Show Diabetes insipidus adalah kondisi yang ditandai dengan selalu merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak, bahkan hingga 20 liter dalam sehari. Meski nama dan gejala utamanya mirip dengan diabetes melitus, kedua kondisi ini sebenarnya sangat berbeda. Diabetes insipidus dan diabetes melitus sama-sama menyebabkan gejala sering minum dan sering buang air kecil. Namun, tidak seperti diabetes melitus, diabetes insipidus tidak terkait dengan kadar gula dalam darah. Proses munculnya kondisi ini juga tidak berkaitan dengan pola makan atau gaya hidup seperti diabetes melitus pada umumnya. Dibandingkan dengan diabetes melitus, diabetes insipidus merupakan penyakit yang cukup jarang terjadi. Penyakit ini diperkirakan hanya terjadi pada 1 dari 25.000 orang. Penyebab dan Gejala Diabetes InsipidusDiabetes insipidus terjadi akibat gangguan pada hormon yang membantu mengatur kadar cairan tubuh. Gangguan ini menyebabkan produksi urine menjadi berlebih sehingga penderita menjadi sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan pada hormon tersebut adalah kelainan genetik, tumor otak, dan efek samping obat. Diabetes insipidus ditandai dengan jumlah urine yang berlebihan. Umumnya, seseorang mengeluarkan 1–2 liter urine atau buang air kecil 4–7 kali dalam sehari. Pada penderita diabetes insipidus, jumlah urine yang keluar setiap harinya bisa mencapai 3–20 liter dan buang air kecil dapat terjadi setiap 15–20 menit. Pengobatan dan Pencegahan Diabetes InsipidusPengobatan diabetes insipidus tergantung pada penyebab dari gangguan hormon yang dialami penderita. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
Pada sebagian besar kasus, diabetes insipidus tidak dapat dicegah. Apalagi, kondisi ini sering kali terkait dengan penyakit lain yang kejadiannya sulit untuk diperkirakan. Meski begitu, pasien tetap dapat mengontrol gejala yang timbul akibat diabetes insipidus. Terakhir diperbarui: 7 September 2021
Urine adalah hasil sisa metabolisme yang melalui proses sekresi dari ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih. Urine biasanya mengandung zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh, sehingga perlu dikeluarkan karena dapat meracuni tubuh. Lalu bagaimana proses pembentukan urine? Proses pembentukan urine di dalam tubuh adalah salah satu cara alami tubuh untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme dan racun tubuh serta kelebihan kadar air untuk memelihara kesehatan. Proses pembentukan urine ini melibatkan beberapa organ terutama organ seperti ginjal, kandung kemih, dan saluran kemih. Zat-zat sisa atau produk sampingan dari metabolisme butuh dikeluarkan oleh tubuh melalui pengeluaran urine dan tinja. Semakin banyak cairan yang dikonsumsi, maka semakin banyak urine yang akan dihasilkan oleh tubuh. Proses pembentukan urin terdiri dari tiga tahap, yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi (pengeluaran zat). 1.Filtrasi Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melewati ginjal untuk disaring. Hal ini dilakukan agar tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa metabolisme (limbah) dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan kadar darah. Proses penyaringan darah pun dimulai di ginjal. Darah yang mengandung zat sisa metabolisme akan disaring karena dapat menjadi racun untuk tubuh. Tahapan ini terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul Bowman. Glomerulus bertugas menyaring air, garam, glukosa, asam amino, urea, dan limbah lainnya agar dapat melewati kapsul Bowman. Hasil penyaringan ini kemudian disebut sebagai urine primer. Urine primer termasuk urea di dalamnya merupakan hasil dari amonia yang sudah terakumulasi. Hal ini terjadi ketika hati memproses asam amino dan disaring oleh glomerulus. Baca Juga: Pascaoperasi Tumor, Pele Mengaku Merasa Lebih Baik 2. Reabsorpsi Setelah filtrasi, proses pembentukan urine selanjutnya adalah reabsorpsi, yakni penyaringan ulang. Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi. Namun, sebagian besar akan diserap kembali sebelum dikeluarkan dari tubuh. Penyerapan cairan tersebut dilakukan di tubulus proksimal nefron, tubulus distal, dan tubulus pengumpul. Air, glukosa, asam amino, natrium dan nutrisi lainnya diserap kembali ke aliran darah di kapiler yang mengelilingi tubulus. Setelah itu, air bergerak melalui proses osmosis, yaitu pergerakan air dari area yang terkonsentrasi tinggi ke konsentrasi lebih rendah. Hasil dari proses ini adalah urine sekunder. Pada umumnya, semua glukosa akan diserap kembali. Namun, hal ini tidak berlaku pada penyandang diabetes karena glukosa berlebih akan tetap dalam filtrat. 3. Augmentasi Augmentasi terjadi di tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus (pengumpul) sebagai tempat penyimpanan urin untuk sementara. Di tahap ini masih terjadi penyerapan kembali pada air, garam NaCl dan urea sehingga terbentuk urin sebenarnya yang harus dibuang oleh tubuh. (OL-13) Baca Juga: Apa sih Bedanya Nabi dan Rasul dalam Islam? Tugasnya Beda? Ini Penjelasannya
READ NEXT
Mengapa ketika suhu lingkungan dingin kita sering buang air kecil, sedangkan apabila suhu yang panas kita jarang buang air kecil tetapi banyak keringat? Dan mengapa ketika kita minum air banyak maka urine kita juga menjadi banyak? Sedangkan, disisi lain mengapa ada orang yang mempunyai kebiasaan beser (buang air kecil secara terus- menerus)? Jumlah urin yang dihasilkan setiap orang berbeda-beda dan tidak merata sepanjang hari. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut.
Baca juga : Mekanisme Rasa Pedas pada Lidah
|