam ilmu tasawuf. Namun perlu juga diketahui bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam ilmu tasawuf yakni istilah qalb (hati). Istilah qalb ini lebih spesifik dikembangkan dalam ilmu tasawuf. Namun tak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh pada roh dan jiwa. Menurut beberapa ahli tasawuf, an-nafs (jiwa) ialah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan antara roh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan poleh jasad terhadap roh. Pengaruh-pengaruh ini kemudian memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun oleh roh. Jika jasad tidak mimiliki tuntutan-tuntutan yang tidak sehat dan disitu tidak terdapat pengekangan nafsu, sedangkan hati tetap sehat, tuntutan-tuntutan jiwa terus berkembang, dan jasad menjadi binasa karena melayani jiwa. Biasanya tasawuf dan filsafat selalu dipandang berlawanan. Tasawuf dan filsafat seringkali dipahami secara dikotomis, baik secara epistemologi maupun sisio-historis. Secara epistemologis, ilmu tasawuf dianggap sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya menitikberatkan pada intuisi, ilham dan bisikan hati, meski kadang-kadang ia bertentangan dengan prinsip-prinsip rasionalitas. Sementara itu, disiplin filsafat dianggap sebuah disiplin yang sangat patuh pada prinsip-prinsip rasionalitas. Jika dilacak lebih jauh, antara filsafat dengan tasawuf memiliki hubungan erat dan serasi, terutama sejak filosof peripatetik, seperti Ibn Sina yang menerima kebenaran dari kalangan filosof dan sufi sekaligus. Pada saat yang sama, para sufi yang akrab dengan filsafat dan juga filosof yang sekaligus menjadi sufi, terutama pada saat periode-periode terakhir sejarah Islam. Ibn Sina misalnya, selain tokoh besar filsafat peripatetik, ia juga menulis “kisah khayalan” dan bercerita tentang bentuk khusus pengetahuan yang terbuka bagi para sufi setelah latihan spiritual yang lama, yang menandakan bahwa ia selain filosof juga seorang sufi yang menganut doktrin tentang Wujud. Keterkaitan Tasawuf dengan Psikologi Istilah psikologi berasal dari dua perkataan Greek, yaitu pyche (jiwa) dan logos (kajian terhadap sesuatu). Banyak ahli psikologi yang menguraikan pengertian psikologi menurut pemahaman masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut: William mengatakan bahwa psikologi ialah cabang kajian saintivic tentang tingkah laku dan aktifitas manusia. Whittaber dalam bukunya, introduction to psychology, mengatakan bahwa psiklogi sebagai sains tingkah laku. Fantino menjelaskan psikologi sebagai penyelidikan saintifik terhadap mimpi, fantasi, ingatan, pemikiran kebimbangan, dan sensasi manusia. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji serta membahas mengenai prilaku manusia secara menyeluruh ayng merupakan pencerminan dari keadaan kejiwaannya. Keterkaitan Tasawuf dengan Psikologi Salah satu bidnag keagamaan yang memiliki kedekatan secara substansional dengan disiplin psikologi, khususnya psikologi humanistik adalah tasawuf. Karena bidang ini memberikan tempat yang sangat strategis terhadap potensi kepribadian manusia dalam menentukan arah perjalanan kehidupannya.setidaknya kedua bidang ilmu ini teah berupaya mengkaji kepribadian menusia secara lebih komperhensif. Hanya saja, perkembangan tasawuf tidak sepesat perkembangan psikologi. Kemunculannya belum begitu lama dibandingkan dengan tasawuf, namun psikologi telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kajian tentang manusia sebenarnya bukan hal yang baru karena kajian ini telah berkembang seiring dengan berkembnagnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Hampir tidak ada satu ilmupun yang bertajuk sosial dan humaniora (seperti filsafat, sosiologi, antropologi, dan psikologi) yang terlepas dari kajian tentang manusia. Salah satu tema yang sering menjadi sentral kajian keilmuan tersebut khusunya psikologi dan filsafat adalah tentang manusia sempurna. Pada tema itu muncul dua pertanyaan. Pertama, bagaimana wujud ideal manusia? Kedua, bagaimana cara mencapai wujud ideal itu? Dari dua pertanyaan inilah yang kemudian memunculkan banyak pandangan dari berbagai disiplin ilmu. Dalam tradisi filsafat kemudian muncul istilah superman, yang dikembnagkan dalam tradisi Arab Islam dengan istilah insan kamil. Menurut peneliti, kaum sufi memang telah lebih dahulu memahami psikologi. Metode yang dittempuh adalah isthibhan (introspeksi) atau metode “renungan dzat” dalam upaya memahami perasaan. Ternyata kaum sufi tidak puas denga studi kejiwaan saja, sehinga kajian mereka dapat mendatangkan kekaguman. Dalam hal ini kaum sufi memahami benar apa yang disebut dengan insting-insting manusia yang brsifa umumatau yang disebut oleh mereka dengan syahwat. Ada hubungan yang sangat erat antara spiritualitas (tasawuf) dan ilmu-ilmu kesehatan mental. Dengan demikian, kajian tasawuf tidak dapat lepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri, yang dalam hal ini tasawuf sangat erat kaitannya dengan psikologi. Tasawuf membahas hubungan antara jiwa dan raga. Tujuannya adalah terciptanya keserasian antara jiwa dan raga manusia. Pembahsan ini di konsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubngan perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini baru muncul kategori-kategori perbuatan manusia, apakah dikategorikan sebagai perbuatan baik atau buruk. Jika perbuatan yang ditampilakan seseorang adalah perbatan baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang di tampilan nya buruk, ia disebut orang yang berakhlak buruk. Dalam pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa dalam tubuhnya adalah nafsu-nafsu hewani, perilak yang tampil adalah perilaku hewn pula. Sebaliknya, jika yang berkuasa adalah nafsu insani, yang tampil adalah perilaku insani pula. Kajian-kajian demikian sama dengan kajian-kajian psikologi. Kesehatan mental mengkaji “masalah teknih-teknik konseling dan terapi kejiwaan”. Pada tahap berikutnya, dua teknik kejiwaan itu dipahami memiliki sasaran berbeda, sekalipun tujuannya tidak jauh berbeda. Teknik konseling diarahkan untuk orang yang bermasalah dalam tingkat ringan. Biasanya masalah yang meimpanya masih dalam taraf “gangguan kejiwaan”, yang sering diistilahkan dengan “psichoneuroce”. Sedangkan terapi kejiwaan diperuntukan bagi orang yang terkena masalah psikis yang masuk tahap akut, yang sering disebut dengan istilah “psychosis”. Para ahli dalam bidang perawatan jiwa, terutama di negara-negara yang telah maju, memusatkan perhatiannya pada masalah mental sehingga mampu melakukan penelitian-penelitian ilmiah yang menghubungkan antara kelakuan dan keadaan mental. Mereka telah menemukan hasil-hasil yang memberikan kesimpulan tegas, yang membagi manusia menjadi dua golongan besar, yaitu golongan yang sehat dan golongan yang kurang sehat. Orang yang sehat mentalnya adalah oang yang mampu merasakan kebahgian dalam hidup. Sebaliknya, golongan yang kurang sehat mentalnya sangatlah luas, mulai yang paling ringan hingga yang paling berat. Dari yang merasa terganggu ketentraman hatinya sampai orang yang sakit jiwa. Kejiwaan itu bisa terkontaminasi oleh lingkungan dan juga cara pendidikan yang kurang tepat yang didapatkan oleh individu akan menjadikan jiwanya kurang sehat. Gejala-gejala umum yang terdapat pada mereka yang kurang sehat dapat dilihat dalam beberapa segi, yaitu sebagai berikut: Perasaan: selalu merasa terganggu dan tidak tentram. Pikiran: adanya gangguan terhadap kesehatan mental Kelakuan: muncul kelakuan yang tidak baik Kesehatan: merasa terganggu bukan karena penyakit jasmani Tasawuf dapat dijadikan pijakan jiwa alternativ dalam menghadapi problem kehidupan yang semakin kompleks. Setiap orang membutuhkan pijakan dalam hidupnya untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan yang berimplikasi pada psikologi orang tersebut. Tasawuf dijadikan pijakan karena tasawuf lebih dekat dengan disiplin ilmu psikologi. Akan tetapi sering kedua kajian tersebut seakan terpisahkan, padahal objek kajian tasawuf, psikologi agama, dan kesehatan mental berurusan dengan sola yang sama yaitu soal jiwa. Dalam nilai-nilai dan konsep-konsep ibadah dapat menjadikan seseorang bebas megekspresikan individualitasnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan apa yang mereka inginkan sejauh daerah yang sudah diterangkan oleh nilai-nilai dan konsep-konsep abadi itu dipetakan. Jadi keterkaitan tasawuf dengan psikologi adalah mengontrol kejiwaan manusia secara keislaman atau agama agar tidak menyimpang dari koridor kesehatan kejiwaan seorang insan secara harfiah dan fitrah dari Allah Swt. Tasawuf itu merupakan suatu aspek disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari tata cara dan jalan bagaimana seseorang manusia dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam terletak pada pembahasan tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran akal-budi dan budi pekerti, yang kemudian dirujukkan kepada nash al-Qur'an dan Hadis. Sementara hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu filsafat terletak pada soal pencarian hakikat. Hubungan antara tasawuf dengan fiqih yakni keimanan serta amaliah ibadah mempunyai keterkaitan yang kuat dan tak dapat dipisahkan dan berketerkaitan. Dengan kata lain, amal ibadah merupakan implementasi dari keimanan. Sedangkan hubungan tasawuf dengan ilmu jiwa atau psikologi yakni tasawuf dapat dijadikan pijakan jiwa alternativ atau dapat disebut sebagai mengendali keadaan kejiwan seorang insan dalam menghadapi problem kehidupan yang semakin kompleks. Setiap orang membutuhkan pedoman dalam hidupnya untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan yang berimplikasi pada psikologidan keadaan mental setiap insan. Dari makalah ini kami menyadari banyak kekurangan mohon memberikan kritik dan saran yang membangun. Sebaiknya jika ingin mempelajari ilmu lain yang lebih mendalam maka perlu mempelajari dasarnya terlebih dahulu. Abu Bakar, “Tasawuf dan Kesehatan Psikologism”, Jurnal Madania, vol. 3, no. 2, 2013. Ahmad Hanafi, Teologi Islam ( Ilmu Kalam ), 13th edition, Jakarta: PT.Bulan Bintang, 2010. Andi Eka Putra, “Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Hubungan Ketiganya)”, Al-Adyan, vol. 7, no. 2, 2012. Apriliana, “Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa Agama”, Ihya’ Al Arobiyah, vol. 13, no. 1, 2017. M Solihin, Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam, Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015. Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Jakarata: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2012. Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, Bndung: CV Pustaka Setia, 2011. Zainal Arifin Purba, “Relasi Tasawuf, Filsafat & Ilmu Kalam”, Kontemplasi, vol. 1, no. 2, 2013. |